Rabu, 06 Juni 2012

FF || YOU NOT SAME ANYMORE || 1 SHOOT


Title : You Not Same Anymore
Main Cast : Park Ji Yeon
Other Cast : Lee Jinki ; Luna ; Mavin
Genre : Sad, Family
Length : One Shoot
Backsound : K-Will – I Hate My Self
***
Ku hembuskan nafas yang terasa amat berat, meremas lenganku cukup kuat. Saat lagi-lagi kau mengucapkan kata yang selalu sama. Kata yang kau pun tahu jika hal itu tak dapat aku jawab. Mengapa kau masih memaksakannya ? Bukankah kau akan tetap tahu jawabnnya.
“Apa kau benar-benar menginginkan semua ini ?”
Kau mengangguk mantap. Hey ! Lihatlah, bahkan kau tak menatapku sedikit pun. Lebih memilih menatap rerumputan yang kini menjadi alas untuk kita duduk berdua.
Lagi.
Ku hela nafas berat. Bibirku ku tarik untuk menciptakan seulas senyuman pahit yang amat sakit ku rasa.
“Aku juga sudah lelah, Onew. Hanya saja…
Aku menggantungkan ucapanku begitu saja. Rasanya lidahku tiba-tiba saja terasa amat kelu.
“Kau selalu mengelak. Apa sulitnya berkata Iya. Bukankah kau juga tahu ini untuk kebaikan kita semua ?”
Aku tersenyum kecut. Menatap langit yang mulai mendung. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan lebat. Ku tatap wajahnya yang kini menatapku. Ia mencoba meyakinkanku dengan tatapannya. Namun sayang, semuanya tak mengubah keadaan. Rasanya masih tetap sulit.
“Apa kau berjanji tak akan mengingkari janjimu ?”
“Tentu saja.”
Aku terdiam. Sedikit ragu. Walau aku tahu kau tak mungkin mengingkari janjimu.
“Jika itu yang kau inginkan. Baiklah, aku merelakanmu….”
Dengan berat hati akhirnya kalimat itu keluar juga dari mulutku. Ku lihat kau tersenyum dan memelukku amat erat. Rasanya hangat, namun mengapa didalam sana justru terasa membeku.
“Cepat kembali. Aku akan merindukanmu….”
Lelehan air mata itu akhirnya tak dapat ku bendung. Mengalir begitu saja melewati pipiku. Aku terisak sementara kau mengelus punggungku lembut.
“Aku bernjaji. Setelah aku mengumpulkan uang yang banyak untuk kita dan biaya adikmu. Aku akan segera pulang…”
Aku mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya.
“Aku akan selalu menunggumu disini….”
.
.
.
Dan sekarang disinilah aku. Mengantarkannya menuju stasiun kereta api yang akan mengatarkannya menuju Seoul. Pusat kota Korea Selatan yang di yakini sebagai gudang uang. Namun menurutku tak selamanya Pusat kota adalah gudang uang. Terkadang disana kita dijadikan sampah yang hanya dipandang rendah dan ditendang karena menjijikan.
Itu yang kutakutkan Onew. Walau aku tahu kau bekerja di sebuah rumah megah yang kau sebut-sebut tempo hari. Aku hanya takut kau terlena dengan dunia Seoul dan melupakanku juga Daegu, kota kelahiranmu. Kota dimana kita pertama kali bertemu dan merasakan hal itu. Aku takut kau benar-benar pergi dan tak akan kembali lagi. Sama seperti appaku dulu yang meninggalkan umma hanya karena uang sesaat setelah ia pergi ke Seoul. Dan sampai sekarang ia tak pernah muncul lagi.
“Jiyeon~aa…”
Panggilanmu menyadarkanku dari lamunan yang cukup membuatku kembali meringis ketakutan. Kau tersenyum dan menarik kedua lenganku untuk kau genggam.
“Benjanji padaku untuk selalu menungguku sampai aku kembali nanti…”
Aku mengangguk cepat. Tentu Onew. Tanpa kau suruh pun akan selalu ku tunggu. Karena kau orang kedua yang berarti dalam hidupku setelah Mavin adikku. Kurasakan hangat disekujur tubuhku saat kau memelukku dengan begitu erat.
“Aku mencintaimu….”
“Aku tahu. Dan aku lebih mencintaimu…”
aku memejamkan mata saat kau mengecup keningku lama. Perlahan kau melepaskan lenganku. Melangkahkan kaki menuju gerbong kereta api. Aku hanya berdiri dan melihatmu sampai kau masuk dan duduk di sebuah kursi dekat jendela. Aku tersenyum saat kau melambaikan tangan kearahku. Kubalas dengan senyuman dan lambaian tangan juga.
Air mataku jatuh bersamaan dengan menghilangnya kau dari pandanganku.
“Aku berharap kau selalu sama, Onew..”

***
3 YEARS LATER

“Noona…”
“Wae sayang..?” aku berjongkok di hadapan Mavin yang terlihat kesulitan memasang dasi seragam sekolahnya. Ini adalah hari pertama ia masuk sekolah dasar, ia terlihat bahagia. Senyuman tak lepas dari bibir mungilnya. Ku bantu ia memasang dasi dan mengikat tali sepatu.
“Noona, kapan Onew hyung pulang ? Mavin merindukannya..”
Aku terdiam. Tak mampu menjawab apapun. Setelah kepergiannya 3 tahun yang lalu. Dia tak pernah sekali pun mengirimkanku kabar. Sempat terbersit prasangka buruk dalam hatiku namun dengan cepat ku tepis. Mungkin ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tak sempat mengirimi kabar. Gwenchana. Aku percaya janjinya dulu dan masih akan tetap menunggunya sampai ia kembali.
“Sebentar lagi. Mungkin bulan depan Onew oppa pulang. Makannya kau belajar yang benar supaya ia bangga padamu, eum..” Ujarku seraya tersenyum
Mavin mengangguk dan tersenyum lebar menampakan deretan gigi susunya yang putih dan rapih.
“Kajja noona antar kesekolahmu hari ini…”
“YEAH..KAJJA…” Mavin berteriak riang dan menarik lenganku untuk ia genggam. Aku hanya tersenyum. Mengingat seseorang yang dulu selalu melakukan hal yang sama seperti apa yang Mavin lakukan saat ini.
Bogoshippeo.

***
Setelah mengatarkan Mavin ke sekolahnya, Aku bergegas menuju restoran tempatku bekerja. Yah, setelah Onew pergi ke Seoul untuk bekerja aku pun mencoba mencari pekerjaan di Daegu dan aku sangat bersyukur bertemu Jeongmin sahabatku saat sekolah atas yang ternyata pemilik sebuah restoran yang cukup terkenal di Daegu dan aku di ajaknya untuk bekerja. Walau sebagai pelayan aku tetap bersyukur karena setidaknya gaji yang aku dapatkan cukup untuk biaya hidupku dan Mavin juga biaya sekolahnya.
Aku duduk dikursi belakang bus yang biasanya akan mengatarkanku ke Heaven Restoran tempatku bekerja. Mataku tak sengaja menangkap sebuah tulisan tangan di pinggir besi penyangga tempat duduk. Bibirku tersenyum, kembali teringat masa itu.

FlashBack
Senyuman tak pernah memudar dari bibirnya. Aku merasa nyaman saat lagi-lagi Onew merangkul bahuku agar bersandar di dadanya yang bidang. Setelah menunggunya selesai bekerja di sebuah bar sebagai pelayan kami berniat untuk berjalan-jalan ke pasar malam.
“Oppa, jika kau lelah sebaiknya kita tak usah kepasar malam saja. Lagiankan sayang uangnya di hambur-hamburkan, kitakan bisa menabung uang itu untuk masa depan kita nanti…” Ujarku panjang lebar.
Sementara Onew hanya mengusak rambutku dan mengecupnya.
“Gwechana, bukankah hari ini ulang tahunmu, eoh ? Jadi aku akan membuatmu tak berhenti tersenyum hari ini….”
“Gomawo…” pelanku. Ku peluk tubuhnya yang hangat dengan erat. Chinja. Aku benar-benar mencintai namja ini. Namja yang tak sengaja Tuhan pertemukan denganku saat kejadian dimana aku dan Mavin kehilangan seluruh harta kami karena dirampok. Saat itu aku membawa Mavin yang menangis duduk di pinggiran toko yang sudah tutup. Aku tak memiliki apapun saat itu kecuali Mavin adikku satu-satunya karena umma telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Tak kuasa aku juga menangis, saat hujan lebat mengguyur Seoul kami kedinginan. Sampai Onew datang sebagai sosok malaikat yang amat baik. Yang mau menampungku dan Mavin dan sejak saat itu kami jatuh cinta dan aku mencintainya dengan sangat. Kami berjanji untuk selalu bersama sampai ajal menjemput. Selalu kata-kata itu yang ia ucapkan. Onew tak pernah membiarkanku untuk bekerja, selalu ia yang bekerja keras untuk membiayai aku juga Mavin. Dalam hati aku merasa kasihan melihatnya namun semangatnya dan saat ia meyakinkanku akn tak bisa melakukan apapun selain menyiyakan.
“Apa yang kau lakukan ?” Tanyaku heran saat tiba-tiba Onew mengeluarkan spidol dari saku mantelnya dan menuliskan sesuatu di besi peyangga tempat duduk.
‘Jinki Love Jiyeon’
Aku tersenyum membacanya.
“Selamanya aku akan mencintaimu…”
“Bohong…” Ujarku cepat. Menyilangkan lengan didepan dada.
“Aishh ! Kenapa kau tak pernah percaya eoh ?” Tanyanya
Aku hanya terkekeh dan mencubit pipinya yang mengurus akhir-akhir ini, apa terlalu lelah eoh ?
“Ani. Selamanya aku akan selalu percaya apa yang kau katakan…”
Sampai mataku terpejam saat Onew mengecup bibirku cukup lama.

End FlashBack
“Apa kau ingat jika hari ini adalah hari ulang tahunku, oppa ?”
Aku menunduk. mengusap photo yang ku pegang sedari tadi. Hanya sosoknya yang tengah tersenyum.
“Aku merindukanmu. Kapan kau pulang oppa ? Mengapa lama sekali…”
Terkadang aku merasa ragu dengan janjinya. Ketakutan itu semakin besar seiring berjalannya waktu, semakin lama entah mengapa kepercayaanku padamu semakin memudar.
Ku sandarkan kepalaku di kaca jendal bus yang bergerak menyusuri jalanan yang cukup ramai. mataku terfokus menatap satu objek, seseorang yang tengah bersandar pada kap mobil di depan sebuah butik pakaian wanita. Aku melihatnya dengan seksama, takut-takut aku salah melihat. Namun wajahnya tak Nampak jelas karena bus yang ku tumpangi semakin menjauh darinya.
“Apa itu kau, Onew oppa ?”
.
.
.
.
“Jiyeon~aa antarkan ini pada meja no 8…” Titah tuan Shin.
Aku mengangguk cepat dan mengambil nampan berisi makanan dan juga minuman.
“Ini pesanan anda …” Ujarku ramah seraya meletakan mangkuk makanan dan minuman itu di mejanya. Yeoja di hadapanku hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu kemudian ia kembali sibuk mengutak-atik ponselnya
“Selamat menikmati…” Ujarku lagi.
“Ne, gomapta..”
Kelangkahkan kakiku pergi menjauhinya hendak melayani pelanggan yang lainnya. Namun naas saat aku berbalik aku menumbruk seseorang dan terjatuh.
“Akh, Joesunghamnida..Kau tidak apa-apa ?” Dia membantuku berdiri. Aku membenarkan bajuku yang berantakan. Hendak mendoak dan mengucapkan terima kasih.
“Ne..gwe—
Ucapanku terputus saat tiba-tiba jantungku berdetak dengan cepat. Aku mematung tak bisa melakukan apapun lagi. Lidahku seraya kelu, tenggorokanku tercekat dan aku tak bisa melakukan apapun selain melihatnya yang juga terlihat kaget melihatku.
“Onew…”
“Oppa, akhirnya kau datang juga…”
Mataku memanas saat yeoja tadi kini tengah merangkul lengan Onew yang hanya diam tak berusaha berontak sama sekali.
“Kau kenal dia oppa ?”
Aku masih diam. Menunggu kata apa yang akan meluncur dari mulutmu.
“Oppa..kau mengenalnya ?”
“Tidak.”
Aku tersenyum pilu. Jantungku remuk saat itu juga. Penantianku selama ini menunggumu ternyata memang hanya sia-sia. Hatiku memang tak berbohong, berkali ku elak kata hatiku untuk melupakanmu ternyata itu hanya sebuah kesia-siaan. Aku menyesal telah menunggumu Onew karena ternyata kau bahkan tak mau mengakuiku yang menyedihkan ini.
“Agashi, apa kau mengenal namjachinguku ?” Tanya yeoja itu lagi.
Hah ! Namjachingu ? Jadi dia yeojachingumu Onew, lalu aku ? Sepertinya memang benar. Uang membuat siapa saja lupa dengan masa lalunya. Membuat siapapun rela melupakan bahkan menghapus semua nama orang yang ia cintai dari otaknya.
Aku menggeleng cepat. Mengepalkan kedua lenganku kuat. “Aniyo. Mian saya harus kembali bekerja…” Ucapku pada akhirnya.
Ku langkahkan kakiku yang terasa amat berat untuk pergi meninggalkan tempat itu. Ternyata yang tadi ku lihat di depan toko itu memang kau. Kini kau berubah amat jauh, kau terlihat lebih tampan dan rapih. Berpenampilan layaknya orang kaya pada umumnya. Mana janjimu onew. Janjimu yang akan kembali dan membuat aku dan mavin bahagia. Janji yang akan membuat sebuah kehidupan baru yang menyenangkan. Kini buktinya, kau kembali dengan sesuatu yang membuatku merasa amat hina dan menjijikan karena mau menunggumu selama 3 tahun ini.
“Kau berubah. Jauh dari apa yang ku bayangkan, Onew.”
.
.
.
“Ahjussi aku pulang duluan, yah…”
Aku berpamitan pada Ahjussi Choi atasanku. Namun karena kami sudah sangat akrab dia mengijinkanku memanggilnya ahjussi, namun tentu saja bukan dihadapan pelanggan.
“Ne. hati-hati Jiyeon~aa. Sampaikan salam ahjussi pada Mavin adikkmu yang cerdas itu.”
Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Aku bersyukur bisa bekerja disini. Banyak orang yang mencintaiku dengan tulus dan begitupun sebaliknya. Merekalah yang selalu membantuku saat aku merasa terpuruk.
Ku pakai ransel yang tersimpan di dalam loker kerjaku tak lupa mengunci lokernya kembali. Ku eratkan mantel yang membungkus tubuhku. Rasanya amat dingin. Walau mantel yang kupakai cukup tebal. Mungkin karena perubahan udara yang tak menentu membuat cuaca pun semakin hari semakin tak bersahabat. Ingin cepat-cepat pulang rasanya. Ingin memeluk Mavin dengan erat. Apa jadinya jika ia tahu jika Onew kini ada di Daegu. Aku hanya takut bagaimana jika mereka tak sengaja bertemu dan Onew tak menggapnya ada. Aku takut. Aku takut Mavin terluka.
Dengan tergesa ku langkah kakiku menuju halte, ingin cepat pulang.
“Tunggu !”
Langkahku terhenti saat Ia kini berdiri tepat di hadapanku. Aku hanya menunduk tak berani menatapnya.
“Mianhe tuan. Saya harus segera pulang…” Ujarku lalu hendak kembali berjalan. Namun langkahku terhenti saat ia menarik lenganku kuat.
“Aku bilang tunggu !”
“Main tapi saya tak mengenal anda.”
“YA PARK JIYEON !” Dia membentakku cukup keras membuatku meringis. Baru kali ini, sungguh ini kali pertamanya ia membentakku. Ku doakan wajahku dan menatapnya tajam.
“Wae ? Sekarang kau sudah mengingatku Mr. Lee ? Apa amnesiamu sudah sembuh ?”
Dia terdiam. Aku hanya tersenyum kecut. Menepis lengannya dari lenganku.
“Untuk apa kau kemari. Bukankah kau sudah memiliki yeojachingu baru dan harta yang banyak. Kenapa tak bersenang-senang dan yeoja itu dan juga harta yang ka—
‘PLAK’
Aku hanya tersenyum saat ia menaparku cukup keras. Rasanya memang sakit namun tak sesakit hatiku saat ini.
“Mian…” Ia berusaha mengusap pipiku namun dengan cepat ku tepis.
“Hah ! Jadi untuk ini kau datang dan menemuiku. ?”
“Kau tak mengerti Jiyeon.”
“KAU YANG TAK PERNAH MENGERTI ONEW…KAU !!” Bentakku di depan wajahnya yang kini hanya diam.
“3 TAHUN ONEW. KAU TAHU 3 TAHUN AKU MENUNGGUMU DATANG. DAN APA KAU DATANG..? Tidak. Aku menyesal telah menunggumu selama ini.”
“Mian..”
“Aku tak butuh ma’afmu. Menyingkir dari hadapanku aku mau pulang…”
“Aku akan mengantarmu..”
“Tidak usah. Aku tak sudi di antar oleh orang pendusta sepertimu.”
Dan ucapanku barusan cukup membuatny diam. Sampai aku pergi dan meninggalkannya yang masih mematung di tempat yang sama. Pertahanku lemah, saat air mata itu menetes begitu saja. Mengapa aku baru sadar jika aku ini bodoh. Mengapa aku baru sadar jika aku ini sangatlah menyedihkan.
“NAPPEUN !!”
Aku semakin keras terisak. Mengusap air mataku kasar dengan lenganku.
“AKU MEMBENCIMU ONEW…SANGAT !!!”
Walau jauh di dalam sini. Aku tak pernah seidkit pun membencinya. God ! Mengapa kau biarkan aku terlalu mencintainya.
.
.
.
.
‘CKLEK’
Aku melepaskan sepatuku dan melemparkan mantelku sembarangan. Ku rebahkan tubuhku di sofa yang ada di ruang keluarga.
“Noona, kau sudah pulang…”
Buru-buru ku bersihkan sisa air mata yang masih membasahi pipiku. Takut-takut Mavin tahu jika tadi aku menangis.
“Ne, kau belum tidur sayang..”
Ia menggeleng pelan. Mengusap kedua matanya yang terlihat sehabis bangun tidur. Piyama power range yang melekat di tubuhnya Nampak kusut, rambutnya berantakan. Kutarik tubuh mungilnya kepangkuanku. Mengecup kepalanya lama.
“Apa noona membangunkanmu, malaikat kecilku ?”
Dia tersenyum kecil dan menggeleng. Menatapku sekilas. “Aniyo. Mavin hanya tak bisa tidur jika tak ada nuna…”
Aku tersenyum dan memelukku erat. Chinja. Hanya Mavin selama ini yang menjadi semangatku untuk tetap bertahan. Tuhan ! Aku mencintai adikku ini.
“Noona, kenapa matamu bengkak, apa noona habis menangis ?” Tanyanya polos seraya mengusap mataku. Aku hanya memejamkan mataku menikmati sentuhan lengan mungilnya.
“Aniyo sayang. Noona hanya lelah.”
Mavin memelukku erat.
“Guruku bilang. Jika Seseorang yang kita sayangi merasa lelah kita harus memeluknya dengan erat…” ujarnya polos sementara aku hanya tersenyum.
“Karena itu Mavin akan memeluk Noona dengan erat supaya noona tidak lelah lagi. Ma’afkan Mavin yah noona karena Mavin noona harus bekerja sampai malam…”
Aku terenyuh mendengar ucapannya. Adikku ini sangat cerdas.
“Aniyo sayang. Noona senang bisa bekerja untuk membiayai sekolahmu. Pokoknya kau harus sekolah setinggi-tingginya supaya nanti kau bisa menjadi orang kaya…”
Mavin tersenyum dan mengangguk cepat.
“Ne. nanti kalau Mavin sudah jadi orang kaya Mavin akan mengajak noona naik helikopter yang besar lalu kita pergi berkeliling dunia. Bagaimana , noona mau ?” Tanyanya polos
Aku hanya mengangguk dan mengusap kepalanya.
“Kemana pun noona mau asal bersamamu..”
“Hhe…Ne. Mavin sayang noona. Sangat sayang…”
“Naddo sayang. Naddo..”

***
“Mavin, Bangun sayang, kau harus mandi…”
Malaikat mungilku enggan beranjak. Ia malah menarik kembali selimut bearnya. Aku hanya menghela nafas dan kembali mengguncangkan tubuh mungilnya.
“Katanya mau jadi orang kaya. Kalau mau jadi orang kaya jangan malas…”
Dengan sigap Mavin bangkit dari tempat tidurnya dan duduk menghadapku.
Ia menggaruk kepalanya dan menggeliat lucu.
“Mianhe noona, hhe…”
“Ne, gwenchana. Sana mandi. Setelah itu noona akan mengajakmu ke restoran. Katanya ahjussi Lee akan memberikanmu hadiah karena kau mendapat nilai seratus dalam ulangan kemarin…”
Mavin berlonjak girang dan dengan cepat berlari menuju kamar mandi.
.
.
.
“Noona, kenapa restorannya masih sepi ?” Tanyanya saat kini kami telah sampai di depan restoran. Aku mengernyitkan alisku bingung. Pasalnya ini memang terasa aneh. Biasanya hari libur akan banyak sekali pengunjung namun kenapa jadi sepi.
“Kajja kita masuk saja dulu Mavin..”
Setelah kami sampai di dalam restoran. Aku bergegas membawa Mavin menuju ke dapur, sekalian hendak mengganti pakainku dengan pakaian kerja. Namun mataku membulat saat semua anggota restoran tengah berkumpul disana.
“Ada apa ini ?” Tanyaku tak mengerti. Sementara Mavin hanya memeluk pinggangku erat. Mungkin ia takut karena semua orang kini tengah menatap kami.
“Jiyeon, apa yang kau lakukan kemarin ?”
Aku mengernyitkan alisku bingung. “Aku tak melakukan apa pun…”
“BOHONG !”
“Aku tak berbohong Mr. Shin. Sungguh….” Ujarku menjelaskan. Sementara ahjussi Lee tampak menunduk membuatku semakin bingung.
“Semalam Tuan Choi menelpon kemari dan dia bilang kau telah mengganggu suami anakknya. Apa itu benar ?”
Aku semakin tak mengerti. Mengganggu suaminya ? Wajah suamnya saja aku tak tahu bagaimana mungkin aku mengganggu mereka.
“Aniyo.. Bahkan orangnya saja aku tak tahu manager. Sungguh…” Ujarku meyakinkan.
“Anakknya adalah yeoja yang kemarin kau antarkan makanannya dan suaminya bernama Lee Jinki. Apa kau benar-benar tak tahu…?”
Aku terdiam. Jadi Mereka sudah menikah ?
Ada yang mencelos didalam sana.
Semantara Mavin semakin memeluk pinggangku erat.
“Aku memang mengenal namja itu tapi aku sama sekali tak menganggunya.”
“KAU DI PECAT. Apa kau tahu Mr. Choi adalah pemegang saham terbesar restoran kita.”
Aku membeku di tempat itu. Tak mampu melakukan apa pun. Mengapa semua hal ini datang saat aku bertemu dengannya.
“Noona Mavin takut…”
Dengan cepat aku berjongkok dan mengusap kepala Mavin. “Gwenchana sayang. Mr. Shin hanya sedang bercanda. Kajja kita pulang…”
Mavin hanya mengangguk. Aku menatap mereka satu persatu kemudian membungkuk. “Terima kasih untuk semua kebaikan kalian selama ini. Ma’afkan aku jika sering membuat kekacauan. Annyeonghaseo…”
Dengan berat hati aku melangkahkan kakiku meninggalkan tempat itu. Onew, setelah kau menghancurkan hatiku kini kau telah berhasil merenggut masa depan Mavin. Darimana aku akan mendapatkan uang jika aku tak tahu harus bekerja dimana.
“Noona, kenapa mereka membentak noona. Apa mereka orang-orang jahat…?”
Aku hanya tersenyum dan mendudukan Mavin di kursi kayu di taman bermain.
“Aniyo sayang. Mungkin mereka sedang banyak masalah jadi marah-marah begitu..”
“Tapi Mavin takut melihatnya. Apa Noona tidak takut ?”
Aku tertawa. Anak ini selalu saja mampu membuatku tersenyum dengan pertanyaannya.
“Aniyo. Noona tak pernah takut karena ada Mavin disini, hhe…”
Dia tersenyum lebar menampilkan deretan gigi susunya yang rapih. “ Ne noona benar. Mavinkan power ranger, tadi kekuatan Mavin belum keluar jadi Mavin tadi tak bisa membantu noona melawan mereka, mianhe…”
Aku menggeleng. “Iya, tak apa sayang….”
“Noona, Mavin rindu Onew hyung. Kapan dia datang..?”
Deg !
Aku terdiam. Senyuman di wajahku memudar begitu saja saat mendengar namanya. Mavin, andai kau tahu jika Onew oppa yang selama ini kau bangga-banggakan itu telah berubah menjadi sosok yang lain. Sosok yang noona pun tak harapkan untuk kembali.
“Dia tak akan kembali sayang..”
“Wae ?”
“Karena dia telah melupakan kita…”
Mavin terdiam. Ia menunduk. aku baru sadar ucapanku salah saat Mavin kini menangis. Tuhan. Apa yang barusan aku katakana.
“Uljima sayang, kenapa menangis eoh ?”
“Apa kini Onew hyung sudah jadi orang kaya seperti appa dan tak mau kembali hingga melupakan kita noona ? huhuhuhu…Mavin tak mau jadi orang kaya karena mavin tak mau melupakan noona…huhuhu…Mavin sayang noona…”
Dan.
Aku ikut menangis bersamanya. Naddo Mavin, noona juga sangat menyayangimu.

***
Hah ! Ku hela nafas berat. Sudah berpuluh-puluh tempat ku datangi namun hasilnya tetap sama, mereka tak membutuhkan pegawai baru. Tuhan. Aku harus bagaimana ?
Ku dudukan tubuhku di sebuah kursi panjang yang tersedia di bawah pohon di pinggir jalan. Kupejamkan mataku menikmati semilir angin yang berhembus membuatku kembali teringat tempat itu.
.
.
.
Dan disinilah aku. Di ladang ilalang yang dulu merupakan tempat favoritku untuk menyendiri melepas penat. Ku hempaskan tubuhku di rerumputan hijau.menikmati semilir angin yang mengibaskan rambutku.
“Aku merindukanmu…”
Tak bisa ku pungkiri. Jika aku masih merindukannya. Walau sejauh ini dia berubah, berubah menjadi seseorang yang tak ku kenal namun jauh dalam hatiku aku masih merindukannya. Tak terasa air mataku menetes begitu saja. Aku terisak.
Sampai sesuatu yang hangat terasa melingkari tubuhku. Aku berani mendoak dan membuka mataku yang tadi sempat terpejam.
“Kau ?”
Aku berusaha berontak. Melepaskan pelukannya dari tubuhku.
“MENJAUH…!!” Bentakku cukup keras. Namun ia enggan bergerak malah semakin memelukku dengan erat. Sampai aku merasa lemas untuk melawan dan lebih memilih membiarkannya memelukku. Tak terasa aku ikut memejamkan mataku menikmati hangat tubuhnya yang lama aku rindukan.
“Mianhe…” Pelannya.
“Kenapa kau kembali lagi ! Mengapa tak menghilang saja dari hidupku…MENGAPA ?”
“Mianhe….”
Aku memukul bahunya keras.
“KAU MEMBUATKU SEPERTI ORANG GILA YANG MENUNGGUMU SELAMA 3 TAHUN. KAU MEMBUATKU GILA KARENA TERUS MEMIKIRKANNMU…KAU MEMBUATKU GILA KARENA AKU TERLALU MERINDUKANMU…NAPPEUN…!!!”
“Mian…chinja mianhe Jiyeon~aa…” Ia terus berkata ma’af tanpa mau melepaskan pelukannya pada tubuhku.
“Mengapa Onew…mengapa kau datang ? Mengapa kau datang dengan segala hal yang membuatku merasa sakit…Kau datang dan membuatku benar-benar sadar jika aku ini yeoja menyedihkan yang menunggumu padahal kau disana bersenang-senang dengan yeoja lain yang lebih kaya…huks…”
Dia menggeleng cepat. “Aniyo Jiyeon. Bukan seperti itu. Kau salah paham…”
Ku lepaskan pelukannya cepat.
“Salah paham ? Apa yeoja di restoran itu juga salah paham. Apa saat kau mengatakan kau tak mengenalku pun itu salah paham. Apa saat kau menamparku keras pun itu salah paham…BEGITU ? Kau pikir aku bodoh !!”
“Kau benar-benar tak mengerti Jiyeon…”
“Bukan aku yang tak mengerti. TAPI KAU . Kau yang tak mengerti bagamana perjuanganku selama ini tanpamu. Kau tak mengerti bahkan mungkin tak mau mengerti. Aku membencimu Onew. Sangat…!!”
Aku beranjak bangkit hendak meninggalkannya namun tiba-tiba ia memelukku dari belakang dengan erat.
“Aku merindukanmu, sangat Jiyeon. Teramat sangat.”
Aku diam. Membiarkannya mengatakan segalanya.
“Kau tak tahu bagaimana keadaannya saat aku memutuskan untuk bekerja di Seoul. Awalnya aku menikmatinya karena gaji yang aku dapat disana besar dan cukup untuk membiayai kita. Tapi saat aku hendak mengirimu kabar anak Tuan Choi melarangku. Dia mengatakan agar aku jangan mengirimimu kabar apapun atau aku akan di pecat dan aku menurut saja. Lama kelamaan aku baru tahu jika dia mencintaiku Jiyeon. Aku menolaknya namun dia memfitnahku dan melaporkan jika aku menghamilinya dan itu membuat Tuan Choi marah dan akhirnya dia menyuruhku untuk menikah dengan anaknya, Luna. Dia merubah penampilanku agar aku terlihat seperti orang kaya agar aku tak memalukan keluarganya. Namun sungguh Jiyeon, aku benar-benar tak mencintainya. Sedikit pun tidak…”
Aku semakin terisak. Melepaskan rengkuhan lengannya dari tubuhku dan menatapnya.
“Jadi kini kau telah menikah dengannya ?”
Onew terdiam. Dia tak menjawab apapun.
“Chukae. Aku turut berbahagia…Mianhe jika aku menjadi perusak keluarga baru kalian. Aku pergi.”
Tuhan ! Mengapa kau membuat kami seperti ini. Rasanya mengapa sesakit ini.
“Jiyeon !”
“Jangan mendekat Onew. Kau sudah menjadi milik orang lain. Aku tak berhak lagi atas dirimu…”
“Tapi aku tak mencintainya. Aku mencintaimu…” Dia mencoba meyakinkanku lagi. Namun semuanya sulit untk d benarkan. Aku hanya tersenyum.
“Kau sudah berubah sangat jauh Onew. Kau bukan lagi Onew yang dulu ku kenal. Kini kau lain. Bahkan aku tak mengenalmu lagi. Berbahagialah dengan kehidupan barumu. Anggaplah kita tak pernah bertemu namun aku akan selalu mengingat Onew yang dulu, Onew yang menjadi malaikatku, Onew yang biasa saja, sederhana namun penuh kasih sayang, Onew yang pantang menyerah walau di cerca seperti apapun. Onew yang penuh tawa dan senyuman. Tapi itu bukan dirimu. Kau kini berubah menjadi sosok lain yang sangat kutakuti..”
Air mataku menetes satu persatu, pisau itu kembali menyayat hatiku. Rasanya amat perih namun ku abaikan. Walau kini paru-paruku ikut merasa tercekat dan membuatku sesak aku tak perduli. Ku langkahkan kakiku meninggalkannya yang diam membatu. Dengan cepat kututup mulut ini saat aku mulai terisak.
Kini tak ada lagi dirimu. Kini tak akan ada lagi sosokmu dalam hidupku. Kau berubah. Kau menjadi yang lain. Sosok yang tak ku kenal. Aku akan merelakanmu pergi. walau harus tersenyum dalam jerit hatiku.

***
EPILOG
-Onew Side’s-
Aku menyesal telah berani pergi dari sisimu. Kini aku baru sadar jika tempatku hanya disisimu. Jiyeon. Andai kau tahu hidupku tak lebih baik tanpamu. Aku menderita tanpa melihat nyata sosokmu.
Air mata jatuh dari mataku. Di depan orang lain aku tersenyum tapi dalam hati aku menangis. Aku membuat suatu kebohongan yang menyiksaku sendiri. Aku berakting jika aku baik-baik saja. Kini aku benar-benar membenci diriku sendiri. Membenci kebodohan yang telah ku perbuat sendiri.
Aku mohon kembali padaku. Aku merindukanmu, Jiyeon. Orang berkata aku gila, aku tak bisa pergi tanpamu. Hatiku mengatakan jika aku tak bisa melupakanmu. Kembalikan kesampingku, tetaplah dihatiku Jiyeon.
Kini hatiku telah hancur. Aku lelah untuk berpura-pura lagi. Aku lelah untuk kembali tersenyum. Hanya air mata yang selalu jatuh tak terkendali. Jiyeon, aku mohon ma’afkan aku. Aku mencintaimu, mencintaimu seperti orang gila. Dalam mimpi aku melihatmu tapi saat aku bangun aku tak menemukan sosokmu. Itu menyakitkan Jiyeon. Jebbal, kembali.
Aku mencintaimu. Aku merindukanmu.

***
[END]

Note : Tak semua hal dalam hidup ini berakhir ‘Happy Ending’ terkadang ada yang berakhir menyakitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar