Sinopsis Rooftop Prince Episode 6
Park Ha berjalan pulang bersama
Yi Gak ke rumah loteng dengan perasaan lega dan malu-malu. Namun perasaan itu
bertambah dengan terkesima saat melihat ketiga teman serumahnya telah
menunggunya dengan potongan rambut yang baru.
Dan rambut Chi San langsung kayak
bule! Hmm.. mungkin motto mereka : sudah kepalang basah, mencebur saja
sekalian.
Kekagetan Park Ha bertambah saat
melihat rumah lamanya sedang direnovasi. Dengan separuh bangga, Yi Gak
memperlihatkan baliho pantai yang diangkat ke atas rumah loteng.
Nenek mampir untuk melihat-lihat
rumah yang nantinya akan ditempati oleh Tae Young. Ia datang bersama Se Na yang
sama sekali tak senang melihat kehadiran Park Ha. Nenek berterima kasih karena
Park Ha mau menampung cucunya selama ini. Ia juga bertanya tentang keberadaan
keluarga Park Ha yang lain.
Park Ha mencuri pandang pada Se
Na sebelum menjelaskan kalau ia hanya memiliki seorang ibu. Namun karena
keduanya sama-sama bekerja, maka mereka tinggal di rumah yang berbeda. Nenek kelihatan
puas dengan jawaban Park Ha.
Ia memberikan amplop dan menyuruh
Park Ha menggunakannya untuk melengkapi
isi rumah lotengnya nanti. Pada Yi Gak, Nenek menyuruhnya untuk menepati
janjinya, yaitu berangkat ke kantor besok pagi.
Park Ha menemui Se Na di
restoran. Baru saja ia duduk dan ingin mengucapkan maaf, segelas air tersiram
ke wajahnya. Se Na marah sekali pada Park Ha yang tak menepati janjinya.
Sia-sia Park Ha mencoba meminta maaf padanya karena Se Na tak mau mendengar
alasan apapun dari Park Ha. Ia langsung meninggalkan Park Ha.
Selama rumah direnovasi, mereka
akan tinggal di mobil caravan. Ketiga pengikut Yi Gak masuk untuk pertama
kalinya dan langsung mengagumi kecanggihan tempat sementara mereka. Young Sul
bahkan bertepuk tangan.
Yi Gak menunjukkan kartu VIP-nya
dan mengajak Park Ha untuk membeli keperluan mereka untuk ke kantor besok.
Dengan khidmat, Young Sul memberikan kunci mobil caravan kepada Park Ha.
Yay! Belanja!
Sekejap mereka langsung menjadi
eksekutif muda (atau Man in Black?) yang keren dan mempesona setiap gadis yang
melihat mereka. Dan mereka pun sadar akan kekerenan mereka (siapa juga yang
tidak?). Mereka berjalan penuh gaya, dipimpin oleh Park Ha yang juga berjalan
tak kalah gaya.
*Jujur, adegan mereka berjalan
dengan memakai baju MiB sangat jawdropping. Priceless..*
Tante menemui penjaga anjing
lagi, Taek Soo. Sepertinya ia adalah pacar Tante dan mereka melakukan hubungan
itu secara backstreet. Untuk kesekian kalinya Tante menyuruh Taek Soo untuk
meminta Nenek untuk menerimanya bekerja kembali di perusahaan.
Dengan kalem Taek Soo menolak
permintaan Tante. Ia telah membuat perusahaan rugi besar, maka ia mengerti di
mana posisinya sekarang. Tante kesal mendengar jawaban itu, karena posisinya
sekarang adalah membuat kandang anjing yang dipeliharanya.
Mendadak dari kejauhan tampak
mobil ayah Tae Moo datang. Tante panik mencari tempat persembunyian. Ia tak
boleh ketahuan mengunjungi Taek Soo.
Tak ada pilihan lain, kandang
anjing yang Taek Soo buatlah yang menjadi tempat persembunyiannya. Taek Soo
berdiri sewajar mungkin di depan kandang anjing, menunggu kedatangan ayah Tae
Moo.
Ayah Tae Moo menyapa Taek Soo
yang sekarang hanya menjadi satpam yang bertanggung jawab akan anjing
perusahaan, setelah membuat perusahaan rugi 100 milliar won 2 tahun yang lalu.
Hampir saja Taek Soo memukul ayah
Tae Moo jika ia tak mendengar lanjutan kata-kata ayah Tae Moo. Dengan nada
sarkasme ayah Tae Moo mengatakan kalau nenek memanggil Taek Soo kembali. Ia
melemparkan dokumen ke tanah dan menyuruh Taek Soo untuk tak berharap banyak
karena perusahaan juga sedang membutuhkan satpam.
Setelah ayah Tae Moo pergi, Tante
melihat ke dokumen yang dibuang. Ia senang karena kakaknya memanggil Taek Soo
kembali. Taek Soo bertanya apakah ada kejadian yang luar biasa di perusahaan.
Tante langsung teringat dan menceritakan kalau Tae Young yang dulu hilang telah
kembali.
Ayah Tae Moo dan Tae Moo
menjemput seorang wanita di bandara. Wanita itu adalah CEO Jang yang baru
datang dari Hongkong. Ia telah 15 tahun tinggal di sana dan ayah Tae Moo
menawarkan diri untuk mengantarnya berkeliling Seoul. Tapi CEO Jang menolaknya
karena ia ingin pergi ke suatu tempat sendiri.
Ternyata tempat itu adalah pasar
tempat ibu Park Ha menjual ikan dan CEO Jang ingin menemuinya. Ibu Park Ha terkejut
melihatnya, tapi bukan terkejut senang.
“Kakak, lama tak bertemu
denganmu. Tapi sepertinya kau masih dapat mengingatku dengan baik.”
Ibu terkejut, “Kau tak seharusnya
di sini. Aku akan berpura-pura tak melihatmu. Cepat pergi!”
Tapi CEO Jang tak mau pergi, “Aku
ingin menemui anakku. Aku akan membayar sebagai ganti uang lelahmu.”
Ibu bertambah marah dan berteriak
mengusir CEO Jang, melemparinya dengan es batu untuk ikan. CEO Jang tak
menghindari lemparan itu. Ia tetap berdiri menerima luapan kemarahan Ibu.
Setelah berbelanja, Park Ha
mengajari mereka untuk memesan minuman di café. Tak perlu pusing memikirkan apa
yang ingin dibeli. Cukup mengatakan ‘A-me-ri-ca-no’ atau ‘Ca-fe-La-tte’.
Keempat penghuni baru abad Starbuck ini langsung menirukan dengan persis bahkan
intonasinya pun juga sama persis. Park Ha puas mendengarnya.
Tapi ia tak puas
dengan penampilan mereka yang masih memakai kacamata hitam di dalam ruangan,
dan langsung menyuruh mereka melepaskannya. Mereka pun mematuhinya
Chi San kemudian menawarkan diri
untuk membelikan mereka 3 gelas ‘A-me-ri-ca-no’ dan 2 gelas ‘Ca-fe-La-tte’. Dengan sopan ia berkata pada Yi Gak, “Sudikah
Paduka memberikan kartu kreditnya pada hamba?”
Whoa.. tunggu sebentar. Park Ha
menghentikan percakapan mereka dan menjelaskan kalau di jaman ini tak mengenal
kasta, hanya mengenal umur. Jika umurnya sama, memanggil –ssi, yang lebih tua
menjadi hyung, dan yang lebih muda menjadi dongsaeng. Park Ha menyuruh mereka
mengatakan umur masing-masing.
Man Bo mewakili yang lain untuk
menjawab. Ia adalah yang paling muda, Young Sul tertua, sedangkan Yi Gak dan
Chi San lahir di tahun yang sama.
Yi Gak mulai merasa tak nyaman.
Apalagi saat Young Sul mengatakan usianya, 27 tahun. Park Ha langsung
mengulurkan tangan pada Young Sul dan memanggilnya ‘chingu’ karena ia juga
berumur 27 tahun. Ia menyatakan kalau Man Bo adalah ‘maknae’ (bungsu/terkecil),
Yi Gak dan Chi San yang berumur sama juga ‘chingu’.
Sambil memandang Yi Gak, Park Ha
mengatakan kalau ia dan Young Sul adalah chingu dan yang lain harus
memanggilnya ‘Noona’.
LOL.
Kata ‘Noona’ bergema dimana-mana
saat Yi Gak menatap horror pada Park Ha. Sementara dengan gembira Chi San
menyetujuinya, “Okay, Noona.’
Pelajaran selanjutnya adalah
bergaul saat bekerja. Yang paling penting ketika bekerja adalah kumpul-kumpul di
luar kantor. Tahap pertama adalah makan barbeque
dan minum soju yang paling dasyat yaitu soju dalam bir dalam satu kali minum.
Keempatnya menyerap pelajaran dari Park Ha dengan cepat.
Tahap selanjutnya, yaitu karaoke
(noraebang). Yang ini membutuhkan bakat menyanyi. Jika tak bisa menyanyi,
keluarkan saja bakat lain yang ada. Yang penting menarik. Park Ha mencontohkan
bakat yang ia punya. Menirukan suara dan gaya orang.
Keempat muridnya hanya bisa
menatap heran pada Park Ha. Park Ha bertanya, “Mirip tidak?” Mirip dengan
siapa? Kayanya Park Ha salah tanya orang deh. Mereka kan kurang dari sebulan
tinggal di abad TV 3D, mana mereka kenal orang yang ditiru Park Ha. Mereka menggelengkan
kepalanya tanda kalau itu bukanlah sebuah bakat. Malu-maluin sih iya..
Tapi Park Ha keukeuh akan
bakatnya. Ia mencoba sekali lagi. Suara serak, berat dan jelek itu keluar lagi.
Keempat muridnya akhirnya memalingkan muka, malu akan gaya Park Ha.
Hehe..
Di luar, Park Ha menonton
aktivitas ketiga pengikut Yi Gak yang terkagum-kagum akan kehebatan smartphone
yang mereka miliki. Ia tersenyum dan menyesap minumannya. Hmm.. seperti nonton
bioskop, ya..
Yi Gak berdehem dan mendatangi
Park Ha. Ia mengulurkan sepasang boneka kayu yang pernah Park Ha berikan
padanya dan bertanya, “Bagaimana caranya kau mengikatkan kedua boneka ini kalau
seorang pria sedang ingin mendapatkan cinta?”
Alis Park Ha terangkat naik. Tapi
ia tak mengatakan apapun yang ada di kepalanya saat itu dan mengajarkan caranya.
Setelah Yi Gak pergi, ia tersenyum malu-malu.
Keesokan paginya, Park Ha
mengantarkan keempat teman seecaravan-nya ke kantor, layaknya seorang ibu yang
mengantar anaknya masuk sekolah di hari pertama.
Man Bo, Chi San dan Young Sul,
semuanya melambaikan tangannya dengan riang pada Park Ha. Park Ha membalasnya.
Ia pun juga melambaikan tangan pada Yi Gak. Tapi anak yang satu itu terlalu
sibuk dengan pikiran pada kantor barunya, mengacuhkan Park Ha dan langsung
masuk ke dalam. Park Ha hanya dapat mendelik kesal pada Yi Gak.
Heheh.. tiap anak memang punya
sifat yang berbeda ya..
Mereka berjalan masuk, kali ini
tanpa halangan. Namun tingkah mereka sedikit norak. Chi San yang timbul
playboy-nya langsung meminta nomor telepon beberapa karyawati yang lewat.
Man
Bo mencari sinyal handphone (aww.. sudah mulai jadi tech geek, ya..) dan Young
Sul menatap tajam para satpam (yang sebenarnya tak salah karena toh mereka
berhasil dikalahkan oleh Young Sul).
Ayah dan Tae Moo memandang
kelakuan antik mereka dengan senang. Ayah menenangkan Tae Moo untuk tak
khawatir, karena anak-anak baru tak akan bertahan lama. Ayah juga tak khawatir
pada Taek Soo yang juga datang hari ini.
Pegawai yang juga bawahan Tae Moo, Bang Soo Bong, menemui Yi
Gak dan mempersilahkannya untuk menemui Nenek di atas. Namun ia melarang ketiga
lainnya untuk mengikuti Yi Gak, karena mereka harus mengikutinya.
Ternyata ketiga calon karyawan
itu diberikan map yang berisi kertas ujian. Soo Bong memperkenalkan setengah
menyombongkan diri kalau ia adalah lulusan hukum dari Universitas Seoul, yang
mungkin bagi kebanyakan orang adalah whoaa.. Tapi ketiganya hanya menatap
kosong, sehingga Soo Bong jadi jengah sendiri.
Ia langsung memasang waktu ujian.
Namun bukannya mereka langsung sigap menjawab, mereka malah membuka-buka map
dan melihat soal dengan tak serius (padahal mereka bingung harus melakukan
apa).
Hasilnya jelas. Semuanya mendapat
nilai nol.
Hasil itu dilaporkan oleh Sena pada
Nenek yang sedang memperkenalkan Yi Gak pada Taek Soo. Rencananya Taek Soo yang
akan mengajari Yi Gak tentang perusahaan.
Mendengar nilai buruk itu, Yi Gak
malah tersenyum. Ia berkata kalau ketiga temannya itu memiliki bakat yang
sangat spesial, sehingga mereka tak dapat diuji dengan cara yang biasa. Nenek
setuju untuk melihat perkembangan selanjutnya.
Yi Gak mengusulkan agar Se Na
yang mengajarinya tentang perusahaan. Nenek setuju dan menyuruh Taek Soo untuk
menjadi guru ketiga teman Yi Gak.
Se Na mengantarkan Yi Gak untuk
melihat-lihat semua aktivitas perusahaan mereka. Secara terang-terangan Yi Gak
memandangi wajah Se Na, membuat Se Na jengah. Menadak ada pekerja yang membawa
tangga berbalik dan tangga yang ia bawa mengarah ke badan Se Na. Buru-buru Yi
Gak menarik Se Na ke pelukannya.
Se Na berterima kasih pada Yi Gak
yang dijawab, “Apakah kau tak merasa mengenalku sebelumnya?”
Se Na tertertawa mendengar Yi Gak
yang kedengarangan gombal. “Gombal?” tanya Yi Gak tak mengerti. Sambil tertawa
Se Na menjelaskan kalau kata-kata gombal adalah kata-kata untuk menarik
perhatian gadis.
Sementara itu ketiga pekerja baru
mengikuti Taek Soo ke restauran. Karena Taek Soo harus menerima telepon, ia
menyuruh ketiganya untuk masuk dan memesan makanan. Chi San berpendapat kalau
sekaranglah saatnya untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Betapa kagetnya Taek Soo melihat
makanan yang terhidang di atas meja. Juga soju yang terhidang di meja.
Ketiganya minum soju satu gelas penuh dalam sekali tegukan.
Berikutnya mereka mengajak Taek
Soo ke noraebang. Mereka tahu mereka tak bisa menyanyi, maka mereka
mengeluarkan bakat yang lain. Bakat Young Sul adalah beladiri, maka dengan ia
berpura-pura menunggangi kuda dan mematahkan benda dengan badannya.
Hmm.. mirip kuda lumping malah.
Kenapa gak sekalian makan kaca aja, ya?
Taek Soo merasa cukup dan
berteriak, “Hentikan!!”
Sontak mereka menghentikan
atraksi mereka. Taek Soo memarahi mereka yang bersikap tak pantas. Jika di
jaman Joseon mereka persis seperti kasim dan anak selir. Sekarang ini banyak
orang yang membenci mereka karena mereka masuk ke dalam perusahaan hanya karena
koneksi. Jadi jika mereka ingin membantu temannya, Tae Young, mereka harus
berusaha keras.
Dan Taek Soo pun meninggalkan
mereka yang tertunduk diam.
Ayah dan Tae Moo menjamu CEO
Jang. Makanan penutup pun disajikan. Tak biasanya makanan penutup berupa satu kue
tart coklat utuh. CEO Jang bertanya apa maksudnya.
Ayah menjelaskan kalau jika
diibaratkan, perusahaan adalah kue tart itu. Sambil memotong ia menjelaskan.
Separuh adalah milik nenek, separuh milik CEO Jang, dan separuhnya lagi milik
ayah dan Tae Mu. Ia ingin CEO Jang menjual sahamnya pada mereka, karena mereka
ingin memperoleh kekuasaan yang lebih besar.
CEO Jang bertanya apa yang akan
mereka lakukan jika telah mendapat kekuasaan itu. Ayah dan Tae Moo ingin
menjualnya, setelah itu masuk ke pasar yang lebih besar.
Park Ha mulai membeli barang
elektronik untuk rumah loteng mereka yang baru. Yi Gak mengeluh dan bertanya
kenapa ia harus ikut membeli? Park Ha mengatakan kalau ada diskon 10% khusus
untuk pasangan yang baru menikah.
Maka Yi Gak pun mengulurkan
lengannya agar dipegang Park Ha. Malu tapi mau, Park Ha mengulurkan tangannya
dan menggandengangnya. Mereka pun berjalan bersama.
Tapi hanya sesaat, karena Park Ha
melihat ada barang yang didiskon 50% dan langsung kabur ingin melihatnya.
Yi Gak melihat-lihat TV yang ada
di dekatnya. Dengan kedua jarinya, ia mencoba men-zoom TV itu layaknya handphone
tapi tak berhasil. Tak mau menyerah, ia menggunakan kedua tangannya untuk
men-zoom in dengan harapan kali ini usahanya berhasil. Tapi tetap gagal. Menyadari
kalau cara kerja TV tak seperti handphone, ia berdehem dan melirik kanan kiri
melihat apa ada orang yang melihat ke’pintar’annya.
LOL.
Setelah itu, mereka menyusuri jalan dan Park
Ha mengamati gelang berbandul cukup lama. Melihat hal itu, Yi Gak bertanya
apakah para gadis menyukai barang seperti itu? Park Ha menjawab iya, dan Yi Gak
ikut memperhatikan gelang yang sedang dilihat oleh Park Ha.
Saat makan, Park Ha mengajari Yi
Gak untuk memakan spaghetti dengan
garpu. Yi Gak bertanya, apa yang dilakukan pria dan wanita saat berkencan?
Menurut Park Ha umumnya orang berkencan di restaurant atau café.
“Kalau kau? Apa yang ingin kau
lakukan saat berkencan?” tanya Yi Gak.
“Aku ingin berkencan dengan naik
sepeda tandem,” jawab Park Ha sambil tersenyum.
Dan itulah aktivitas mereka
selanjutnya. Park Ha mengajari Yi Gak untuk naik sepeda. Beberapa kali Yi Gak
terjatuh membuat Park Ha kesal karena Yi Gak tak kunjung pintar. Yi Gak pun
menyalak balik, “Memang kau sudah pintar naik sepeda sejak lahir?”
Tapi akhirnya Yi Gak berhasil
juga naik sepeda sendiri.
Sepertinya Mimi naksir pada Man
Bo, deh. Karena ia menggambar sosok kartun Man Bo dan tersenyum-senyum sendiri.
Dan menutupi dari Becky kalau ia menggambar Man Bo.
Ia juga membuatkan makan siang
dan mengantarkannya ke kantor Man Bo. Pada Man Bo ia menyuruhnya untuk
mengambil kotak makan yang paling bawah karena ada yang spesial (pakai 2
telur).
Tugas berikut untuk Man Bo Cs
adalah mengingat seluruh nama pegawai perusahaan Homme Shopping. Chi San dan
Young Sul berusaha keras mengingat semuanya. Tapi Man Bo malah asyik
bermain-main dengan handphonenya.
Chi San dan Young Sul kesal,
apakah Man Bo benar-benar bisa mengingat hanya dengan melihatnya sekali saja? Man
Bo mengiyakan. Mereka pun mengujinya dan harus menelan kekesalannya karena Man
Bo ternyata benar-benar dapat mengingat semuanya.
Di dalam mobil caravan, Park Ha
menemukan boneka kayu di jaket Yi Gak. Dan kaki bonekanya terkait. Apakah Yi
Gak sedang mengharapkan cinta? Ia memasukkan boneka itu ke dalam saku jaketnya,
tapi ada sesuatu yang terjatuh.
Gelang yang dilihat oleh Park Ha
tadi! Park Ha buru-buru memasukkan gelang itu kembali saat mendengar suara dari
kamar mandi.
Ternyata Yi Gak baru selesai
mandi dan akan berganti pakaian. Park Ha menawarkan diri untuk keluar caravan,
tapi Yi Gak menahannya. “Begini lebih baik,” kata Yi Gak sambil menangkupkan
kantong kertas ke kepala Park Ha.
Yi Gak melarang Park Ha untuk tak
mengangkat kantong kertas itu. Park Ha mematuhinya.
Beberapa saat kemudian, kantong
kertas itu terangkat dan di depan mata Park Ha muncul gelang berbandul yang
tadi ia lihat, “Apakah kau mau menerimanya?”
Park Ha mengangguk dan Yi Gak
tersenyum puas, karena boneka itu benar-benar mengabulkan permintaannya.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
tanya Yi Gak tiba-tiba, mengagetkan Park Ha.
Ha..! Ternyata tadi hanya dalam
imajinasi Park Ha saja. Park Ha tersadar dari mimpinya dan menjawab ketus, “Sudah
belum?”
Yi Gak yang sudah berganti baju
menjawab, “Belum..”
Tapi Park Ha yang sudah kesal
menunggu, langsung membuka kantong kertasnya dan terkejut. Wajah Yi Gak hanya
beberapa senti dari wajahnya.
“Kau tetap membukanya walaupun
aku mengatakan belum,” tuduh Yi Gak sambil menjentikkan jarinya ke kepala Park
Ha. “Kau pasti punya pikiran porno, ya..”
Belum sempat Park Ha membalas, Yi
Gak melanjutkan kalau ia mau makan di luar, karena di dalam caravan terlalu
sempit.
Keesokan harinya, Nenek dan Taek
Soo dikejutkan oleh sapaan dari ketiga pegawai baru. Mereka berhasil mengingat
semua pegawai berikut jabatannya dan menyapa mereka satu persatu, membuat semua
orang terkesan. Nenek tersenyum senang, begitu pula dengan Taek Soo.
Ahh… Yi Gak mempraktekkan apa
yang diajarkan Park Ha untuk berkencan dengan Se Na. Ia mengajak Se Na untuk bersepeda
tandem. Mulanya Se Na menolak karena ajakan Yi Gak tak berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Tapi Yi Gak berkilah kalau perusahaan mereka akan menjual
sepeda tandem, ia sudah tahu produk itu karena pernah mencobanya.
Mereka akhirnya mengayuh sepeda
bersama. Aih.. aih.. Se Na begitu canggung sementara Yi Gak sangat menikmati
acara bersepeda ini.
Mereka beristirahat di taman dan
secara terang-terangan Yi Gak menatap Se Na yang menatap lurus ke depan. Tanpa
menatap Yi Gak, Se Na meminta Yi Gak untuk tak menatap terus padanya dan segera
bertanya padanya. Menurut kebiasaan di Korea, sekarang adalah waktunya
bertanya-tanya tentang latar belakangnya.
Tapi menurut Yi Gak, “Kalau ingin
mengagumi sekuntum bunga, kita hanya perlu melihat keindahannya tanpa perlu
tahu dari mana bunga itu berasal.”
Kata-kata itu cukup membuat Se Na
lega karena ia tak perlu berbohong tentang latar belakang keluarganya.
Namun Yi Gak berdiri dan berkata, “Jadi begini rasanya kalau kehadiran
kita tak diharapkan.”
Yi Gak pergi untuk membeli
minuman dan Se Na meneruskan berjalan-jalan. Dari kejauhan Yi Gak melihat Se Na
dan kembali teringat pada Putri Mahkota-nya.
Se Na menyadari kalau Yi Gak
pergi terlalu lama. Ia mendapat telepon dari Yi Gak yang telah pergi terlebih
dahulu. Tapi sebelum ia pergi, ia telah meletakkan minuman di tempat mereka
duduk.
Dan Se Na menemukan sebotol minuman
berhias gelang berbandul.
Park Ha dan ibu pergi ke rumah
abu untuk mengungjungi ayahnya. Rupanya hari ini adalah peringatan kematian
ayah yang kedua. Ibu menyayangkan Se Na yang tak bisa datang karena sibuk
bekerja dan meminta Park Ha untuk mengerti.
Sambil menangis, ibu menyesali ayah yang meninggal sebelum melihat Park Ha yang selama ini selalu ia cari. Ia
merasa bersyukur dapat menikah dengan ayah Park Ha karena ia adalah pria paling
baik yang pernah ia kenal.
Ia kemudian memberikan selembar
foto dirinya, ayah dan seorang wanita yang tak terlihat wajahnya karena foto
itu telah terobek di sisi wanita itu. Ibu menjelaskan kalau wanita tak berwajah
itu adalah foto ibu Park Ha. Ayah tak pernah menceritakan tentang ibu Park Ha
dan ayah pasti sangat membenci ibu kandung Park Ha karena ia merobek foto itu.
Ibu menceritakan kalau ibu
kandung Park Ha meninggalkan ayah dan Park Ha hanya beberapa hari setelah foto
itu diambill. Ayah kemudian membesarkan Park Ha sendirian. Jadi bisa
dibayangkan bagaimana perasaan ayah saat Park Ha hilang waktu kecil dulu. Ibu
merasa ayah mulai sakit-sakitan sejak Park Ha menghilang. Ibu pun mengajak Park
Ha untuk makan tahu di restoran favorit ayah.
Ayah tergesa-gesa menemui Tae Moo
untuk memberitahukan kalau CEO Jang akan pulang ke Hongkong hari ini. Ia
khawatir CEO Jang menolak tawaran mereka. Ayah juga mendengar kalau sebelum
pulang ke Hongkong, ia akan mampir ke suatu tempat.
Tae Moo buru-buru melacak kemana
CEO Jang pergi, dan ia pun menuju ke sana.
Taek Soo mengajak Yi Gak Cs untuk
makan siang. Teringat kali terakhir mereka pergi ke restoran ketiga abdi Yi Gak
duduk dengan sopan dan kaku, takut mengulang kesalahan seperti yang kemarin.
Taek Soo menenangkan mereka yang akan bekerja di perusahaan mulai besok.
Mendadak Soo
Bong
datang untuk
makan siang dan ingin bergabung dengan mereka. Merasa situasinya sangat kaku
dan formal, ia mengusulkan untuk bermain Yaja Time. Yaja Time adalah permainan
seperti di Ojakgyo Brothers dimana setiap orang berbicara dengan non formal,
tanpa paduli ia atasan atau yang lebih tua. Ia memasang waktu 3 menit di
handphonenya untuk Yaja time.
Ia mencontohkan dan berkata pada
Taek Soo, “Singkirkan muka jelekmu itu sekarang.”
Yi Gak dan teman-teman kaget
mendengar hinaan itu, bersiap mendengar kemarahan Taek Soo. Tapi Taek Soo tak
marah, malah tertawa (walau terpaksa). Mereka langsung mengerti apa yang
disebut Yaja Time.
Man Bo dan Chi San langung mempraktekkan dan menghina Taek
Soo yang baunya seperti anjing. Taek Soo tak marah dan mengakui kalau ia memang
bergaul dengan anjing. Man Bo menimpali, “Kalau kau tahu, maka kau harus mandi.”
Yi Gak tersenyum mendengar hinaan
itu. Ia menyuruh Young Sul untuk mencobanya. Tapi Young Sul tak bisa
melakukannya dan memilih ke luar restoran. Tiba-tiba Chi San berkata pada Yi
Gak, “Ah.. kau tersenyum!”
Yi Gak mendelik mendengar
kata-kata Chi San yang tak sopan. Man Bo mencoba menghentikan Chi San “Hentikan!
Nanti orang itu marah, lho.”
Yi Gak semakin mendelik mendengar
kata-kata Man Bo. Apalagi Man Bo mengulurkan makanan dan menyuapkannya kepada
Yi Gak (yang pastinya itu tak sopan). Man Bo dan Chi San ber-toss ria karena
berhasil memainkan Yaja Time dengan baik.
Waktu 3 menit telah berakhir, Taek
Soo meninggalkan meja untuk membayar makanan dan Bong Soo pun langsung pergi
setelah ditabok cukup keras oleh Taek Soo. Sementara Yi Gak hanya dapat menatap
keruh pada kedua abdinya.
Tiba-tiba Young Sul datang dengan
membawa segelas air dan berkata, “Heh kamu! Kamu hanya beruntung terlahir dari
keturunan yang mulia.”
Man Bo dan Chi San buru-buru
memegangi tangan Young Sul yang memegang segelas akhir dan memberitahu kalau waktu
3 menit Yaja Time telah lewat.
Kwak kwak kwak..
Young Sul pucat pasi dan
ketiganya langsung bersimpuh memohon ampun pada Pangeran Yi Gak yang duduk dengan
menahan amarah. “Ampun Yang Mulia, kami berdosa. Kami pantas mati.”
Yi Gak memanggil Man Bo untuk
mengambil pedang Young Sul untuknya.
Mereka memohon memelas, “Jangan, Yang Mulia.”
LOL.
Tae Moo minta tolong Se Na untuk
mengejar CEO Jang yang telah diketahui keberadaannya. Ternyata CEO Jang sedang
makan siang di restoran dimana Park Ha dan ibu juga kunjungi untuk mengenang
ayah Park Ha.
Mulanya ibu tak melihat CEO Jang.
Tapi begitu ia duduk dan mendengar sapaan CEO Jang, ia langsung berdiri dan
menyuruh Park Ha untuk segera meninggalkan restoran.
Tanpa menunggu Park Ha, ia
langsung pergi keluar. Park Ha melihat CEO Jang dan memberi hormat padanya
sebelum mengikuti ibu.
Ibu buru-buru pergi tak melihat
kalau ada mobil di belakangnya. Tak ayal, mobil itu langsung menabrak ibu
sehingga ibu terpelanting jatuh.
Mobil itu milik Tae Moo dan Tae Moo
shock melihatnya. Park Ha berteriak memanggil ibu, bersamaan dengan Se Na yang
baru saja keluar dari mobil untuk masuk restoran.
Se Na terkejut melihat ibunya
pingsan di tengah jalan. Tapi melihat ada Tae Moo di sana, ia menghentikan
langkahnya. Ia teringat dustanya kalau ibunya adalah dosen di universitas
Inggris dan ia dari keluarga kaya.
Buru-buru ia berbalik pergi.
Tapi Park Ha keburu melihatnya.
Ia memanggil “Kakak” pada Se Na. Tapi Se Na tak menggubrisnya, dan tak menoleh.
Berulang kali ia memanggil ‘Kakak’ tapi Se Na malah berlalu pergi.
Seperti déjà vu.Dan berbagai
kenangan terlintas kembali di kepalanya.
Tae Moo mengantarkan ibu yang
pingsan ke rumah sakit. Di dalam mobil, Park Ha yang mulai mengingat kembali,
hanya dapat menahan marah saat melihat mobil Se Na yang tak mengikuti mobil Tae
Moo dan malah pergi menjauh.
Untung kondisi itu tak
membahayakan. Tapi ibu tetah harus beristirahat di rumah sakit. Park Ha
bersyukur karena kondisi ibu baik-baik saja. Tae Moo juga merasa bersyukur dan
berkata kalau ia akan bertanggung jawab untuk membantu ibu kembali pulih.
Saat sendirian, Park Ha teringat
akan semua kenangan yang baru ia ingat. Ia teringat bagaimana ia ditinggalkan
di dalam truk dan bagaimana kecelakaan itu terjadi.
Ia menelepon Se Na memintanya
untuk segera bertemu. Se Na yang sebenarnya juga masih shock akan kecelakaan
ibu langsung mengiyakan.
Park Ha menemui Se Na di
kantornya. Dengan dingin Park Ha meminta Se Na membawanya ke tempat mereka bisa
berbicara berdua. Se Na membawanya ke ruang siarang.
Se Na langsung bertanya bagaimana
kondisi ibu sekarang. Park Ha tak menjawab, malah menyindir apakah Se Na
benar-benar mengkhawatirkan kondisi ibu?
“Apakah kau manusia? Bahkan saat
ibu yang melahirkanmu jatuh pingsan di hadapanmu, kau berpura-pura tak
mengenalnya karena takut kebohonganmu ketahuan. Apakah itu hal yang layak
dilakukan oleh seorang manusia?”
“Apa yang kau tahu sampai kau
berhak mengatakan hal itu?”
“Jika kau benar-benar
menginginkannya, aku akan menuruti permintaanmu. Kita tak memiliki hubungan
darah, jadi kita bukanlah keluarga. Mulai sekarang kau bukan kakakku. Apa kau ingin
tahu alasannya?”
Se Na tak menjawab.
“Aku diadopsi dan dibawa ke
Amerika. Itu karena saat aku berusia 9 tahun, aku tak tahu di mana rumah orang
tuaku. Semuanya karena aku kehilangan ingatan saat kecelakaan truk. Kecelakaan
itu ada di daegu, sementara aku tinggal di Seoul. Bagaimana bisa itu terjadi?
Itu karena saat truk berjalan pergi dan aku memanggil-manggil namamu, kau tak mau
menoleh kepadaku. Sama seperti hari ini. Ibu tertabrak, kau malah membalikkan
punggungmu pada kami. Kenapa? Apa kau takut orang lain akan melihat sifat
aslimu?”
Se Na menampar Park Ha. Park Ha
pun menampar Se Na. “Aku tak akan memaafkanmu,” kata Park Ha.
Se Na mencoba menampar Park Ha
kembali.Tapi kali ini Park Ha tak mau menerimanya. Tangan Se Na ditahan oleh
Park Ha, dan gelang Se Na terjatuh.
Gelang berbandul yang pernah ia
lihat bersama Yi Gak. Gelang berbandul yang ia pikir akan Yi Gak berikan untuknya.
Park Ha menatap gelang itu dan
menatap Se Na. Tapi tak ada kata yang terucap. Ia malah pergi meninggalkan Se
Na.
Di luar Park Ha bertemu dengan Yi
Gak yang menyambutnya dengan gembira. Apakah Park Ha datang ke kantor untuk menjemputnya?
Tapi Park Ha yang berwajah pucat pasi tak menjawab, dan akhirnya Yi Gak
menyadari kalau suasana hati Park Ha sedang buruk. Park Ha meninggalkan Yi Gak.
Yi Gak yang ingin bertanya lebih
lanjut pada Park Ha, namu melihat Se Na keluar dari ruang siaran, juga tak
dalam kondisi yang ceria.
Yang mana yang akan ia pilih?
Komentar :
Sejak Yi Gak bertanya cara menalikan
boneka ke Park Ha sampai Yi Gak menatap mata Park Ha saat di dalam caravan,
saya hanya bisa bergumam : Park Ha, jangan naksir, jangan naksir Yi Gak
sekarang. Karena walau hati Yi Gak mungkin sudah menoleh padamu, tapi otak Yi
Gak masih berjalan menuju satu tujuan yaitu Se Na.
Namun Park Ha ternyata memang telah
jatuh hati pada Yi Gak, karena diakhir episode saya mendengar suara hatinya yang
patah.
Hhhh …Heart, why are you so fragile?
Please be strong..
Dan jika berbicara tentang Tae
Moo, saya sangat heran pada Tae Moo. Dalam 6 episode, ia hampir membunuh 3
orang. Tae Young, Yi Gak dan ibu Park Ha.
Jika Tae Moo orang jawa, mestinya
Tae Moo harus diruwat untuk buang sial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar