Sabtu, 16 Juni 2012

Rain over me

Rain Over Me, a novel by Arini Putri, published by GagasMedia.

Sebelum berkomentar lebih jauh, aku ingin memuji GagasMedia lebih dulu. Penerbit yang satu ini selalu cermat dalam menyajikan sampul buku, tidak terkecuali untuk yang satu ini. Sampul Rain Over Me terlihat cantik dalam pulasan warna biru dan putih.

Well, lemme start...

Menemukan buku ini di sudut ‘buku baru’ di Gramedia ketika aku sedang mencari-cari novel Infinitely Yours. Pertama melihat novel Rain Over Me ini, pujian untuk designer cover-nya langsung tercetus dalam hati. Eye-catching banget! Namun karena saat itu Infinitely Yours masih jadi incaran, aku mengabaikan novel itu. Setelah mengedar bermenit-menit dan tidak menemukan Infinitely Yours, akhirnya aku menjamah Rain Over Me karena penasaran. Hangeul yang tercetak di bawah judul membuatku yakin kalau novel ini pasti ber-setting di Korea. Dan benar saja. Seoul, tepatnya. Lalu tagline ‘dan cinta pun kembali menyapa...’ membuatku tahu kalau novel ini bercerita tentang cinta. Setelah puas meneliti sampul depannya, aku lalu beralih meneliti sampul belakang dan membaca sinopsisnya.

Ini cinta yang sulit. Kau dan aku ditakdirkan tak saling memiliki. Aku tak bisa mencintaimu seperti yang aku mau.

Namun, ketika dia hadir dalam hidupmu—di antara kita—aku pun sadar kebahagiaanku pelan-pelan akan memudar. Betapa tidak, dia bisa memberimu cinta dan perhatian. Menggenggam tanganmu hingga akhirnya kau terlelap di sisinya. Dia melakukan semua yang ingin aku berikan kepadamu.

Dan hari ini, aku memandangi senja pertama yang kunikmati tanpa dirimu. Aku belajar berbahagia untukmu. Dia yang paling tepat. Aku tahu itu, tapi... bagaimana denganku? Bagaimana caraku bahagia tanpa dirimu?

Itu sinopsisnya...
Dan seperti biasa, selain sampul yang gorgeous, GagasMedia memiliki ciri khas lain yang terletak pada sinopsis yang nyaris selalu dikemas dengan puitis.

Paragraf terakhir dari sinopsis itu membuatku mengangkut Rain Over Me dari tempatnya, menjadikannya sebagai novel pertama yang aku beli di tahun 2012. Dikarenakan oleh sinopsisnya yang begitu menghipnotis, aku pun memiliki ekspetasi yang tinggi untuk bacaan pertamaku di tahun 2012 ini. Akan tetapi lalu aku tahu itu adalah sebuah kesalahan.

Rain Over Me mengisahkan cerita cinta segi empat antara Kim Hyu-bin (lk), Yuna (pr), Han Chae-rin (pr) dan Yoon Jeon-seuk (lk). Hyu-bin yang adalah pewaris tunggal dari jaringan Kim’s Restaurant di seluruh dunia jatuh cinta kepada seorang gadis periang keturunan Indonesia, Yuna. Cinta Hyu-bin tumbuh bersama alasan yang sederhana: karena bersama Yuna, Hyu-bin selalu merasa lebih ringan dan tenang. Sayangnya, cerita cinta Hyu-bin tidak berjalan sesederhana alasannya jatuh cinta. Kenyataan bahwa Yuna adalah adik tirinya memaksa Hyu-bin menyimpan perasaannya rapat-rapat. Lalu saat Yuna harus kembali ke Indonesia, Hyu-bin pun seakan kehilangan separuh jiwanya. Langit sore yang biasa ia nikmati bersama Yuna mendadak menjadi begitu kosong. Jiwa berandalan Hyu-bin yang sudah sempat mati karena kehadiran Yuna sontak kembali hidup setelah Yuna pergi. Berkelahi menjadi makanan pokok bagi Hyu-bin sampai akhirnya papanya terpaksa memaksa Hyu-bin bekerja di salah satu restoran miliknya dengan harapan putranya itu bisa sedikit lebih dewasa.

Han Chae-rin pertama kali bertemu dengan Kim Hyu-bin di restoran. Pertemuan pertama itu meninggalkan kesan buruk bagi Chae-rin. Keadaan itu diperparah oleh kenyataan bahwa Hyu-bin adalah seorang pria yang kaya. Merasa telah menggenggam alasan yang kuat, Chae-rin pun bersikap dingin kepada Hyu-bin. Namun anehnya, gadis itu justru berkali-kali mendapati Hyu-bin menolongnya. Perlahan-lahan Chae-rin menjadi ragu apakah alasan yang ia genggam sudah cukup kuat atau tidak. Lalu saat Chae-rin sibuk mencari tahu, bagian dari masa lalu Hyu-bin tiba-tiba kembali dan mengacaukan semuanya. Sejak itu, Chae-rin merasa kebahagian mulai meninggalkannya.

Yuna yang diminta oleh ayah tirinya untuk kembali ke Seoul setelah bertahun-tahun berlalu mendapati kakak tirinya, Hyu-bin ternyata tidak banyak berubah. Hyu-bin masihlah kakak yang menyenangkan dan dapat diandalkan. Yuna yakin dirinyalah alasan di balik sikap Hyu-bin yang membaik, namun saat ia mengenal Chae-rin, ia mulai meragu.

Di sudut lain, ada Yoon Jeon-seuk yang tidak lelah menunggu Han Chae-rin, berharap gadis itu bisa melihatnya suatu saat nanti. Ia mencintai Chae-rin dengan tulus dan tidak ada yang salah dengan itu. Satu-satunya kesalahan adalah Jeon-seuk memiliki kenyataan yang sangat dibenci oleh Chae-rin, kenyataan kalau Jeon-seuk adalah pria yang kaya. Saat Jeon-seuk mulai merasa lelah dan butuh tempat bercerita, di saat itulah ia menemukan adik kelasnya dulu, Yuna.

Itu sekilas mengenai jalan cerita Rain Over Me.

Idenya patut diacungi dua jempol, namun tidak pada pengeksekusiannya. Selama membaca, aku berkali-kali mengerutkan kening karena merasa ada bagian yang terasa berlebihan. Dikisahkan hubungan Hyu-bin dengan papanya tidak begitu harmonis sejak kepergian mamanya. Dikatakan kalau Hyu-bin yang kala itu berumur 11 tahun tidak pernah berbicara dengan papanya sejak ia berumur 8 tahun. Ya, memang ada alasannya: karena papanya terlalu sibuk, namun sungguhkah selama 3 tahun itu tidak pernah berbicara sama sekali? Jujur saja, bagian ini terasa berlebihan.

Lalu sejak Yuna kembali ke Indonesia, Hyu-bin diceritakan begitu kehilangan, seperti ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Yuna sejak itu. Oh, well. Jangan buat Alexander Grahham Bell kecewa karena penemuannya tidak digunakan. What I mean is... ada telepon, lho... Kenapa digambarkan dengan berlebihan seolah-olah Hyu-bin tidak tahu apa itu telepon.

Di samping berlebihan, ada beberapa hal yang terkesan aneh dan dipaksakan. Pertemuan tiba-tiba antara Yuna dan Jeon-seuk contohnya. Perasaan Hyu-bin yang terkesan tidak pasti menjadikan pria ini tergambar sebagai remaja 16 tahun yang sedang berada di fase labilnya. Sebentar digambarkan kalau Hyu-bin begitu mencintai Yuna, lalu sejenak kemudian perasaan itu seakan-akan tidak pernah ada saat ia bersama dengan Chae-rin. Ini membuat aku yang membacanya mendesah malas, seperti yang terjadi saat aku membaca Grey Sunflower tentang perasaan Louise yang berpindah-pindah dari Ben ke Gerard, lalu ke Ben lagi, lalu ke Gerard lagi. It’s little annoying.

Well, setelah banyak memaparkan kekurangan dari novel ini, sekarang saatnya memaparkan kelebihannya. Yang paling dominan adalah pendeskripsiannya yang detil meski di beberapa bagian terasa repetitif. Kutipan-kutipan romantis yang sederhana juga bertebaran di sana-sini. Rasanya cukup membuat hati terenyuh haru. Ketekunan penulis dalam menulis novel setebal 348 halaman ini perlu dipuji mengingat ini adalah novel pertamanya. Menurutku tidak semua penulis berhasil setekun ini dengan novel pertamanya.

“Kau tak perlu takut jatuh. Kau bisa berpegangan padaku.”
(Hyu-bin)

“Aku tidak pernah meminta apa-apa darimu. Kenapa kau masih tak dapat menerima kehadiranku?”
(Joen-seuk)

“Lihat aku sekali saja. Aku hanya ingin kau merasakan apa yang aku rasakan.”
(Chae-rin)

“Oppa, aku... aku sangat menci... aku menyayangimu.”
(Yuna)

1 komentar:

  1. Iya, aku juga ngerasa aneh,,
    1. Tentang perasaan hyu-bin yg awalnya digambarkan begitu dalam kepada yuna tiba2 seperti hilang. Kemudian dia jatuh cinta kepada chae-rin. Semudah itukah??
    2. Kepergian yuna ke solo seperti memutus silaturahim sama sekali. Jaman kapan ini? Klo ga ada socmed, ada email kan? Lagipula ada masa-masa liburan sekolah kan? Masa iya ga bisa maksa ayahnya untuk ikut ke solo??

    BalasHapus