Selasa, 19 Juni 2012
Sabtu, 16 Juni 2012
Rain over me
Rain Over Me, a novel by Arini Putri, published by GagasMedia.
Sebelum berkomentar lebih jauh, aku ingin memuji GagasMedia lebih dulu. Penerbit yang satu ini selalu cermat dalam menyajikan sampul buku, tidak terkecuali untuk yang satu ini. Sampul Rain Over Me terlihat cantik dalam pulasan warna biru dan putih.
Well, lemme start...
Menemukan buku ini di sudut ‘buku baru’ di Gramedia ketika aku sedang mencari-cari novel Infinitely Yours. Pertama melihat novel Rain Over Me ini, pujian untuk designer cover-nya langsung tercetus dalam hati. Eye-catching banget! Namun karena saat itu Infinitely Yours masih jadi incaran, aku mengabaikan novel itu. Setelah mengedar bermenit-menit dan tidak menemukan Infinitely Yours, akhirnya aku menjamah Rain Over Me karena penasaran. Hangeul yang tercetak di bawah judul membuatku yakin kalau novel ini pasti ber-setting di Korea. Dan benar saja. Seoul, tepatnya. Lalu tagline ‘dan cinta pun kembali menyapa...’ membuatku tahu kalau novel ini bercerita tentang cinta. Setelah puas meneliti sampul depannya, aku lalu beralih meneliti sampul belakang dan membaca sinopsisnya.
Ini cinta yang sulit. Kau dan aku ditakdirkan tak saling memiliki. Aku tak bisa mencintaimu seperti yang aku mau.
Namun, ketika dia hadir dalam hidupmu—di antara kita—aku pun sadar kebahagiaanku pelan-pelan akan memudar. Betapa tidak, dia bisa memberimu cinta dan perhatian. Menggenggam tanganmu hingga akhirnya kau terlelap di sisinya. Dia melakukan semua yang ingin aku berikan kepadamu.
Dan hari ini, aku memandangi senja pertama yang kunikmati tanpa dirimu. Aku belajar berbahagia untukmu. Dia yang paling tepat. Aku tahu itu, tapi... bagaimana denganku? Bagaimana caraku bahagia tanpa dirimu?
Itu sinopsisnya...
Dan seperti biasa, selain sampul yang gorgeous, GagasMedia memiliki ciri khas lain yang terletak pada sinopsis yang nyaris selalu dikemas dengan puitis.
Paragraf terakhir dari sinopsis itu membuatku mengangkut Rain Over Me dari tempatnya, menjadikannya sebagai novel pertama yang aku beli di tahun 2012. Dikarenakan oleh sinopsisnya yang begitu menghipnotis, aku pun memiliki ekspetasi yang tinggi untuk bacaan pertamaku di tahun 2012 ini. Akan tetapi lalu aku tahu itu adalah sebuah kesalahan.
Rain Over Me mengisahkan cerita cinta segi empat antara Kim Hyu-bin (lk), Yuna (pr), Han Chae-rin (pr) dan Yoon Jeon-seuk (lk). Hyu-bin yang adalah pewaris tunggal dari jaringan Kim’s Restaurant di seluruh dunia jatuh cinta kepada seorang gadis periang keturunan Indonesia, Yuna. Cinta Hyu-bin tumbuh bersama alasan yang sederhana: karena bersama Yuna, Hyu-bin selalu merasa lebih ringan dan tenang. Sayangnya, cerita cinta Hyu-bin tidak berjalan sesederhana alasannya jatuh cinta. Kenyataan bahwa Yuna adalah adik tirinya memaksa Hyu-bin menyimpan perasaannya rapat-rapat. Lalu saat Yuna harus kembali ke Indonesia, Hyu-bin pun seakan kehilangan separuh jiwanya. Langit sore yang biasa ia nikmati bersama Yuna mendadak menjadi begitu kosong. Jiwa berandalan Hyu-bin yang sudah sempat mati karena kehadiran Yuna sontak kembali hidup setelah Yuna pergi. Berkelahi menjadi makanan pokok bagi Hyu-bin sampai akhirnya papanya terpaksa memaksa Hyu-bin bekerja di salah satu restoran miliknya dengan harapan putranya itu bisa sedikit lebih dewasa.
Han Chae-rin pertama kali bertemu dengan Kim Hyu-bin di restoran. Pertemuan pertama itu meninggalkan kesan buruk bagi Chae-rin. Keadaan itu diperparah oleh kenyataan bahwa Hyu-bin adalah seorang pria yang kaya. Merasa telah menggenggam alasan yang kuat, Chae-rin pun bersikap dingin kepada Hyu-bin. Namun anehnya, gadis itu justru berkali-kali mendapati Hyu-bin menolongnya. Perlahan-lahan Chae-rin menjadi ragu apakah alasan yang ia genggam sudah cukup kuat atau tidak. Lalu saat Chae-rin sibuk mencari tahu, bagian dari masa lalu Hyu-bin tiba-tiba kembali dan mengacaukan semuanya. Sejak itu, Chae-rin merasa kebahagian mulai meninggalkannya.
Yuna yang diminta oleh ayah tirinya untuk kembali ke Seoul setelah bertahun-tahun berlalu mendapati kakak tirinya, Hyu-bin ternyata tidak banyak berubah. Hyu-bin masihlah kakak yang menyenangkan dan dapat diandalkan. Yuna yakin dirinyalah alasan di balik sikap Hyu-bin yang membaik, namun saat ia mengenal Chae-rin, ia mulai meragu.
Di sudut lain, ada Yoon Jeon-seuk yang tidak lelah menunggu Han Chae-rin, berharap gadis itu bisa melihatnya suatu saat nanti. Ia mencintai Chae-rin dengan tulus dan tidak ada yang salah dengan itu. Satu-satunya kesalahan adalah Jeon-seuk memiliki kenyataan yang sangat dibenci oleh Chae-rin, kenyataan kalau Jeon-seuk adalah pria yang kaya. Saat Jeon-seuk mulai merasa lelah dan butuh tempat bercerita, di saat itulah ia menemukan adik kelasnya dulu, Yuna.
Itu sekilas mengenai jalan cerita Rain Over Me.
Idenya patut diacungi dua jempol, namun tidak pada pengeksekusiannya. Selama membaca, aku berkali-kali mengerutkan kening karena merasa ada bagian yang terasa berlebihan. Dikisahkan hubungan Hyu-bin dengan papanya tidak begitu harmonis sejak kepergian mamanya. Dikatakan kalau Hyu-bin yang kala itu berumur 11 tahun tidak pernah berbicara dengan papanya sejak ia berumur 8 tahun. Ya, memang ada alasannya: karena papanya terlalu sibuk, namun sungguhkah selama 3 tahun itu tidak pernah berbicara sama sekali? Jujur saja, bagian ini terasa berlebihan.
Lalu sejak Yuna kembali ke Indonesia, Hyu-bin diceritakan begitu kehilangan, seperti ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Yuna sejak itu. Oh, well. Jangan buat Alexander Grahham Bell kecewa karena penemuannya tidak digunakan. What I mean is... ada telepon, lho... Kenapa digambarkan dengan berlebihan seolah-olah Hyu-bin tidak tahu apa itu telepon.
Di samping berlebihan, ada beberapa hal yang terkesan aneh dan dipaksakan. Pertemuan tiba-tiba antara Yuna dan Jeon-seuk contohnya. Perasaan Hyu-bin yang terkesan tidak pasti menjadikan pria ini tergambar sebagai remaja 16 tahun yang sedang berada di fase labilnya. Sebentar digambarkan kalau Hyu-bin begitu mencintai Yuna, lalu sejenak kemudian perasaan itu seakan-akan tidak pernah ada saat ia bersama dengan Chae-rin. Ini membuat aku yang membacanya mendesah malas, seperti yang terjadi saat aku membaca Grey Sunflower tentang perasaan Louise yang berpindah-pindah dari Ben ke Gerard, lalu ke Ben lagi, lalu ke Gerard lagi. It’s little annoying.
Well, setelah banyak memaparkan kekurangan dari novel ini, sekarang saatnya memaparkan kelebihannya. Yang paling dominan adalah pendeskripsiannya yang detil meski di beberapa bagian terasa repetitif. Kutipan-kutipan romantis yang sederhana juga bertebaran di sana-sini. Rasanya cukup membuat hati terenyuh haru. Ketekunan penulis dalam menulis novel setebal 348 halaman ini perlu dipuji mengingat ini adalah novel pertamanya. Menurutku tidak semua penulis berhasil setekun ini dengan novel pertamanya.
“Kau tak perlu takut jatuh. Kau bisa berpegangan padaku.”
(Hyu-bin)
“Aku tidak pernah meminta apa-apa darimu. Kenapa kau masih tak dapat menerima kehadiranku?”
(Joen-seuk)
“Lihat aku sekali saja. Aku hanya ingin kau merasakan apa yang aku rasakan.”
(Chae-rin)
“Oppa, aku... aku sangat menci... aku menyayangimu.”
(Yuna)
Sebelum berkomentar lebih jauh, aku ingin memuji GagasMedia lebih dulu. Penerbit yang satu ini selalu cermat dalam menyajikan sampul buku, tidak terkecuali untuk yang satu ini. Sampul Rain Over Me terlihat cantik dalam pulasan warna biru dan putih.
Well, lemme start...
Menemukan buku ini di sudut ‘buku baru’ di Gramedia ketika aku sedang mencari-cari novel Infinitely Yours. Pertama melihat novel Rain Over Me ini, pujian untuk designer cover-nya langsung tercetus dalam hati. Eye-catching banget! Namun karena saat itu Infinitely Yours masih jadi incaran, aku mengabaikan novel itu. Setelah mengedar bermenit-menit dan tidak menemukan Infinitely Yours, akhirnya aku menjamah Rain Over Me karena penasaran. Hangeul yang tercetak di bawah judul membuatku yakin kalau novel ini pasti ber-setting di Korea. Dan benar saja. Seoul, tepatnya. Lalu tagline ‘dan cinta pun kembali menyapa...’ membuatku tahu kalau novel ini bercerita tentang cinta. Setelah puas meneliti sampul depannya, aku lalu beralih meneliti sampul belakang dan membaca sinopsisnya.
Ini cinta yang sulit. Kau dan aku ditakdirkan tak saling memiliki. Aku tak bisa mencintaimu seperti yang aku mau.
Namun, ketika dia hadir dalam hidupmu—di antara kita—aku pun sadar kebahagiaanku pelan-pelan akan memudar. Betapa tidak, dia bisa memberimu cinta dan perhatian. Menggenggam tanganmu hingga akhirnya kau terlelap di sisinya. Dia melakukan semua yang ingin aku berikan kepadamu.
Dan hari ini, aku memandangi senja pertama yang kunikmati tanpa dirimu. Aku belajar berbahagia untukmu. Dia yang paling tepat. Aku tahu itu, tapi... bagaimana denganku? Bagaimana caraku bahagia tanpa dirimu?
Itu sinopsisnya...
Dan seperti biasa, selain sampul yang gorgeous, GagasMedia memiliki ciri khas lain yang terletak pada sinopsis yang nyaris selalu dikemas dengan puitis.
Paragraf terakhir dari sinopsis itu membuatku mengangkut Rain Over Me dari tempatnya, menjadikannya sebagai novel pertama yang aku beli di tahun 2012. Dikarenakan oleh sinopsisnya yang begitu menghipnotis, aku pun memiliki ekspetasi yang tinggi untuk bacaan pertamaku di tahun 2012 ini. Akan tetapi lalu aku tahu itu adalah sebuah kesalahan.
Rain Over Me mengisahkan cerita cinta segi empat antara Kim Hyu-bin (lk), Yuna (pr), Han Chae-rin (pr) dan Yoon Jeon-seuk (lk). Hyu-bin yang adalah pewaris tunggal dari jaringan Kim’s Restaurant di seluruh dunia jatuh cinta kepada seorang gadis periang keturunan Indonesia, Yuna. Cinta Hyu-bin tumbuh bersama alasan yang sederhana: karena bersama Yuna, Hyu-bin selalu merasa lebih ringan dan tenang. Sayangnya, cerita cinta Hyu-bin tidak berjalan sesederhana alasannya jatuh cinta. Kenyataan bahwa Yuna adalah adik tirinya memaksa Hyu-bin menyimpan perasaannya rapat-rapat. Lalu saat Yuna harus kembali ke Indonesia, Hyu-bin pun seakan kehilangan separuh jiwanya. Langit sore yang biasa ia nikmati bersama Yuna mendadak menjadi begitu kosong. Jiwa berandalan Hyu-bin yang sudah sempat mati karena kehadiran Yuna sontak kembali hidup setelah Yuna pergi. Berkelahi menjadi makanan pokok bagi Hyu-bin sampai akhirnya papanya terpaksa memaksa Hyu-bin bekerja di salah satu restoran miliknya dengan harapan putranya itu bisa sedikit lebih dewasa.
Han Chae-rin pertama kali bertemu dengan Kim Hyu-bin di restoran. Pertemuan pertama itu meninggalkan kesan buruk bagi Chae-rin. Keadaan itu diperparah oleh kenyataan bahwa Hyu-bin adalah seorang pria yang kaya. Merasa telah menggenggam alasan yang kuat, Chae-rin pun bersikap dingin kepada Hyu-bin. Namun anehnya, gadis itu justru berkali-kali mendapati Hyu-bin menolongnya. Perlahan-lahan Chae-rin menjadi ragu apakah alasan yang ia genggam sudah cukup kuat atau tidak. Lalu saat Chae-rin sibuk mencari tahu, bagian dari masa lalu Hyu-bin tiba-tiba kembali dan mengacaukan semuanya. Sejak itu, Chae-rin merasa kebahagian mulai meninggalkannya.
Yuna yang diminta oleh ayah tirinya untuk kembali ke Seoul setelah bertahun-tahun berlalu mendapati kakak tirinya, Hyu-bin ternyata tidak banyak berubah. Hyu-bin masihlah kakak yang menyenangkan dan dapat diandalkan. Yuna yakin dirinyalah alasan di balik sikap Hyu-bin yang membaik, namun saat ia mengenal Chae-rin, ia mulai meragu.
Di sudut lain, ada Yoon Jeon-seuk yang tidak lelah menunggu Han Chae-rin, berharap gadis itu bisa melihatnya suatu saat nanti. Ia mencintai Chae-rin dengan tulus dan tidak ada yang salah dengan itu. Satu-satunya kesalahan adalah Jeon-seuk memiliki kenyataan yang sangat dibenci oleh Chae-rin, kenyataan kalau Jeon-seuk adalah pria yang kaya. Saat Jeon-seuk mulai merasa lelah dan butuh tempat bercerita, di saat itulah ia menemukan adik kelasnya dulu, Yuna.
Itu sekilas mengenai jalan cerita Rain Over Me.
Idenya patut diacungi dua jempol, namun tidak pada pengeksekusiannya. Selama membaca, aku berkali-kali mengerutkan kening karena merasa ada bagian yang terasa berlebihan. Dikisahkan hubungan Hyu-bin dengan papanya tidak begitu harmonis sejak kepergian mamanya. Dikatakan kalau Hyu-bin yang kala itu berumur 11 tahun tidak pernah berbicara dengan papanya sejak ia berumur 8 tahun. Ya, memang ada alasannya: karena papanya terlalu sibuk, namun sungguhkah selama 3 tahun itu tidak pernah berbicara sama sekali? Jujur saja, bagian ini terasa berlebihan.
Lalu sejak Yuna kembali ke Indonesia, Hyu-bin diceritakan begitu kehilangan, seperti ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Yuna sejak itu. Oh, well. Jangan buat Alexander Grahham Bell kecewa karena penemuannya tidak digunakan. What I mean is... ada telepon, lho... Kenapa digambarkan dengan berlebihan seolah-olah Hyu-bin tidak tahu apa itu telepon.
Di samping berlebihan, ada beberapa hal yang terkesan aneh dan dipaksakan. Pertemuan tiba-tiba antara Yuna dan Jeon-seuk contohnya. Perasaan Hyu-bin yang terkesan tidak pasti menjadikan pria ini tergambar sebagai remaja 16 tahun yang sedang berada di fase labilnya. Sebentar digambarkan kalau Hyu-bin begitu mencintai Yuna, lalu sejenak kemudian perasaan itu seakan-akan tidak pernah ada saat ia bersama dengan Chae-rin. Ini membuat aku yang membacanya mendesah malas, seperti yang terjadi saat aku membaca Grey Sunflower tentang perasaan Louise yang berpindah-pindah dari Ben ke Gerard, lalu ke Ben lagi, lalu ke Gerard lagi. It’s little annoying.
Well, setelah banyak memaparkan kekurangan dari novel ini, sekarang saatnya memaparkan kelebihannya. Yang paling dominan adalah pendeskripsiannya yang detil meski di beberapa bagian terasa repetitif. Kutipan-kutipan romantis yang sederhana juga bertebaran di sana-sini. Rasanya cukup membuat hati terenyuh haru. Ketekunan penulis dalam menulis novel setebal 348 halaman ini perlu dipuji mengingat ini adalah novel pertamanya. Menurutku tidak semua penulis berhasil setekun ini dengan novel pertamanya.
“Kau tak perlu takut jatuh. Kau bisa berpegangan padaku.”
(Hyu-bin)
“Aku tidak pernah meminta apa-apa darimu. Kenapa kau masih tak dapat menerima kehadiranku?”
(Joen-seuk)
“Lihat aku sekali saja. Aku hanya ingin kau merasakan apa yang aku rasakan.”
(Chae-rin)
“Oppa, aku... aku sangat menci... aku menyayangimu.”
(Yuna)
Jumat, 08 Juni 2012
Baju dan Aksesoris khas Korea
Kali ini aku mau bahas tentang baju dan aksesoris yang di kenakan anggota keluarga kerajaan dan semua pejabat istana…..
1. Hanbok Ratu
1. Hanbok Ratu
Baju yang di atas ini di kenakan raja atau ratu pada saat penobatan pada jaman dinasti Sila
Sedangkan yang ini adalah pakaian ratu pada saat penobatan atau pada acara tertentu di zaman dinasti Joseon
Yang ini adalah pakaian sehari – hari ratu di zaman dinasti Sila
Kalau yang ini adalah baju sehari – hari ratu di zaman dinasti Joseon
2. Hanbok para selir raja
Ini adalah pakaian selir untuk menjalani penobatan atau acara tertentu
Ini adalah pakaian sehari- hari selir raja
3. Hanbok putri
Ini adalah pakaian sehari – hari putri dalam istana
Dan ini adalah pakaian sehari- hari putri pada saat di luar istana (sesudah menikah)
4. Pakaian Raja
Ini adalah pakaian yang di pakai Raja pada Penobatan dan acara tertentu
Dan ini adalah pakaian sehari – hari raja
Dan pakaian ini adalah pakaian raja jika inig pergi ke luar istana
5. Pakaian para Mentri
Ini adalah pakaian para mentri jika berada di dalam istana
6. Pakaian para Dayang
Ini adalah pakaian dayang istana yang sukanya ngikutin para keluarga kerajaan atau yang lain
Bonus gambar binyeo dan aksesoris khas korea
"Hanbok (Korea kostum tradisional)"
Hal ini sering ditandai oleh getaran warna dan garis-garis sederhana tanpa saku. Walaupun secara harfiah berarti "Pakaian Korea", hanbok hari ini sering mengacu pada Dinasti Joseon dan yang biasa dipakai secara formal atau semi-formal memakai selama festival tradisional dan perayaan. Modern hanbok tidak mengikuti gaya sebenarnya sebagai dikenakan di Dinasti Joseon karena melewati beberapa perubahan besar selama abad ke-20 untuk alasan praktis. (dari Wikipedia)
Sokchima - underskirt, atau petticoat lapisan.
Baji - Baji adalah istilah resmi untuk "celana." Kata yang sama digunakan hari ini untuk celana modern.
Sokbaji - underpants.
Beoseon - beoseon (lafal Korea: [bəːsɔn]) adalah jenis pasangan kaus kaki yang dikenakan dengan hanbok, Korea tradisional pakaian dan terbuat dari kain untuk perlindungan, kehangatan, dan gaya yang kaki.
Gomusin - Gomusin (lafal Korea: [komuɕin]) merujuk pada sepatu yang terbuat dari karet di bentuk sepatu tradisional Korea. Lebar lebar dan tumit rendah. Gomusin untuk pria mencontoh "gatsin", dan bagi perempuan yang danghye. Gomusin pertama kali muncul pada abad ke-20. Mereka lebih mudah untuk tetap bersih dari danghye dan jipsin (jerami sepatu) dan mereka bisa dipakai saat hujan. Oleh karena itu gomusin mendapatkan popularitas dan digantikan dengan sepatu tradisional.
Binyeo - tongkat dekoratif yang besar seperti hairpin.
Orang Korea telah digunakan untuk menghias rumah dan mengenakan kostum.
Norigae adalah tertanam orang Korea keinginan untuk berdoa bagi fekunditas, becom yang kaya, hidup panjang, dan setiap hal baik-baik saja.
Durumagi adalah berbagai po, atau mantel di hanbok, pakaian tradisional Korea. Hal ini biasanya lapisan paling atas pakaian yang dikenakan di atas jeogori (jaket) dan baji (celana). Durumagi dikenakan tidak hanya untuk menangkis off dingin, tetapi juga untuk tujuan upacara.
Nambawi adalah jenis tradisional Korea musim dingin topi dikenakan oleh laki-laki dan perempuan selama periode Joseon
untuk perlindungan terhadap dingin. Ia biasanya dikenakan oleh setengah
baya perempuan dan orang tua serta oleh pejabat pemerintah yang
diletakkan di bawah 'samo' (resmi topi)
Tosiis(are) a(the) Korea tradisional lengan warmer(s).
Wonsam
adalah camelhair upacara perempuan di hanbok, pakaian tradisional
Korea. Dikenakan oleh Ratu, wanita-wanita istana berpangkat tinggi, dan
royalti pada masa Dinasti Joseon dari Korea (1392-1910).
Daedae adalah jenis string yang digunakan untuk mengenakan Wonsam atau hwalot untuk dekorasi.
Baessi adalah jenis rambut aksesori untuk gadis berusia 3-4 tahun.
Tteoguji adalah jenis bingkai kayu untuk hiasan rambut yang digunakan untuk upacara di istana.
Jobawi adalah jenis dingin tradisional Korea topi dengan earflaps yang telah dikenakan oleh wanita dan terbuat dari sutra
Pakaian Kerajaan Joseon ala Korean Drama
Nemu artikel ini di thetalkingcupboard.wordpress.com dan
kerennnnnnnn banget!! Akupun sebenarnya pengen banget posting tulisan
kek gini tapi karena keterbatasan bahasa jadilah aku cuman posting
beberapa hal kek binyeo, itupun yang aku dapat dari posting orang lain.
Sejak nonton The Princess' Man sebenarnya udah tertarik dengan aneka
hanbok, aksesoris ala Joseon. Terus nonton Deep Rooted Tree, terus
nonton The Moon That Embraces The Sun nambah penasaran. Sampai aku, yang
tadinya ga' nonton Dong Yi, jadi beli dvd Dong Yi demi ngeliat binyeo,
hanbok, dan gelar istri-istri raja ^^.
Oke tulisan berikut aku copas dari link blog tadi yang aku tulis, catatan : tulisan warna hijau adalah additional dari aku ya bukan dari blog tadi.
1) Raja dan Putra Mahkota
Raja sebagai pria yang paling tinggi kedudukannya, jadi bahas soal pakaian raja dulu.
Yang
paling sering dilihat di drama adalah jubah besar berwarna merah dengan
lambang naga untuk raja. Jubah untuk raja ini biasa di sebut gonryongpo (곤룡포), baju harian untuk raja dan putra mahkota. Jadi itu menjelaskan kenapa raja selalu aja pake jubah warna merah (kek ga' punya baju lain aja ya rajanya ^^) karena itu baju harian (ya..ya..ya..).
Gonryongpo di
pakai oleh raja yang berkuasa, putra mahkota dan anak laki-laki pertama
dari putra mahkota (calon putra mahkota). Perbedaannya terletak pada
wrna dan lambang naga. Merah / scarlet (tapi kadang merah marun kek warna jubah raja Sukjong di Dong Yi nih kek gambar di bawah ini)
chakan,
tapi ni Ji Jin Hee ga' pake lambang naga ya? Lambangnya kek harimau
gitu. Aigu..jadi bingung juga baiklah mungkin selain naga pake lambang
harimau. Tapi di jubah lain raja Sukjong pake emblem naga kok.
Untuk putra mahkota dan anak laki-laki pertamanya mereka memakai warna biru (biru? aku rasa ungu ya. okelah Ungu kebiru-biruan atau biru keungu-unguan? Hahaha aku ni ya copas kok ya protes ^^). Untuk lambang naga, raja memakai naga dengan lima jari yang di kenal dengan nama ohjoeryongbo (오조룡보), putra mahkota memakai sajoeryongbo (사조룡보) naga empat jari. Untuk anak pertama dari putra mahkota memakai wearssamjoeryongbo (삼조룡보), lambang naga berjari tiga.
Kata
si penulis blog tadi, sapa ya namanya, dia ga' begitu memperhatikan
soal emblem (lambang) naga ini. Hmm..berarti benar ya analisaku tadi
kalau terkadang emblemnya ga' melulu naga, bisa harimau. Jadi penasaran
ma drama lainnya. Coba aku cek Iljimae ya. Tar deh aku gugling dulu ^^
Ketemu
yang Iljimae!! Tapi...warna jubah raja hitam bukan merah atau scarlet.
Tapi emblemnya sama kok, naga. Gimana kalau raja Sejong di Deep Rooted
Tree? Gugling lagi deh :D
Ketemu.........Lee
Do muda dan tua sama-sama pake pake emblem naga. Oke keknya selesai
soal raja, lanjuttt.... Eh tapi sebelumnya masih soal Deep Rooted Tree
kan ceritanya pas raja Sejong muda memerintah ayahnya, raja Taejong,
masih ikutan memerintah gitu. Nah warna jubah raja Taejong agak hitam,
biru keunguan gitu. Mirip sama warna jubah putra mahkota.
Lee Hwon sebagai putra mahkota, memakai biru (aku lebih suka bilang biru keunguan ^^) gonryongpo dan sajoeryongbo (naga empat jari) di depan, belakang dan kedua bahunya.Lihat di gambar, di bahu kirinya.
Sebagai raja, Lee Hwon memakai gonryongpo merah dengan ojoeryongbo (naga lima jari). Keliatan tuh di gambar, di bahu kirinya.
Sebagai pelengkap dari gonryongpo, mahkota di kenal dengan nama ikseongwan (익
선관). Di drama sealu warnanya hitam tapi sebenarnya ga' melulu warnanya
hitam. Ada banyak variasi warna. Di pinggang sabuk dengan giok di sebut gakdae, aksesoris penting lainnya untuk jubah.
Untuk acara-acara khusus seperti penobatan dan pernikahan, raja memakai jubah spesial yang bernama myeonbok (면복). Ada dua jenis dari myeonbok: gujangbok(구장복) atau 'pakaian sembilan simbol' untuk raja dan sibijangbok (십이장복) atau ‘pakaian 12 simbol' untuk kaisar. (kok kaisar ya? Setahuku Joseon itu pake raja bukan kaisar kek di China. Apa kaisar ini sebutan untuk ayah raja?)
Disebut gujangbok karena
ada sembilan jenis simbol yang tersulam di jubah. Bagian atas dari
jubah, naga di kedua bahu, gunung di belakang, api, burung,
lambang barel anggur harimau di kelima lengan ; yang di sebut ojang, artinya untuk yang. Untuk roknya (pasangan jubah) ada biji padi, kapak dan api; yang di sebut sajang, artinya untuk ying.
Dari
kiri, searah jarum jam : naga pada kedua bahu Hwon; lima puncak di
belakang; api, naga dan puncak-puncak di rok (mungkin karena ia putra
mahkota); dan api di keliman tangannya.
Warna
jubah hitam kemerahan untuk di luar dan ungu untuk warna bagian dalam.
Jubah ini ukurannya lebih pendek di banding dengan jubah yang normal
jadi lambang-lambang yang tersulam di rok tetap kelihatan. Baju dalam
(lebih sering ga' kelihatan) di kenal dengan nama jungdan, berwarna putih dengan keliman warna biru. Daedae adalah sabuk di pinggang berwarna merah dan putih yang di gunakan untuk mengencangkan rok. Sabuk pinggang, hyeokdae dipagari oleh giok. jade. Ada sepasang giok yang di sebut pae, tergantung di hyeokdae. Rok berwarna pink mawar (atau merah). Pelindung lutut, pyeseul,
di ikat bersama ke pinggang di balik rok tapi kini biasanya di jahit ke
rok. Berukuran persegi panjang, di buat dari sutra merah dengan kain
hitam yang melapisi tepinya.
Yang kelihatan dari scene ini (pernikahan Hwon dan Bo Kyung episode 6) : jubah, hyeokdae persegi, dan bagain atas dari rok.
Husu adalah bagian berumbai di belakang rok.
Hwon memakai husu di belakang tapi lebih jelas dapat di lihat husu yang di pakai menteri Yoon.
Mal, adalah kaos kaki merah yang di pakai bersama dengan sepatu merah yang di sebut seok. Dan untuk tutup kepala, mahkota yang di sebut myeonrugwan. Banyaknya manik-manik di myeonrugwan menunjukkan status si pemakai : dua belas untuk kaisar, sembilan untuk raja dan delapan untuk putra mahkota.
Raja juga punya baju militer yang di gunakan saat keluar dari istana atau untuk tugas militer.
2) Ratu, ibu suri, selir dan putri
Para
wanita kalangan atas sama saja seperti wanita kebanyakan : mereka di
beri kebebasan untuk memakai pakaian yang beraneka warna (ga' kek raja
atau putra mahkota) tapi aksesoris pelengkap dari pakaian istana mereka
berbeda dari wanita kebanyakan yang menunjukkan level status sosial
mereka.
Yang paling sering dan pakaian sehari-hari dari para wanita istana ini adalah isdangui (당
의). Itu sebenarnya bagian dari pakaian ceremony atau jaket, tapi oleh
para ratu dan putri itu di adaptasi menjadi pakaian sehari-hari. Di
karakteristikan dari bagain depan dan belakang yang rendah, seperti
lingkaran dengan bagian yang runcing. Perbedaan yang mencolok dari dangui yang di pakai oleh keluarga kerajaan, di banding dayang-dayang istana dan wanita bangsawan adalah dari geumbak, atau pola emas di baju mereka. Dan juga untuk ratu atau ibu suri ada lambang naga yang terjahit di bahu, depan dan belakang dangui mereka. Sama seperti yang di pakai raja, ohjoeryongbo (naga lima jari). Dangui di pakai bersama a seuran chima, rok panjang yang ada pola geumbak-nya.
Dangui
putri Minhwa agak simple mungkin karena dia masih kecil. Tapi untuk
putri yang lebih dewasa seperti putri Kyung Hye (The Princess' Man)
geumbak-nya lebih banyak (scene ini pas Se Ryung nyamar jadi putri Kyung
Hye). Perhatikan karena putri Kyung Hye bukan ratu atau ibu suri jadi
geumbak dia bukan naga melainkan bunga-bunga.
Untuk ornamen penting tergantung pada gaya rambut yang di pakai oleh masing-masing orang.
Ratu biasanya memakai gaya rambut bulat kek yang di pakai ratu Soheon (Deep Rooted Tree) yang di kenal dengan nama eoyeo meori (어여머리), juga di sebut 'gaya rambut kerajaan' karena hanya wanita anggota kerajaan yang boleh memakai gaya rambut ini. Tteoljam (떨
잠), 2 ornamen bulat yang terbuat dari logam berbentuk bunga dan
kupu-kupu adalah hiasan yang di pakai untuk jenis gaya rambut ini dengan
tusuk konde yang besar dan kecil.
Yang ini : gaya rambut yang paling sering di pakai oleh ratu dan putri yang telah menikah di sebut isjjeokjin meori (쪽
진 머리), dimana gelungan kepangan rambut yang di ikat jadi semacam
sanggul, dengan tusuk konde panjang. Tusuk konde panjang ini biasa di
sebut binyeo (비
녀), tapi nama yang spesifik tergantung dari bentuk dari binyeo itu
sendiri. Binyeo ini menentukan level status wanita yang memakaianya.
Tusuk konde naga, yongjam, untuk ratu (dan ibu suri). Mutiara merah di mulut naga berarti bahwa setiap keinginan akan jadi kenyataan.
Ibu
Suri Yoon (the Moon That Embraces The Sun) yang biasanya pake binyeo
kek ibunya Hwon pas episode 17 yongjam berubah. Masih naga tapi ga' ada
mutiara merahnya.
Tusuk konde berbentuk phoenix, bongjam, di pakai oleh selir dan para putri. (Tapi
kalau di lihat di TMTETS putri Minhwa pas di luar istana pake binyeo
bukan yang phoenix tapi kek bunga-bunga gitu berbeda pas dia masuk
istana maka binyeo dia berubah jadi binyeo bongjam).
Bentuk
berbeda dari bongjam ; dari kiri sesuai arah jam Lady Park (ibunya
Yang Myung), Ratu Yoon Bo Kyung, Yeon-Woo, dan Putri Min Hwa.
Putri yang belum menikah memakai gaya rambut yang normal, kepang satu yang di ikat dengan pita. Gaya ini di sebut daenggi meori (댕기 머리). Daenggi adalah pita yang mengikat kepang. Hiasan lain disebut baetssi daenggi, ini dipakai di atas kepala bentuknya kecil tapi juga di tambahkan konde kecil di kedua sisi rambut yang di sebut cheopji.
Saat ada upacara khusus ada beberapa opsi untuk jubah yang di pakai ratu dan putri.
Wonsam jubah
yang di pakai oleh ibu suri, ratu dan putri. Namun ada warna dan pola
khusus sesuai dengan level masing-masing : warna kuning dan pola naga (hwangwonsam) untuk ibu suri, warna merah dan pola phoenix (hongwonsam) untuk ratu, merah keunguan dengan pola phoenix untuk selir, dan hijau dengan pola bunga (nokwonsam) untuk putri. Ikat pinggang warna merah ,daedae, dipakai untuk wonsam seperti yang di pakai Lee Seol di drama My Princess
Hwarot adalah jubah mewah warna merah dengan pola-pola sulaman yang di pakai putri saat menikah. Bagian dalam jubah di sebut samhuijan jeogori (jaket) warna kuning dengan merah / biru daran chima (rok berpola emas).
Putri Kyung Hye dengan samhuijan jeogori dan Se Ryung yang memakai daran chima.
Hwarot
punya beragam pola seperti peoni dan lotus, bebatuan, phoenix dan
kupu-kupu melambangkan umur panjang dan keberuntungan. Huruf yang
tertera menyimbolkan keberuntungan dan kehidupan berumah tangga, contoh
: ‘二姓之合’ (kedua nama tergabung) dan ‘萬福之源’ (dasar dari setiap
keberuntungan). Untuk hiasan kepala dan ornamen di rambut, yongjam panjang dimasukkan melalui sushik (gaya rambut untuk pernikahan)agar ap daenggi (pita), bisa di gantungkan disana. Mahkota kecil yang di kenal dengan nama hwagwan di kenakan di kepala dan doturak daenggi, pita besar tergantung disana di bagian belakang.
Saat
putri Kyung Hye menikah; dari kiri searah jarum jam :From the day of
Princess Kyung Hye’s wedding; from the top left, clockwise direction:
berbagai macam pola dari hwarot dan daenggi, kata-kata yang tersulam,
doturak daenggi, hwagwan dand ap daenggi tergantung di yongjam yang
panjang.
Cheokui adalah jubah upacara berwarna biru dengan untuk is a blue ceremonial robe dengan
kain merah berjajar kerah sampai ujung yang lebih rendah dan juga ujung
lengan. Pola awan dan phoenix tersulam di kain merah dan awan dan naga
pada bagian yang berwarna biru. Kebanyakan saat menikah ratu atau putri
akan memegang sebuah lempengan batu giok berwarna biru kehijauan (tergantung dari apa yang mereka gunakan) di kenal dengan nama paeok atau gyu.
Noeui (노
의) adalah jubah acara berwarna merah dengan lingkaran ke bawah ujung
kedua lengan dan juga pada seluruh jubah. Tidak banyak detail soal noeui tapi kalau di lihat dari drama hampir sama dengan cheokui.
Yeon-Woo memakai noeui dan memegang paeok.
Ada dua jenis model rambut yang di gunakan untuk noeui. Satu keun meori (큰머리). Hampir sama dengan eoyeo meori, tapi ada tambahan hiasan kepala yang di sebut tteolguji. Yang kedua daesu, hiasan kepala atau mahkota ukurannya sangat besar dan berat. Daesu hanya di pakai untuk cheokui.
3) Pangeran, Menantu raja, Pejabat Sipil, Pejabat Militer, Kasim dan Dayang
Pada
dasarnya pangeran punya jubah yang berbeda dengan putra mahkota. Jubah
mereka hampir sama dengan apa yang di pakai oleh para pejabat. Paling
beda dari warna dan pola pala lencana level status atau yang disebut hyungbae.
Jubah berkerah bulat yang di pakai pangeran Gwangpyung ini di sebut dalryeongpo, warnanya ungu.
Pada piku di atas, terlihat hanya Grand Prince Suyang dan Grand Prince Anpyung yang memakai dalryeongpo ungu sementara Prince Yangmyung dan Prince Consort Yeom memakai dalryeongpo merah tua (kalau di drama The Princess' Man warna jubah prince consort Jong bukan merah tapi biru). Mungkin jubah berwarna ungu untuk pangeran dari ratu sedangkan pangeran dari selir warna jubah mereka merah. Tapi...pas
nonton Queen Insoo, suami dia (Pangeran Dowon) juga memakai jubah warna
merah. Jadi warna merah ini untuk pangeran anak selir, menantu raja dan
pangeran anak dari adik-adik raja. Bingung ya? Prince Dowon kan anak
dari Grand Prince Suyang, nah kalau Pangeran Suyang pake warna ungu tapi
kalau anaknya pake warna merah. Tapi...ga' begitu merhatiin warna jubah
pangeran SUyang pas di Queen Insoo euy!
Jubah sehari-hari para pejabat juga di kenal dengan nama dalryeongpo.
Warnanya
tergantung dari level status : merah untuk rank 1 senior sampai rank 3
senior, biru untuk rank 3 junior sampai 6 junior, dan hijau untuk 7
junior samapi 9 juniuor. Selama masa awal dinasti Joseon satu warna
jubah hanya merefleksikan satu level status tapi kemudian dalam
perkembangannya mereka mengadaptasi dari dinasti di China. Lencana
status atau hyungbae di buat dengan sulaman pola awan dan binatang : derek untuk petugas sipil dan hopyo (harimau - macan tutul) untuk petugas militer. Hyungbae dengan dua pola binatang untuk rank 1-3 dan pola dengan satu binatang untuk rank 4-9.
Sekali
lihat saja sudah bisa ketahuan siapa yang lebih berkuasa : Menteri Yoon
One look and you could tell who is more powerful than the others:
Minister Yoon mengenakan
jubah merah dengan dua crane pada lencana pangkatnya sementara
sementara itu 3 profesor fisiognomi dengan jubah biru dengan satu crane.
Keempatnya masuk dalam jajaran petugas sipil.
Untuk
acara khusus seperti pengumuman dari keputusan kerajaan dari raja, para
pejabat ini akan memakai jubah khusus berwarna merah yang di sebut jobok. Yanggwan,
mahkota dengan dua jumbai yang etrgantung di konde. Pada piku di atas
semua menteri memegang tongkat kekuasaan yang terbuat dari gading.
(Scene dia tas episode 1 The Moon That Embraces The Sun).
Dayang pengiring juga punya jubah tersendiri yang di sebut gungnyeo. Mereka biasanya memakai dangui, jaket kek punya ratu atau putri tapi tanpa geumbak atau pola emas. Warna dan gaya rambut berrbeda tergantung dari level status. Yang paling tinggi di sebut sanggung (perhatikan
kalau nonton TMTETS dayang kepala punya Bo Kyung atau nenek suri. Punya
Bo Kyung namanya Jo Sanggung). Para sanggung memakai dangui warna hijau gelap giok. Juga memakai binyeo dan cheopji,
konde kecil dengan bentuk kodok. Gaya rambut mereka mirip dengan ratu
atau ibu suri atau wanita Joseon yang sudah menikah, kepang yang di ikat
jadi satu. Nain (dayang di bawang sanggung) memakai jubah warna giok yang lebih terang, gaya rambut mereka sama dengan model sanggung. Nain magang memakai dangui berwarna pink tapi lebih sering mereka memakai jeogori pink. Model rambut mereka sedikit berbeda : mereka memakai saeng meori, kepang yang diangkat ke ats kepala dan mereka memakai daenggi untuk hiasannya.
Jo Sanggung memakai silver cheopji di kepala dan binyeo.
Nain magang model rambut mereka seperti ini (saeng meori).
Variasi warna di pakai oleh nain spesial raja Sejong (Deep Rooted Tree) mereka memakai jaegori berwarna giok gelap.
Tapi
kalau nonton Dong Yi, ada dayang khusus investigasi. Warna dangui
mereka biru tua untuk sanggung dan biru terang untuk nain. Ini pikunya
Mungkin karena mereka dayang khusus ya?
Tapi
untuk sanggung yang ngikutin kemanapun selir Dong Yi pergi sama kok
warna dangui mereka hijau paling yang berbeda warna dari Nain magang
bukan pink tapi biru.
ini pikunya
Untuk kasim :
Aku
hanya tahu Hyung Sun di Haepumdal :)) Dia kan kasim paling tinggi (sang
Soen) warna jubah dia mirip dengan sanggung, warna giok tua.
Di
gambar ini jubah Hyung Sun lebih gelap timbang kasim yang tingkatnya
lebih rendah di bwah dia, yang lebih rendah warnaya sama dengan dangui
yang di pakai nain.
Langganan:
Postingan (Atom)