Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 1
Setelah menampar Park Ha, Nenek
keluar dari rumah loteng tanpa mendengarkan penjelasan Park Ha. Diikuti oleh
Tante dan Se Na, di halaman Nenek menyuruh Se Na untuk menelepon Tae Young
karena ia ingin berbicara padanya.
Se Na masuk
kembali menemui Park Ha. Ia memberitahukan kalau Nenek menyuruhnya untuk datang
ke rumah. Rupanya nenek sudah tak percaya lagi pada Park Ha dan ingin
mengkonfrontasikan ucapan Park Ha dengan Tae Young.
Dengan sinis, Se Na menyindir
Park Ha yang mampu menjadi wanita yang diluar dugaannya.
Yi Gak dan Park Ha menghadap
Nenek dan Tante. Yi Gak meyakinkan nenek kalau semuanya ini adalah salah paham.
Ia tak pernah bertemu dengan Park Ha di Amerika.
“Bagaimana mungkin kau mengatakan
hal itu, padahal kau tak ingat apapun?” selidik Nenek. Yi Gak tak dapat
menjawabnya.
Nenek menunjukkan sketsa buatan
Tae Young, dan ia bertanya pada Yi Gak, apakah ia mengingatnya? Perlahan Yi Gak
menjawab jujur kalau ia tak mengingatnya. Nenek langsung menggunakan kata-kata
Yi Gak, untuk menyerang Park Ha, “Kau sudah mengenal Tae Young di Amerika. Kau
tahu kalau Tae Young hilang ingatan. Maka kau mendekatinya dan berhasil
mengambil hatinya. Ini sudah jelas sekali.”
Park Ha meminta Nenek untuk
mengerti kalau semuanya ini adalah kesalahpahaman. Nenek langsung memojokkan
Park Ha, “Apa kau pikir ia bukan Tae Young? Lalu menurutmu siapa pria ini?”
Tak dapat membuka identitas Yi
Gak, Park Ha hanya terdiam. Yi Gak akhirnya yang membela Park Ha, Park Ha bukan
gadis yang seperti disangka Nenek. Tante malah menunjukkan sikap Yi Gak yang
mudah tertipu yang seperti ini yang membuat Yi Gak gampang diperalat oleh Park
Ha.
“Aku tak mudah tertipu, Nek,”
sergah Yi Gak. “Aku menyukainya. Karena aku menyukainya.”
Semuanya kaget, bahkan termasuk
Park Ha. Park Ha terkesima mendengar ucapan Yi Gak.
“Karena aku menyukainya, maka aku mengikutinya bahkan menumpang di rumah loteng. Walaupun ia berkali-kali menyuruhku keluar, tapi aku bersikeras tetap tinggal di sana. Karena aku menyukainya.” |
Aww.. so sweet. Walaupun Park Ha tahu kalau apa yang dikatakan Yi Gak untuk melindunginya, tapi tetap saja.. so sweet.
Tapi nenek malah menganggap Park Ha seorang
pembohong. Berdasarkan kata-kata Yi Gak, berarti mereka memiliki hubungan
khusus. Padahal sebelumnya Park Ha meyakinkan nenek kalau ia dan Yi Gak tak
memiliki hubungan apapun. Saking marahnya, nenek berjanji
akan mengusir Park Ha dari rumah loteng dan mengeluarkan Park Ha dari
perusahaan.
Yi Gak mencoba mencegah keputusan
Nenek. Tapi Yi Gak malah disuruh keluar juga dari rumah.
Di luar, Yi Gak berkata kalau
Park Ha mengalami semuanya ini untuk melindunginya. Jika saja saat itu ia tak mengaku sebagai Tae
Young, Park Ha tak akan mengalaminya.
Park Ha mengatakan kalau Yi Gak telah mempertaruhkan nyawanya untuk
berpura-pura sebagai Tae Young.
“Apakah itu alasanmu
melindungiku?” tanya Yi Gak. Park Ha tak tahu. Ia benar-benar tak tahu
alasannya.
Yi Gak menyuruh Park Ha untuk
pulang ke rumah sekarang dan ia berlutut di halaman rumah nenek. Park Ha
terkejut melihat Yi Gak berlutut dan bertanya apa yang sedang Yi Gak lakukan?
Yi Gak tak menjawab, malah menyuruh Park Ha segera pulang.
Di rumah, Park Ha menceritakan
apa yang sedang terjadi. Man Bo menenangkan Park Ha kalau Yi Gak akan menyelesaikan semuanya. Young
Sul pun menambahkan kalau Park Ha tak perlu khawatir karena Park Ha memiliki
mereka yang akan mendukungnya.
Man Bo mencibir kata-kata Young
Sul yang tak mengena. Bukankah karena mereka, Park Ha mengalami semuanya ini?
Mereka pun bertengkar hingga Chi San harus melerai mereka berdua.
Yi Gak masih melakukan aksi
protesnya. Ia bertahan tetap berlutut, tak mau bangkit di tengah dinginnnya
malam. Tante yang selalu mengintip dan terus memberi informasi pada nenek,
meminta nenek agar memanggil Yi Gak
masuk ke rumah. Nenek juga bertahan tak mau melakukannya. Toh Yi Gak melakukan
itu karena keinginannya sendiri.
Tante berkata kalau semua ini
terjadi karena nenek mengusir Park Ha dan mengeluarkannya dari perusahaan. Ia
meminta Nenek untuk menarik kembali keputusannya. Tapi nenek tak mau dan malah
masuk kamar.
Sepanjang malam, di tengah
dinginnya malam dan bunga sakura yang berguguran, Yi Gak berlutut di
halaman. Di rumah, Park Ha menanti dengan penuh kekhawatiran.
Hingga keesokan harinya. Akhirnya
nenek menyuruh pembantu untuk memanggil Yi Gak masuk ke dalam rumah.
Nenek bertanya tentang
hubungannya dengan Park Ha, apakah ia ingin menikahinya? Yi Gak mengatakan
tidak, karena ia sudah memiliki calon sendiri. Hal ini membuat nenek kaget,
apakah cucu sama dengan kakeknya yang playboy? Yi Gak membantah hal itu.
Nenek akhirnya memegang kata-kata
cucunya dan berjanji akan menganggap semuanya tak pernah terjadi.
Tertatih-tatih, Yi Gak
meninggalkan rumah nenek. Di luar ternyata Park Ha telah menunggunya. Rupanya
ia mengkhawatirkan Yi Gak yang berlutut semalaman.
Ia membimbing Yi Gak ke taman. Di
sana ia mengoleskan balsam penghilang nyeri. Yi Gak memandangi Park Ha yang
masih sibuk mengoleskan balsam, dan tersadar kalau ia memperhatikan Park Ha
terlalu lama. Sebelum ketahuan, ia mengalihkan pandangannya dan berkata kalau balsam
itu terasa gatal di kaki.
Ia hendak menghapus balsam itu, tapi Park Ha mencegahnya. Balsam itu
memang terasa gatal, tapi kemudian akan terasa panas dan
akan meringankan pegal kaki. Yi Gak mencoba mencium balsam itu, tapi
ternyata sangat tajam hingga matanya saja langsung terasa panas.
Park Ha meminta Yi Gak untuk tak melakukan protes
dengan cara Joseon. Lebih baik diselesaikan dengan kata-kata saja.
Atas nama nenek, Yi Gak meminta
maaf pada Park Ha. Park Ha tak mempermasalahkan hal itu. Tapi tidak bagi Yi
Gak, “Aku mencegahmu kembali ke Amerika dan berjanji untuk selalu memberikan
kenangan yang indah. Tapi sekarang aku malah mengalami semua ini. Aku tak tahu
harus berkata apa.”
Park Ha mengatakan tak masalah.
Sambil memandang Park Ha, Yi Gak menggenggam tangan Park Ha dan meminta maaf, membuat Park
Ha terharu dan menangis.
Ia berpura-pura matanya kelilipan dan menggosok matanya dengan tangan. Ia lupa kalau tangannya
penuh balsam. Jadinya matanya sekarang pedih dan ia benar-benar menangis. Ia
panik, blingsatan merasakan panasnya balsam itu.
Tae Moo membawakan sarapan untuk
Se Na. Ia ingin selalu makan bersama Se Na dan mengajaknya untuk menikah. Se Na
tak menjawab hanya tersenyum kalau ia akan makan banyak.
Tae Moo memperhatikan
kalau hari ini Se Na memakai cincin pemberian CEO Jang. Ia langsung teringat
pada putri yang sedang dicari oleh CEO Jang, dan mengatakan rencananya untuk
segera menemukan putri CEO Jang dan menariknya ke pihaknya sebelum ditarik ke
pihak nenek.
Kata-kata Tae Moo membuat Se Na
tak tenang. Apalagi di kantor ia melihat Park Ha tetap bekerja seperti biasa,
dan masih bisa berjalan bersama Yi Gak. Bagaimana mungkin semua ini bisa
terjadi?
Dari Tante ia mendapat informasi
kalau Tae Young berlutut sepanjang malam di halaman dan mengakui perasaan sukanya
pada Park Ha. Park Ha tak pernah menipu Tae Young, tapi ia sendiri yang memilih
untuk tinggal bersama dengan Park Ha.
Se Na berpura-pura tenang
mendengarnya dan mengatakan jika Tae Young memang menyukai Park Ha maka ia akan
mundur. Mendengar kata-kata Se Na seperti malaikat, Tante malah menyuruh Se Na untuk segera mendekati Tae
Young, dan tak usah bersikap baik lagi pada Park Ha.
Ketiga Joseoners melihat
seseorang yang ingin menemui Park Ha. Dengan kemampuan fotografiknya yang sudah
digital, Man Bo mengenali pria tersebut. Pria kencan matseonnya Park Ha!
Mereka langsung menghadang Yeom.
Dengan sikap mengancam, mereka menanyakan alasan kedatangan Yeom ke sini.
Bukankah Park Ha telah meninggalkannya?
Yeom mengatakan kalau ia datang
untuk memberikan kue buatannya sendiri untuk Park Ha yang akan berulang tahun
pada esok hari. Tapi karena besok ia harus mengawal murid-muridnya pergi
berwisata, dan tak dapat mengucapkan selamat ulang tahun, maka ia ingin melakukannya
hari ini.
Ketiganya kaget dengan informasi
baru ini, tapi mereka menutupinya dengan baik. Tetap dengan sikap mengancam
mereka menyuruh Yeom untuk menyerahkan hadiah pada mereka saja. Mereka akan
menyampaikan hadiah itu pada Park Ha.
Tapi Yeom tak mau. Sesaat terjadi
tarik menarik antara Chi San dan Yeom. Tapi Yeom mundur teratur saat Young Sul berdiri
di hadapannya dengan sikap mengancam yang lebih menakutkan dari teman-temannya.
Ayah Tae Moo memanggil Se Na
untuk menyuruhnya mengundurkan diri segera. Jika Se Na mau, ia dapat mencarikan
pekerjaan di perusahaan lain. Ia dan Tae Moo sudah berusaha keras untuk
mendapatkan posisi mereka sekarang, dan mereka tak akan berhenti hanya sampai
sini saja.
Se Na memahami perasaan ayah Tae
Moo. Kata-kata itu membuat ayah senang. Tapi Se Na meneruskan, “Tapi jika Ibu
Presiden tahu kalau saya sudah berpacaran dengan Tae Moo selama 2 tahun,
padahal selama itu pula saya menjadi sekretarisnya, mungkin akan membuat posisi
Bapak dan Tae Moo dalam masalah. Berbagai dokumen rahasia selalu melalui tangan
saya.”
Dengan senyum manis, Se Na
melanjutkan, kalau ia keluar dari perusahaan akan membuat ayah dan Tae Moo dalam
posisi sulit. Ia kemudian minta diri untuk pamit, meninggalkan ayah yang
menduga-duga apakah Se Na sedang mengancamnya.
Mau tak mau ketiga Joseoners harus
mengakui kalau kue yang dibuat Yeom sangat indah. Tapi mereka tak bisa
membiarkan kue itu sampai ke tangan Park Ha. Maka jalan satu-satunya adalah
memberikan pada orang lain.
Targetnya adalah bos mereka,
Pyo Taek Soo. Mereka hompimpa, siapa yang ketiban sampur untuk memberikannya
pada Taek Soo.
Dan sampur jatuh pada Chi San. Walaupun
enggan, Chi San tetap melakukanya. Chi San menemui Taek Soo dan memberikan
kotak kue sambil berkata, “Ini adalah ungkapan perasaan yang tak bisa saya
ungkapkan pada Bapak. Mohon diterima.”
Taek Soo terkejut dan tak
menyangka kalau Chi San yang sedikit feminin ternyata baik juga. Betapa
senangnya saat ia menemukan kue tart di dalam box itu. Dan kartu yang menyertainya.
LOL. Rupanya ketiga Joseoners tak
menyadari ada kartu di dalamnya. Dalam kartu itu tertulis, “Sejak pandangan
pertama, aku sudah jatuh cinta padamu. Setiap hari, setiap aku membuka mataku,
aku ingin melihatmu.”
LOL.LOL.LOL..
Taek Soo terkejut dengan
kata-kata puitis ‘Chi San’. Ia melihat
Chi San masih menunggu di belakang pintu dan tangannya membentuk tanda hati dan memberikan padanya.
Bwahaha.. Taek Soo membanting
kartu itu marah, merasa hampir gila. Ia mengomel kalau semua orang di sekitarnya
adalah orang aneh. Pantas saja kalau ia mengira Chi San sangatlah feminin..
*Yang terlintas di pikiran saya,
adalah apa yang terjadi kalau Young Sul yang kalah hompimpa.. Kekeke..*
Se Na melihat Park Ha memberikan
katalog pada Ayah Tae Moo. Ia tak menyapa mereka.
Se Na mengajari Yi Gak cara
bermain squash yang benar. Dari bagaimana cara memegang raket hingga cara
berdiri yang benar. Selama itu pula Yi Gak selalu terkenang pada istrinya Hwa
Young.
Mereka berlatih selama beberapa
lama. Saat istirahat, melihat Se Na mengeluarkan banyak keringat, Yi Gak
memberikan saputangan sulam kupu-kupu. Se Na mengagumi keindahan saputangan itu
dan Yi Gak bertanya apakah Se Na baru pertama kali melihat saputangan ini?
Se Na menjawab baru pertama kali.
Yi Gak bertanya lagi, apakah ia tak merasakan sesuatu melihat sulaman kupu-kupu
itu? Se Na tak merasakan apapun.
Pulangnya, Yi Gak diantar Se Na
sampai depan rumah. Se Na merasa haus dan ingin mampir untuk minum. Tentu saja
Yi Gak langsung menawarinya untuk singgah dulu.
Di dalam rumah, Park Ha sedang
berkutat dengan pakaian. Ada kotak pakaian yang akan disumbangkan ada pula
pakaian yang akan dicuci. Melihat kedatangan Yi Gak bersama Se Na, moodnya
langsung jelek. Apalagi Yi Gak menyuruhnya untuk mengambilkan minuman untuk Se
Na.
Yi Gak seperti tak sadar akan
ketegangan yang terjadi di antara kedua wanita itu. Ia malah berkata pada Se Na
kalau Park Ha akan mencuci dan menyuruh Park Ha untuk mencucikan saputangannya.
Ia berpesan agar Park Ha mencucinya dengan hati-hati. Tidak boleh rusak
sedikitpun. Kata-kata Yi Gak membuat kesal Park Ha.
Hhh.. saya juga kesal dengernya.
Memang Park Ha pembantunya Yi Gak?
Park Ha langsung mengomel,
menyuruh Yi Gak untuk mencucinya sendiri jika merasa saputangan itu sangat
penting baginya. Dilemparnya saputangan itu ke keranjang cuci, namun meleset
dan masuk ke kotak baju yang akan disumbangkan.
Tak mau berlama-lama di rumah, ia
meninggalkan Yi Gak dan Se Na untuk memberikan kotak baju yang akan
disumbangkan.
Sebelum keluar, ia masih mendengar
kata-kata Se Na dan Yi Gak yang saling memuji keahlian berolahraga mereka.
Saking kesalnya, ia tak melihat kalau ia menjatuhkan saputangan Yi Gak di
halaman.
Ketiga joseoners memutuskan untuk
membuat kue ulang tahun untuk Park Ha. Mereka pergi ke toko yang membolehkan
pembeli untuk membuat kue ulang tahun sendiri. Pada pelayan toko, Young Sul
berkata kalau mereka ingin membuat kue sebesar rumah.
Tentu saja pelayan toko itu
bingung mendengar permintaan Young Sul yang aneh. Untung Man Bo segera
menjelaskan kalau mereka ingin membuat kue yang sangat besar.
Se Na mengompres tangan Yi Gak
yang nanti akan terasa sakit, karena tangan Yi Gak tak pernah melakukan
olahraga berat. Setelah itu ia pamit pulang. Ia mencegah Yi Gak
untuk mengantarnya karena tangan Yi Gak masih harus tetap dikompres.
Dan di luar ia menemukan
saputangan Yi Gak. Teringat kalau saputangan itu diberikan pada Park Ha untuk
dicuci beserta pesan untuk memperlakukannya dengan istimewa, maka Se Na mengambil
saputangan itu dan menyimpannya dalam tas tangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar