Sinopsis Rooftop Prince Episode 10
Park Ha melihat mereka, tapi ia
langsung berbalik meninggalkan mereka tak mau melihat kelanjutannya. Setelah Park Ha pergi, Se Na melepaskan
pelukannya dan mengajak Yi Gak ke Namsan Tower.
Di Namsan Tower, ia baru tahu
kalau Yi Gak belum pernah mengunjungi Namsan Tower. Entah jujur atau tidak, Se
Na mengatakan kalau ia juga belum pernah naik ke atas karena tak asyik kalau
naik ke atas sendirian. Apalagi bersama orang yang sudah pernah naik ke Namsan
Tower. Karena ia dan Yi Gak sama-sama belum pernah naik, sekarang ia mengajak
Yi Gak untuk ke atas sekarang. Yi Gak menuruti permintaan Se Na.
Pemandangan di atas sangat indah
dengan kerlap-kerlip lampu yang menerangi kota Seoul yang menurut Se Na, orang
bersembunyi di balik kilaunya sinar. Dari kejauhan mereka tampak bahagia, tapi
jika dilihat dari dekat, banyak orang
yang sedih, kesepian dan penuh pertengkaran. Begitu pula dengan bintang yang
hanya indah di kejauhan saja.
Yi Gak pun bertanya, “Bagaimana
denganmu? Apakah kau lebih cantik dari kejauhan? Atau dari dekat?”
Se Na tersipu-sipu, “Aku tak tahu.
Aku tak dapat menbandingkan diriku sendiri. Tapi bagaimana denganmu? Apakah kau
suka memandang dari kejauhan atau dari dekat?”
“Kupikir aku akan menyukai
sesuatu yang kelihatan indah dari kejauhan. Dan jika dari dekatpun sama
indahnya, pasti akan lebih baik lagi. Begitu pula saat menilai seseorang.”
Yi Gak mengatakan kalau malam
sudah mulai larut, tapi Se Na malah mengajak naik kereta gantung. Yi Gak
sedikit ragu, tapi tetap menurutinya.
Park Ha mencoba melupakan
kegalauan hatinya dengan berjalan-jalan. Saat melewati lapangan basket, ia
melihat bola yang tergeletak dan timbul keinginannya untuk bermain basket
sendiri.
Kebetulan ketiga Joseoners melewati lapangan itu dan melihat Park Ha
sudah sehat kembali, malah bermain bola. Dengan riang mereka pun menghampirinya
dan bertanya mengapa Park Ha hanya sendirian? Bukankah seharusnya Park Ha
merayakan ulang tahun bersama Yi Gak?
Park Ha pura-pura tak tahu dan
mengatakan kalau ia pergi makan dengan teman-temannya. Dan ia mengalihkan
perhatian mereka dengan mengajak mereka bermain basket. Mula-mula ia mengajari
mereka untuk melempar bola.
Bola telah di tangan Young Sul,
dan Park Ha menyuruhnya untuk memasukkan ke dalam keranjang. Young Sul pun
mematuhi instruksi Park Ha. Ia berlari dan melompat, sepertinya ia menggunakan
kemampuan beladirinya, karena ia melompat cukup tinggi dan.. slam dunk!
“Daebak,” puji Park Ha diiringi
tepuk tangan Man Bo dan Chi San.
Heheh.. kalau ada agen NBA lewat,
bisa-bisa Young Sul langsung dikontrak jadi pemain nih.. Bisa mengikuti jejak
Jeremy Lin.
Yi Gak dan Se Na mengantri naik
kereta gantung. Tapi saat mereka di antrian paling depan, Yi Gak yang selama
ini ragu, tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri pertemuan mereka. Se Na mencoba
menahan Yi Gak karena mereka sudah ada di antrian terdepan dan ia ingin naik kereta gantung.
Yi Gak mempersilahkan Se Na untuk
naik ke kereta dan iapun buru-buru pergi.
Haha.. Se Na tak menyangka kalau
Yi Gak meninggalkannya.
Yi Gak menelepon Chi San,
menanyakan keberadaan mereka dan iapun menuju ke sana. Dari kejauhan Yi Gak
melihat ketiga pengikutnya asyik bermain dengan Park Ha. Ia terdiam, tak
mendekat.
Hmm.. sepertinya ia berpikir,
‘katanya sakit dan tak bisa bertemu denganku, tapi kok sekarang malah main
bola?’
Park Ha melihat Yi Gak. Ia
menutupi perasaannya dengan melambaikan tangannya riang pada Yi Gak ,
mengajaknya bermain basket. Dan sekarang waktunya bertanding! Hadiahnya adalah
pihak yang kalah harus mau menuruti permintaan pihak yang menang.
Chi San mengeluh lelah dan
memilih menjadi wasit saja. Tinggal empat orang, dan Man Bo langsung memilih
Young Sul sebagai teman satu tim, yang berarti Park Ha setim dengan Yi Gak.
Park Ha tak mau, ia ingin memilih Young Sul sebagai teman satu tim.
Yi Gak melotot mendengar Park Ha
tak mau setim dengannya. Maka ia memerintahkan Young Sul untuk menjadi teman
setimnya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk
hompimpa tapi hompimpanya dengan tiap orang memlih berdiri atau duduk dan yang sama posisinya akan menjadi teman satu tim. Semua
setuju.
Yi Gak melirik Young Sul dan
mengisyaratkan kalau ia harus duduk. Young Sul mengerti isyarat Yi Gak.
Aba-aba dimulai. Satu.. dua..
tiga!
Yi Gak , Man Bo dan Young Sul
menurunkan tubuhnya. Tapi Park Ha tetap berdiri, membuat Young Sul yang sedang
setengah jongkok reflek ikut menegakkan tubuhnya.
Jadi Yi Gak dan Man Bo akan melawan
Park Ha dan Young Sul.
Yi Gak mendelik pada Young Sul.
Berani-beraninya Young Sul melawan titahnya?! Tapi Young Sul terdiam dan
memilih menatap langit, pura-pura tak tahu kalau Yang Mulia Pangeran Yi Gak
sedang memelototinya.
LOL.
Mereka pun bermain. Dengan adanya
Young Sul di pihak Park Ha, mereka dengan mudah mengalahkan tim Yi Gak.
Yi Gak kesal bukan main. Tapi
janji tetap janji. Maka ia mengeluarkan
kartu kreditnya dan mengatakan ia akan menuruti permintaan Park Ha dan Young
Sul.
Park Ha menggeleng dan berkata,
“Aku ingin memukulmu sekali saja.”
Sekuat tenaga, Park Ha meninju
perut Yi Gak hingga Yi Gak terjatuh. Ia tersenyum, dan meninggalkan mereka. Yi
Gak mengernyit kesakitan, menyumpahi Park Ha, “Aku akan menghancurkan
keluargamu tiga turunan!”
Heheh.. ancamannya khas raja
banget.
Ketiga abdinya langsung berlutut
meminta maaf, bahkan Young Sul mengatakan kalau ia pantas mati. Yi Gak menatap
punggung Park Ha dengan penuh dendam, “Ini bukan yang pertama atau kedua
kalinya ia melakukan ini. Ugh.. menyebalkan!”
Di rumah, mereka mengadakan pesta
ulang tahun untuk Park Ha. Park Ha yang sudah merasa gembira lagi, menikmati
lagu ulang tahun yang dinyanyikan oleh ketiga Joseoners (lengkap dengan gaya
jayusnya). Yi Gak hanya bisa cemberut, tak mau menyanyi .
Saat ditanya apa hadiah Yi Gak
untuk Park Ha, Yi Gak mengambil kado dari jaketnya. Tapi niat itu ia urungkan,
malah mengatakan kalau kue itu sudah cukup mewakili. Dengan alasan ia sudah
lelah, ia pun meninggalkan mereka.
Ketiga pengikutnya heran karena
tak biasanya Yi Gak menolak hidangan yang manis-manis. Mereka menebak kalau
perut Yi Gak pasti masih sakit karena dipukul. Young Sul meminta Park Ha untuk
tak menyentuh tubuh junjungan mereka seperti tadi.
Di kamar, Yi Gak mengeluarkan
kado yang ia siapkan dan memasukkannya ke dalam laci.
Rupanya Pangeran baru sekarang
merasakan diacuhkan oleh seseorang.
Namun begitu pula yang dirasakan
oleh Park Ha. Saat sendirian, ingatan akan Se Na yang mencium Yi Gak
terputar lagi di kepalanya.
Di kantor, Se Na meminta Taek Soo
agar ia bisa bergabung dengan tim Taek Soo dengan alasan ia ingin belajar dari
awal lagi. Taek Soo gembira dengan kesediaan Se Na dan berjanji akan menanyakan
pada Nenek.
Ayah Tae Moo tak sengaja
mendengarnya. Setelah Taek Soo pergi, ayah memuji Se Na yang langsung bergerak
cepat. Tak berhasil mendapatkan Tae Moo, Se Na langsung berpindah kubu ke Tae
Young. Ia mengancam Se Na, “Jika kau tak mengundurkan diri hari ini, aku akan
bertindak tegas.”
Ancaman itu malah membuat Se Na
semakin marah pada Park Ha. Di kamar mandi ia bertemu dengan Park Ha dan
langsung menuduhnya membocorkan rahasia keluarga mereka pada ayah Tae Moo.
Park Ha tak mau dituduh seperti
itu. Se Na yang melakukan kebohongan, dan saat kebohongan itu terbongkar,
kenapa Se Na menyalahkan orang lain?
Bener, tuh.. Tapi Se Na tetaplah
Se Na yang menganggap dunia berputar karenanya.
Ia mengintimidasi Park Ha dengan
membuang mangkuk buah-buahan yang dibawa Park Ha, membuat Park Ha menjadi
marah, mendorong Se Na dan berteriak, “Apa yang harus kulakukan agar semua ini
berakhir? Apa?!”
Se Na balas mendorong Park Ha dan
mengancam, “Aku akan mengambil semuanya darimu. Semuanya.”
Ayah Tae Moo melaporkan pada
nenek kalau banyak keluhan pegawai tentang kinerja Tae Young yang menganggap ia
tak becus walaupun ia adalah cucu dari pemilik perusahaan. Nenek bertanya apa
yang harus dilakukan Tae Young agar dapat meredam keluhan itu?
Ayah Tae Moo mengusulkan agar Tae
Young harus mulai menghasilkan untuk perusahaan. Tapi Taek Soo merasa hal itu terlalu dini dan
menyindir pegawai mana yang mengeluh akan kinerja Tae Young?
Tapi nenek telah memutuskan,
untuk meredakan gosip miring. Tae Young akan ditugaskan untuk mencari produk
baru, membuat kontrak dengan pemilik produk, mengiklankan dan menjual produk
tersebut.
Ayah Tae Moo dan Taek Soo keluar
dari ruangan Nenek dan tak dapat pura-pura bersikap manis lagi. Mereka
saling menghina, dan jika ada yang mendengar, pasti telinganya akan pedas.
Dan ternyata ada telinga yang
terasa pedas, yaitu telinga Tante. Ia yang ingin menemui nenek tak sengaja
mendengarnya dan langsung menyuruh keponakannya untuk minta maaf pada pamannya
(yang berarti Taek Soo adalah suaminya).
Ayah Tae Moo terkejut akan
kenyataan yang baru saja didengarnya, namun ia malah tertawa mengejek Taek Soo. Ketahuan menyimpan rahasia, Taek
Soo hanya bisa berkelit membantah kata-kata Tante, “Aku tak sudi menjadi
pamanmu.”
Dan Taek Soo pun pergi
meninggalkan Tante yang marah-marah, kali ini padanya.
Pada Yi Gak, Taek Soo menjelaskan
tugas dari Nenek, menemukan produk baru dan bersama ketiga anah buahnya membuat
strategi pemasaran produk tersebut. Se Na masuk dan mengatakan kalau nenek
mengijinkannya masuk ke dalam tim Tae Young. Yi Gak tentu saja menyambutnya.
Dan Se Na masuk ke dalam tim
dengan membawa produk baru yang selama ini ia sembunyikan. Ia mengajak Yi Gak
untuk pergi menemui pemiliki perusahaan kosmetik yang memproduksi masker
kecantikan, dan hasilnya tak mengecewakan.
Masalah pekerjaan telah selesai.
Di cafe, Se Na kemudian membicarakan kejadian semalam dan mengatakan kalau ia tak enak
telah memaksa Yi Gak untuk menemaninya naik kereta gantung. Yi Gak menenangkannya,
ia bukannya tak mau, tapi karena ada hal yang perlu dikerjakan di rumah.
Se Na menebak kalau itu berkaitan
dengan Park Ha, karena saat di kantor tadi ia baru mengetahui kalau kemarin
hari ulang tahun Park Ha dan akhirnya menyadari alasan Yi Gak ingin pulang cepat.
Se Na pun bertanya pada Yi Gak,
apakah Yi Gak memiliki hubungan khusus dengan Park Ha? Kemarin ia telah
mengakui perasaannya pada Yi Gak. Namun jika Park Ha dan Yi Gak memiliki
hubungan khusus, ia khawatir akan mengganggu hubungan Yi Gak dan Park Ha, maka,
ia minta maaf dan memilih mundur.
Hhh… Jelas Se Na melakukan
psikologi terbalik dan Yi Gak akan masuk perangkapnya.
Tentu saja Yi Gak mengatakan kalau Se Na tak perlu mengkhawatirkan hal itu
karena hubungannya dengan Park Ha tak sesuai dengan dugaan Se Na.
Chi San mendatangi Park Ha dan
memintanya untuk memilih tempat makan kesukaannya. Park Ha Ha langsung curiga.
Apakah mereka melakukan kesalahan lagi? Buru-buru Chi San menyangkalnya. Hari
ini adalah hari gajian mereka dan mereka akan mentraktir Park Ha makan enak.
Park Ha gembira mendengarnya dan menyebut Chi San sangat menggemaskan.
Taek Soo memberikan gaji pertama
ketiga Joseoners secara tunai karena mereka tak punya rekening bank. Satu per
satu, mereka menerima gaji mereka, dan satu per satu memberikan beberapa lembar
uang berwarna hijau pada Taek Soo. Hanya Young Sul memberikan selembar uang
berwarna hijau dan selembar uang berwarna kuning.
Taek Soo bingung atas kelakukan
mereka. Apakah mereka memberi tip untuknya? Ia menyindir, haruskah ia berjoget untuk mendapatkan
tip lagi? Taek Soo berjoget dan Man Bo memberinya lembaran hijau lagi.
Young Sul kemudian menyadari kesalahannya yaitu memberikan uang berwarna kuning. Ia mengambilnya dan menggantinya dengan uang
yang berwarna hijau.
Dan setelah itu Taek Soo meledak
marah, karena mereka bertiga masih saja mempelajari hal yang diluar
kebiasaan. Ia pun pergi meninggalkan
mereka.
LOL. Di luar kebiasaan Korea masa
kini tentunya.
Man Bo dan Chi San langsung
menyalahkan Young Sul, karena memberikan uang yang jumlahnya terlalu sedikit
pada Taek Soo sehingga Taek Soo marah.
Saatnya pertandingan squash. Se
Na mengantarkan Yi Gak ke arena squash dan menonton tanding ulang antara Yi Gak
dan Tae Moo. Kali ini Yi Gak berhasil mengimbangi permainan Tae Moo. Usai
bertanding, Yi Gak berkata kalau sepertinya tubuhnya sudah mampu mengingat
bagaimana cara bermain squash.
Tae Moo melihat Se Na yang menunggui
Yi Gak. Se Na langsung beralasan kalau kebersamaannya dengan Yi Gak karena, ia
diperintahkan oleh nenek untuk bekerja satu tim dengan Yi Gak. Tae Moo
menyarankan agar Se Na berhati-hati pada sepupunya. Ia merasa yakin kalau Tae
Young yang ia hadapi sekarang bukanlah sepupu aslinya.
Park Ha bertemu dengan ketiga
Joseoners yang sudah menunggunya cukup lama. Matanya mencari-cari keberadaan Yi
Gak. Chi San mengatakan kalau Yi Gak sedang ada tugas luar dengan Se Na. Park
Ha menutupi kekecewaannya dan bertanya pada mereka, apa yang akan mereka
lakukan pertama kali? Makan? Minum?
Makan dan minum. Tapi sebelumnya
mereka ingin melakukan ritual orang jaman sekarang. Katanya jika mendapat gaji
pertama, mereka harus memberikan hadiah untuk keluarga mereka. Park Ha
membenarkan. Tapi mereka ingin membeli apa? Memang mereka memiliki keluarga?
Mendengar hal ini, ketiganya
nampak sedih. Man Bo berkata kalau mereka memiliki keluarga di jaman mereka.
Park minta maaf karena tak berpikir sejauh itu. Ia benar-benar minta maaf.
Chi San menenangkannya dan
mengatakan kalau mereka sekarang akan berpencar untuk membeli hadiah.
Beberapa saat kemudian mereka
kembali dengan membawa bingkisan.
Chi San membeli sekotak koyo untuk ibunya
yang menjadi tukang bersih-bersih di sebuah rumah bangsawan. Ibunya selalu
pulang dengan badan pegal-pegal dan ia ingin memberikan koyo itu untuk menghilangkan
pegal yang dirasa ibunya.
Man Bo membelikan kosmetik bagi adik perempuannya
yang berusia 16 tahun. Sekarang adiknya pasti sedang meratapi kakaknya yang
hilang.
Sedangkan Young Sul membelikan
sekotak dendeng untuk ayahnya. Setelah adik dan ibunya tewas di tangan seorang
bangsawan, ayahnya sering sakit-sakitan. Jika saja ia selalu minum sup daging
hangat dengan nasi, kesehatannya pasti akan berangsur-angsur pulih kembali.
Tapi mereka tak memiliki makanan seperti itu. Dan ia dengar ada dendeng yang
dapat tahan lama, jadi ia membelinya.
Tanpa sadar, Park Ha menangis
mendengar cerita teman-temannya. Chi San memintanya agar tak menangis, karena
mereka juga telah berjanji tak akan menangis. Park Ha buru-buru menghapus air
matanya, “Aku tak akan menangis.”
Chi San pun melanjutkan dengan
mengatakan kalau mereka juga punya hadiah khusus untuk Park Ha. Aww.. Park Ha
merasa tersentuh dan menerima bungkusan itu dari Chi San.
Dengan
rasa ingin tahu, ia mengambil hadiah yang ada di dalam tas. Ia terbelalak
melihat isinya dan langsung memasukkannya kembali karena malu.
Bwahahaha.. ternyata hadiah itu
adalah baju tidur sexy berwarna hitam transparan. Kenapa mereka memberikan
hadiah ini padanya?
Chi San berkata kalau mereka ingin
membelikan baju tidur untuk Park Ha. Dan
pelayan toko dapat memilihkan baju tidur sesuai dengan kepribadian si penerima.
“Memang kepribadianku seperti
apa?” tuntut Park Ha.
“Menurut Yang Mulia, Noona suka memiliki pikiran yang aneh-aneh. Maka aku katakan saja begitu pada pelayan toko.” |
LOL.
Buru-buru Park Ha mengalihkan
perhatian dengan mengajak mereka bersulang.
Setelah makan, mereka makan es
potong. Man Bo bertanya pada teman-temanya, jika boleh memilih mana yang lebih
disuka? Melanjutkan hidup di jaman sekarang atau kembali ke jaman Joseon?
Chi San menjawab, walaupun masa
depan sangatlah nyaman, tapi rasanya
sangat jauh dari rumah. Young Sul mengamini pendapat Chi San.
Park Ha terlihat sedih
mendengarnya, dan Chi San buru-buru berkata,”Walaupu kami tak tahu kapan kami
akan kembali ke Joseon, tapi kami tahu kalau kami akan hidup dengan bahagia
selama kami tinggal di sini. Banyak hal menarik yang dapat kami lakukan di
sini.”
Chi San pun mencontohkan dengan menunjuk sebuah photo
box, dan menuju ke sana dengan menunggangi Young Sul.
LOL, kayak kuda. Dan lagian
kudanya penurut banget..
Masing-masing melakukan
pemotretan dan setelah selesai mereka membandingkan hasilnya. Chi San
mengomentari wajah Young Sul yang sangat besar. Ia menyarankan untuk
mengempiskan pipinya agar wajahnya terlihat kecil.
Young Sul langsung menyentaknya,
“Kenapa aku harus mengecilkan wajahku? Bukankah lebih bagus kalau wajah besar
sehingga kelihatan dari jauh?”
LOL. Young Sul polos banget,
pasti belum pernah ketemu dengan Kim Tae Hee yang wajahnya sebesar kepingan CD,
deh..
Man Bo mengeluhkan fotonya yang
memperlihatkan flek hitam di wajahnya. Park Ha tersadar, kan semua itu bisa
diakali. Maka Park Ha menunjukkan sihir masa kini, yaitu photoshop!
Flek di wajah Man Bo hilang.
Begitu pula mata Chi San. LOL. Rupanya Park Ha ingin melebarkan mata Chi San,
malah tak sengaja menghilangkannya.
Di tempat yang sama, Chi San dan
Young Sul menemukan mainan kesukaannya. Chi San dengan mainan ketangkasan,
Young Sul bermain kekuatan. Park Ha bertanya kapan mereka dapat kembali ke
Joseon? Man Bo menjawab tak tahu.
“Kudengar kalau kedatangan kalian
kesini sebenarnya untuk menemui seseorang. Apakah kalau kalian telah bertemu,
kalian bisa pulang?” tanya Park Ha lagi.
Man Bo cukup kaget mengetahui
junjungannya memberi tahu misi mereka pada orang lain, tapi ia membenarkan hal
itu. Park Ha bertanya apakah mereka
telah berhasil menemukannya?
Man Bo membenarkan lagi. Park Ha
bertanya, siapakah dia? Man Bo menjawab, “Yang Mulia datang ke sini untuk
menemui Putri Mahkota.”
“Putri Mahkota?” tanya Park Ha.
Ia terkejut saat mendengar kalau Putri Mahkota, istri Pangeran Yi Gak juga
telah bereinkarnasi di jaman sekarang.
Man Bo menjelaskan kalau seseoang
yang berreinkarnasi tak akan memiliki kenangan akan kehidupan sebelumnya, jadi
Putri Mahkota juga tak dapat mengenali
Pangeran. Tapi jika Pangeran menikahinya lagi di jaman sekarang, maka
mereka mungkin dapat memecahkan misteri yang mereka hadapi. Mereka akhirnya
dapat kembali ke jaman Joseon.
Park Ha ragu-ragu bertanya, “Putri
Mahkota itu.. siapakah dia?”
“Putri Mahkota adalah Sekretaris Hong Se Na.” |
Park Ha tak dapat mendengar
kata-kata Man Bo selanjutnya. Suara riuh dari arena permainan juga tak ia
hiraukan. Dunia seakan menciut dan menghilang. Ia hanya dapat duduk termangu, mengingat ketika Yi Gak meminta diajari
menalikan boneka kayu, ketika Yi Gak membeli gelang yang ia sukai, dan melihat
gelang itu ada di tangan Se Na. Semuanya sudah jelas baginya sekarang.
Namun ia
juga teringat betapa liciknya Se Na yang menumpahkan semua kesalahan padanya
dan ancamannya, “Aku akan merebut semuanya darimu.”
Di rumah, Park Ha melihat Yi Gak
keluar dari mobil Se Na. Ia juga dapat melihat betapa akrabnya mereka berdua. Yi
Gak yang sudah mau naik tangga dipanggil Se Na karena handphonenya ketinggalan.
Sambil menyerahkan handphone Yi Gak, Se Na berterima kasih karena senang dapat
menghabiskan waktu bersamanya. Yi Gak tersenyum dan meminta Se Na untuk
berhati-hati dalam berkendara.
Yi Gak naik ke atas dan menyapa
Park Ha yang berdiri di halaman. Tapi Park Ha malah mengacuhkannya. Ia
duduk di kursi taman, mencoba membuka percakapan lagi. Ia bertanya
dimanakah yang lainnya?
“Bermain basket,” tukas Park Ha
pendek.
Yi Gak bertanya lagi, “Kudengar
hari ini kalian merayakan gajian pertama. Apa yang tadi kalian lakukan?”
Yi Gak tak mendengar jawaban Park
Ha karena Park Ha keburu pergi meninggalkan Yi Gak yang bingung juga kesal
karena tingkah Park Ha.
Di tengah jalan Se Na bertemu
dengan ketiga Joseoners dan menyapa mereka. Ketiga Joseoners berlaku sangat
hormat pada Se Na. Se Na mengajak mereka untuk membuat barbekyu besok siang
yang diiyakan oleh ketiga Joseoners dengan sopan.
Sepeninggal Se Na, mereka
berunding. Sepertinya hubungan Pangeran dan Putri Mahkota sudah semakin dekat. Jika hubungan mereka bisa diteruskan dengan
pernikahan, mungkin alasan sebenarnya mereka datang ke jaman sekarang dapat
diketahui. Misteri pembunuhan putri mahkota akan terpecahkan, dan mereka dapat
kembali ke era joseon dan menangkap pembunuhnya.
Man Bo mengajak semuanya untuk
bekerja sama mendekatkan SeNa dan Pangeran Yi Gak. Young Sul mengusulkan untuk
mengunci mereka berdua di dalam sebuah ruangan tapi Man Bo
tak menyetujuinya. Yang terbaik adalah membiarkan saja hubungan mereka berdua
seperti sekarang. Walaupun sepertinya junjungannya belum mengetahui kalau Park
Ha bisa menghambat kemajuan hubungannya dengan Se Na.
Yang dikatakan Man Bo benar juga.
Karena Yi Gak bingung dengan sikap Park Ha yang tiba-tiba mengacuhkannya. Saat
Park Ha duduk di kursi dan minum bir, Yi Gak mendekatinya dan membuka
percakapan, Park Ha malah menyudahi minumnya.
Apakah Park Ha menghindarinya?
Dengan acuh Park Ha mengatakan ia tak pernah merasa menghindari Yi Gak, kok.
Park Ha pun bangkit dan pergi
meninggalkan Yi Gak sendiri.
Se Na pulang ke rumah dan
mendapati kalau rumahnya telah kosong. Ia teringat pada ancaman ayah Tae Moo
yang akan bertindak tegas padanya. Tae Moo yang buru-buru datang, meminta Se Na
untuk tetap tinggal di apartemennya. Tapi Se Na tak mau, karena apartemen ini
dibawah nama Tae Moo, yang berarti ayahnya dapat melakukan hal seperti ini
lagi.
Tae Moo menawarkan untuk tinggal
di hotel dan ia akan ikut pindah menemani Se Na. Setelah itu mereka akan
mencari rumah baru. Tapi Se Na tetap tak mau. Ia tetep bersikeras untuk pergi.
Tak ada tempat lain yang dituju, Se
Na akhirnya pulang ke rumah ibunya dengan alasan kalau ia berencana
untuk
menyewakan apartemennya tapi ternyata sudah ada penyewa sebelum ia
berpindah ke
apartemen baru. Ibu senang menerima Se Na lagi. Ia sibuk mempersiapkan
sabun, handuk dan yang lain untuk kebutuhan buah hatinya. Tapi Se Na
meminta ibu tak perlu repot-repot karena ia bisa sendiri.
Sepanjang malam, kata-kata Man Bo
selalu terngiang-ngiang di telinga Park Ha. Pangeran
datang ke masa depan untuk menemui Putri Mahkota. Jika ia menikahi Putri
Mahkota, maka kami dapat pulang ke masa kami. Sayangnya, ia tak dapat
mengenyahkan kata-kata itu dari pikirannya.
Taek Soo mendengar dari Tante kalau
sekarang Tae Young sedang berkencan dengan Sena. Taek Soo bingung dengan sikap
Tante yang tiba-tiba membicarakan kencan. Apakah Tante ingin bertemu dengannya
hanya untuk membicarakan masalah pacaran? Taek Soo pun meninggalkan Tante yang
marah-marah karena dicuekkan.
Akhir pekan, semua orang ada di
rumah. Park Ha menawarkan pada ketiga Joseoners ingin makan apa, karena ia akan
memasakkan untuk mereka. Tapi mereka mengatakan kalau Park Ha tak perlu memasak
apapun karena Sekretaris Se Na akan memasakkan untuk mereka.
Park Ha sedikit kecewa
mendenganya. Ia yang tak ingin melihat kedekatan Se Na dan Yi Gak memilih
jalan-jalan keluar dan meminjam sepeda dari Becky dan Mimi. Becky dan Mimi menyadari
perasaan Park Ha yang sedih, meminta Park Ha untuk tak menaiki sepeda terlalu
lama karena pantatnya akan terasa sakit. Tapi Park Ha berkata kalau ia ingin
bersepeda untuk menjernihkan pikiran.
Ketiga Joseoners sedang
mempersiapkan kebutuhan barbeque saat Yi Gak muncul dan mencari Park Ha. Man Bo
menjawab kalau ia tadi melihat Park Ha turun ke bawah. Chi San mengingatkannya
kalau sebentar lagi Se Na akan datang, tapi Yi Gak tak mendengar dan buru-buru
pergi.
Park Ha menaiki sepeda
mengelilingi taman dan Yi Gak juga bersepeda mencari sosok Park Ha di tengah
keramaian. Akhirnya ia menemukan Park Ha yang tetap tak melambatkan laju
sepedanya walau melihatnya dan bertanya kenapa Park Ha tak ada di rumah padahal di rumah ada
makanan favoritnya?
“Perutku sedang tak enak,” jawab
Park Ha memberi alasan. “Dan jangan mengikutiku.”
“Aku tak mengikutimu!” teriak Yi
Gak pada Park Ha yang meninggalkannya. Dan ia pun menaiki sepedanya lagi dan
mengejar Park Ha.
LOL.
Setelah kejar-kejaran, akhirnya Park Ha berhenti dan memilih istirahat di kursi
taman. Yi Gak ikut duduk dan menyuruhnya untuk membelikan minuman karena ia
haus. Park Ha tak mau. Ia tak mau disuruh-suruh lagi.
Yi Gak kaget dengan jawaban Park
Ha. Tapi ia membiarkannya dan mengambil sesuatu dari saku jaketnya yang
kemudian disodorkan pada Park Ha.
“Terimalah.”
“Apa itu?”
“Hadiah ulang tahun dariku,”
jawab Yi Gak setenang mungkin.
“Lupakan,” kata Park Ha. “Aku
juga tak mau menerima apapun darimu lagi.”
Yi Gak langsung meradang, “Apakah
kau sedang marah karena aku terlambat memberikan hadiah ulang tahunmu? Atau kau
memang tak menyukainya?”
“Aku tak pernah marah,” kata Park
Ha membela diri.
“Bukankah kau marah padaku sejak
kemarin?” tuduh Yi Gak. “Kau benar-benar aneh. Kau membuatku merasa tak tenang
dan harus mengikutimu sampai ke sini. Dan itu sangat menyebalkan buatku.
Sebenarnya aku bukan orang yang gampang peduli dengan orang lain. Jadi aku tak
tahu mengapa aku harus mengikutimu.”
“Siapa suruh untuk mengikutiku?”
sindir Park Ha.
Yi Gak menatap Park Ha kesal, “Mulai
sekarang aku tak akan memperhatikanmu lagi.” Dan ia pun meninggalkan Park Ha
dengan menaiki sepedanya.
Park Ha menatap kepergian Yi Gak
dan berkata dalam hati, “Walaupun kau tak datang untuk menemuiku pun aku akan
tetap menyukaimu.”
Ia mengambil handphonenya dan
mengetik, “Aku menyukaimu.” Ia menambahkan lagi, “Aku mencintaimu.”
Dan Send.
Sepesekian detik kemudian ia
tersadar. Ia tak ingin mengirimkan pesan itu!
Ahhh!!! Park Ha kebingungan,
bagaimana mungkin ia mengirimkan pesan itu? Ia panik dan mencoba membatalkan
perintah send tadi. Ia memencet-mencet semua tombol di handphonenya. Tapi pesan
telah terkirim. Bagaimana ini? Bagaimana ini? Apa ia harus menyusul Yi Gak?
Tiba-tiba ia melihat Yi Gak
kembali lagi dengan sepedanya. Park Ha semakin panik. Ia ingin kabur tapi sudah terlambat. Apakah Yi Gak sudah
membacanya? Tapi Yi Gak kembali untuk berkata, “Sepertinya kita harus bicara
lebih banyak lagi.”
Park Ha bingung dengan kata-kata
Yi Gak. Apakah itu berarti Yi Gak sudah membacanya? Tapi dari ekspresi Yi Gak,
sepertinya Yi Gak belum tahu. Yi Gak menyuruh Park Ha untuk menunggunya selama
ia pergi membeli minum.
Yi Gak pergi setelah menaruh
jaketnya di bangku taman. Park Ha kembali bertanya-tanya apakah Yi Gak belum membaca
pesannya? Ternyata belum karena ada bunyi dering SMS dari handphone Yi Gak yang
ada di jaket Yi Gak. Buru-buru ia mengambil handphone dan memeriksanya.
Ternyata benar, Yi Gak belum membacanya.
Ia mencoba menghapus SMS itu,
tapi ternyata Yi Gak memasang password di handphonenya. Park Ha mencoba
memecahkan password itu tapi gagal. Berkali-kali ia memencet asal, tapi handphone Yi Gak tetap terkunci.
Dari kejauhan Park Ha melihat kedatangan
Yi Gak. Park Ha semakin panik karena handphone itu harus segera disembunyikan.
Maka ia menggali tanah dan menguburnya. Setelah handphone terkubur dengan rapi,
ia buru-buru kembali kembali di posisi terakhirnya.
Yi Gak datang membawakan minum untuknya.
Park Ha mengajaknya untuk pergi melihat seminya bunga sakura. Tapi Yi Gak tak
mau karena ia ingin membicarakan hal tadi.
“Ayolah, kita pergi sekarang. Aku
tak marah padamu,” ajak Park Ha setengah memaksa.
Namun perhatian Yi Gak berpindah
pada suara gonggongan anjing yang sangat ribut. Pemiliknya berusaha menghentikan
kelakuan anjingnya, tapi pemilik anjing lainnya mengatakan kalau anjingnya
sering menggali-gali jika ia merasa ada barang di dalam tanah.
Park Ha yang tak ingin rahasianya
ketahuan, mengajak Yi Gak untuk pindah tempat. Tapi Yi Gak tak mau. Ia malah tertarik
dengan kelakuan anjing yang menggali dan terus menggali. Park Ha memaksanya
untuk pergi, “Memang apa yang ada
didalam tanah? Mungkin hanya kotoran dan tanah saja.”
Tapi anjing itu telah menemukan
sesuatu. Park Ha buru-buru memegang wajah Yi Gak untuk tetap menatapnya saja.
Aww.. romantisnya jika saja Park
Ha melakukannya bukan karena takut ketahuan, karena pemilik anjing itu sekarang
mengangkat barang yang ditemukan anjingnya. Sebuah handphone.
“Itu handphoneku!” teriak Yi Gak
terbelalak melihatnya.
Setelah diperiksa ternyata benar
dan Yi Gak mendapatkan handphone itu kembali. Ia menatap Park Ha kesal dan
langsung menuduhnya, “Apakah kau mengubur handphoneku? Apakah hatimu merasa
lebih lega setelah menguburnya? Beginikah caramu untuk membalasku?”
Tiba-tiba handphonenya berbunyi
lagi. Sekarang Yi Gak baru melihat ada pesan dari Park Ha dan bertanya, “Apa
kau mengirimkan pesan untukku?”
Tak menjawab pertanyaan Yi Gak,
Park Ha langsung kabur dengan sepedanya. Kali ini Yi Gak tak mengejarnya, tapi
membuka SMS dari Park Ha.
Matanya melebar melihatnya. Dengan
sepeda, ia menyusul Park Ha.
Tanpa kesulitan ia berhasil mengejar Park Ha
dan memotongnya sehingga mau tak mau Park Ha harus berhenti. Dan Yi Gak menatap
Park Ha yang hanya bisa menunduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar