Tanpa sepengetahuan kedua
anaknya, Ibu mengundang Se Na dan Park Ha secara terpisah, untuk berkumpul.
Dalam acara apa, ibu tak memberitahukan. Setelah Se Na dan Park Ha datang, ibu
baru mengatakan kalau ibu ingin merayakan hari ulang tahun Park Ha.
Se Na sangat kesal karena ibu tak
memberitahukan dulu padanya. Ia ingin pergi meninggalkan acara itu, tapi ibu
menyuruhnya untuk tetap tinggal, begitu pula dengan Park Ha. Park Ha hanya
terdiam dan memakan hidangan ibu.
Cincin biru besar yang dipakai Se
Na menarik perhatian ibu yang belum pernah melihat cincin Se Na itu sebelumnya.
Apakah Se Na baru saja membelinya? Dengan singkat Se Na menjelaskan kalau
seseorang memberikan cincin itu padanya, dan tidak, ibu tak mengenal orang itu.
Ibu tak berkomentar lagi, malah menyuruh Park Ha untuk makan lebih banyak lagi.
Park Ha pun menjawab, “Ya, Bu.”
Park Ha memanggil ibu langsung
disambar oleh Se Na. Se Na menyuruh Park Ha untuk mengulangi kata-katanya dulu,
yang tak akan menganggap Se Na sebagai keluarganya. Ibu tak tahu maksud Se Na.
Dan dengan licik Se Na
membalikkan kata-kata Park Ha, “Ia menuduhku telah
meninggalkannya sewaktu kecil dan menghancurkan hidupnya.”
Ibu kaget mendengarnya dan
berkata pada Park Ha kalau hal itu tak benar. Park Ha meminta Se Na untuk berhenti,
tapi Se Na tak mau. Park Ha telah memulainya lebih dahulu dan sekarang Park Ha
memintanya untuk berhenti? “Apakah ingatanmu telah kembali? Dan sekarang kau
berkata sesuka hatimu? Dan mana buktinya? Kau hanya mengarang jika kau berkata
tanpa bukti.”
Se Na berdiri dengan marah dan
berkata pada ibu, “Bu, dengar baik-baik, ya. Aku tak sudi punya keluarga
seperti dia. Jadi jangan undang aku dalam acara yang melibatkan dia.”
Se Na pun pergi meninggalkan ibu
yang tampak marah pada Park Ha.
Ketiga Joseoners menghias kue
dengan krim. Mulanya mereka melakukannya dengan belepotan. Tapi lama-lama
mereka semakin ahli, bahkan bias membuat lengkung-lengkung cantik di atas kue
itu. Dan permintaan Young Sul ternyata tak main-main. Mereka benar-benar
membuat kue yang saaangat besar.
Tak hanya satu atau dua susun.
Tapi empat susun. Ckckckck… macam kue pengantin saja.
*Sepertinya yang dimaksud dengan
membuat kue sendiri adalah menghias kue sendiri. Kue dasarnya sudah disediakan
dari toko. Tapi tetap saja. Menghias empat kue tart sekaligus? Wow!*
Mereka menyimpan kue tart itu di
dalam lemari es, membuat Yi Gak bertanya-tanya mengapa mereka membuat kue
sebesar itu? Besok kan bukan hari spesial?
Young Sul memberitahu kalau besok adalah hari ulang tahun Park Ha
dan mereka membuat kue untuk merayakannya. Ia bahkan berani bertanya di depan
muka Yi Gak, apa yang akan mereka lakukan untuk pesta besok?
Yi Gak tak suka dengan keberanian
Young Sul yang berkata di depan wajahnya langsung. Ini pangeran, gitu loh..
Young Sul langsung mundur dan meminta maaf atas kelakuannya.
Yi Gak merasa kue ulang tahun
sudah cukup banyak, dan tak ada lagi yang perlu dipersiapkan. Ketiga abdi itu
tak mendesak Yi Gak, tapi mereka tak puas. Maka mereka mencari Becky dan Mimi
untuk mempersiapkan acara ulang tahun Park Ha.
Sayangnya mereka berdua tak dapat
ikut acara ulang tahun karena Becky akan manggung di luar kota dan Mimi sudah
setuju untuk menemaninya. Tapi mereka memberitahu apa saja yang harus
dipersiapkan.
Pada dasarnya pesta ulang tahun
memiliki 4 elemen, yaitu kue, topi ulang tahun, kembang api dan lagu happy
birthday. Mereka sudah memiliki kue, topi dan kembang api bisa dibeli, kurang
satu lagu happy birthday.
Mimi dan Becky mengajarkan cara bernyanyi
dengan seimut mungkin. Namun hasilnya, ketiga joseoners menirukannya dengan
sejayus mungkin. Mimi dan Becky hanya dapat mengerutkan kening, mau mengkritik
gerakan mereka, tapi kok ya kasihan.. Akhirnya mereka membiarkan ketiganya
bernyanyi dengan gaya jayus.
Akhirnya Park Ha menyadari kalau
saputangan Yi Gak telah hilang dan sekarang ia mencari-cari ke seluruh penjuru
rumah. Yi Gak tak membantu mencari, malah menyalahkan Park Ha yang ceroboh.
Bukankah sebelumnya ia sudah pernah mengatakan kalau sapu tangan itu sangat berharga? Kenapa Park
Ha tak mengindahkan kata-katanya?
Park Ha bertanya apakah sapu
tangan itu benar-benar sangat berharga?
“Tentu saja. Sapu tangan itu jauh
lebih berharga daripada semua yang kau miliki,” jawab Yi Gak.
Park Ha merasa bersalah dan
menawarkan untuk membelikan saputangan baru sebagai pengganti saputangan yang
hilang.
Mendengar hal itu Yi Gak
meradang, “Tak ada yang dapat menggantikannya. Kau itu bodoh atau jahat, sih?
Sapu tangan itu hanya ada satu di dunia ini.”
Terluka mendengar hinaan Yi Gak,
tapi tak dapat membalas karena ia memang bersalah, Park Ha hanya bisa menjawab
kalau ia akan mencarinya sampai ketemu.
Di atas Chi San, Young Sul dan
Man Bo mendengar pertengkaran Yi Gak dan Park Ha. Mereka khawatir masalah ini
membuat acara ulang tahun Park Ha besok akan gagal. Maka mereka berinisiatif
untuk mempersiapkan sendiri. Young Sul kebagian tugas untuk membeli lilin kue,
topi ulang tahun dan kembang api untuk besok.
Dan Young Sul segera kembali
membawa semuanya. Makanan kecil dan bubur kacang merah. Rupanya Young Sul salah
dengar, mengira makanan kecil (kko kal) padahal seharusnya topi ulang tahun (go
kkal). Ia membeli bubur kacang merah (pat jook) padahal seharusnya kembang api
(pok jook).
Man Bo dan Chi san mencoba
memberitahukan pelafalan yang benar, tapi yang didengar dan dikatakan Young Sul
tetap sama, makanan kecil (kko kal) dan bubur kacang merah (pat jook). Hal ini
membuat Chi San kesal dan bertanya, apakah Young Sul dapat menggunakan
telinganya dengan benar?
Dengan polos Young Sul menjawab
kalau ia benar-benar dapat menggerakkan telinganya. Dan ia pun mencontohkan
dengan menggerak-gerakkan telinganya.
LOL. Tetap salah dengar juga.
Park Ha mendatangi tempat
pengumpulan baju bekas dan meminta ijin untuk mencari saputangan. Manajer
tempat itu agak ragu, tapi mengijinkan Park Ha. Bukan apa-apa, tapi tumpukan
baju bekas itu bukan hanya banyak tapi buaanyaaakk sekali. Menggunung hingga
memenuhi gudang.
Park Ha tetap tak mau menyerah.
Ia akan mencoba mencarinya. Manajer itu juga mengatakan kalau Park Ha harus
melakukannya malam ini karena besok pakaian ini akan diangkut pergi.
Sepanjang malam Park Ha mencari
secarik kain berwarna putih.
Sepanjang malam itu pula, Yi Gak menunggu
kepulangan Park Ha. Tapi Park Ha tak kunjung pulang, karena ia belum menemukan
sapu tangan itu.
Yang tak akan pernah ditemukan
karena sapu tangan itu sekarang sedang dipegang oleh Se Na.
Keesokan harinya, Park Ha pulang dengan
lelah. Mendengar suara Park Ha, Yi Gak keluar kamar dan bertanya, “Kemana saja
kau pergi? Kenapa kau tak menjawab teleponku? Bukankah aku pernah menyuruh agar
kau harus selalu bisa kuhubungi setiap saat?”
Dengan lesu Park Ha berkata, “Aku
tak dapat menerima karena handphone-ku mati. “
“Apakah kau mencari saputangan
itu semalaman?” tanya Yi Gak melunak.
“Maafkan aku, karena aku tak
dapat menemukannya,” jawab Park Ha pelan.
Tak disangka, Yi Gak tak
marah-marah lagi seperti kemarin, membuat Park Ha heran. Ia malah meminta Park
Ha untuk melupakan permintaannya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.
Saat sarapan, ketiga Joseoners
hanya minum air putih. Yi Gak datang dan Man Bo memberitahukan kalau pagi ini
tak ada sarapan karena Park Ha sakit.
Yi Gak masuk ke kamar Park Ha
untuk melihat kondisi Park Ha. Park Ha beralasan ia tak enak badan karena
kemarin malam ia tak tidur. Ia akan merasa baikan setelah ia tidur.
Yi Gak membuka selimut dan
mengambil tangan Park Ha, mengejutkan Park Ha. Tapi Yi Gak malah menyuruh Park Ha diam,
“Aku akan memeriksa kondisimu.”
“Apakah kau bisa membaca denyut
nadi?” tanya Park Ha heran.
Yi Gak menyuruh Park Ha diam.
Tapi setelah ia memeriksa denyut nadi Park Ha, Yi Gak langsung pergi tanpa
memberitahukan apa penyakitnya. Maka sebelum Yi Gak keluar kamar, ia bertanya,
“Apa penyakitku?”
“Da-mal-jeung,” jawab Yi Gak
pendek.
Park Ha belum pernah mendengar
nama penyakit itu. Maka ia bertanya, ”Da mal jeung? Penyakit apa itu?”
“Penyakit terlalu banyak bicara,”
tukas Yi Gak sambil keluar kamar.
LOL. Orang lagi sakit kok malah
dihina.
Yi Gak menulis resep dan meminta
Chi San untuk menebusnya di toko obat tradisional. Ia juga menyuruh Chi San untuk
membeli arang, tungku dan panci untuk merebus obat. Ia memikirkan Park Ha yang
tergeletak di tempat tidur dan bergumam, “Hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Tapi ia malah sakit dan tak dapat beristirahat.”
Ayah Tae Moo mencoba mencari
kelemahan Se Na dan meminta Soo Bong untuk
memberikan informasi rahasia seputar Se Na dan Tae Moo. Mulanya Soo Bong
tak mau, tapi karena ayah mengancamnya, ia memberitahukan kalau Se Na tinggal
di apartemen milik Tae Moo.
Ayah pergi mencari apartemen itu.
Tak sengaja ia bertemu dengan seorang wanita yang meminjam pena padanya. Wanita
itu menulis pesan di sebuah kertas, menyelipkannya di pintu dan mengembalikan
bolpen itu lagi. Setelah wanita itu pergi, ayah mengambil pesan itu dan
membacanya. Ia tersenyum saat melihat nama Sena dan ‘Ibu’ di sebuah kertas bon
toko di pasar.
Dan satu rahasia Se Na telah
terungkap.
Park Ha terbangun dan mendapati
Young Sul sedang membuat obat dengan cara tradisional di halaman rumah. Ia agak
skeptis, dan bertanya apakah obat itu dapat menyembuhkannya?
Young Sul menenangkannya, “Yang
mulia banyak belajar tentang ilmu pengobatan. “
“Obat yang paling mujarab adalah
ketika kau mempercayainya,” Yi Gak tiba-tiba muncul di halaman.
Rupanya ia
pulang untuk menjenguk Park Ha. Setelah melihat obat telah siap, Yi Gak
menyuruh Park Ha minum obat dalam rumah dan meminta Young Sul untuk kembali ke
kantor.
Park Ha naik ke tempat tidur dan
minum obat yang disodorkan Yi Gak. Namanya obat tradision, tentu saja obat itu
pahit. Park Ha mengernyit merasakan cairan obat yang masuk ke tenggorokannya.
Yi Gak memberikan obat penawar
rasa pahit, yaitu permen peppermint. Park Ha mengunyah Park Ha. Memikirkan itu,
Yi Gak tersenyum senang melihat Park Ha mengunyah permen itu.
“Setelah meminumnya, kau akan
merasa mengantuk. Tapi saat kau bangun nanti, tubuhmu akan terasa segar,” kata
Yi Gak.
“Aku minta maaf telah
menghilangkan saputanganmu,” kata Park Ha yang masih merasa bersalah.
Yi Gak tak mempermasalahkannya
lagi. Menurutnya, kalau saputangan itu memang miliknya, pasti saputangan itu
akan kembali lagi. Yi Gak melihat kartu pos yang bergambar sketsa diri Park Ha
dan bertanya, sebenarnya apa yang telah terjadi? Park Ha tak tahu, ia pun ingin
tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Foto itu benar-benar foto dirimu.
Pelukis gambar itu benar-benar Tae Young. Tapi kau tak pernah bertemu dengan
Tae Young,” Yi Gak mencoba menganalisa. “Saat Tae Young menggambar foto ini,
dia jelas-jelas masih hidup. Tapi saat kau menunggu untuk bertemu dengannya,
mungkin saat itu ia telah meninggal.”
“Apakah yang kukatakan ini masuk akal? Atau
tak masuk akal?” Tak mendapat respon apapun, ia kembali bertanya, “apakah tak
masuk akal?”
Yi Gak menoleh pada Park Ha yang
telah tertidur pulas. Aww.. ternyata tadi Yi Gak mendongengkan cerita sebelum
tidur.
Yi Gak tersenyum melihatnya dan
menyelimuti Park Ha sebelum ia meninggalkan kamar.
Dengan memegang rahasia Se Na,
ayah Tae Moo menemui Se Na dengan ceria. Ia menyuruh Se Na untuk mengungkapkan
rahasianya dan Tae Moo ke Nenek. Toh Nenek tak akan percaya pada Se Na yang berbohong
memiliki ibu yang menjadi dosen di Inggris (Oxford? Cambridge?) padahal ia
hanya penjual ikan di pasar.
Se Na gemetar, bukan ketakutan
tapi marah. Siapa yang membocorkan rahasianya? Ia teringat saat Park
berbincang-bincang dengan ayah Tae Moo, dan menduga Park Ha lah biang keroknya.
Hhhh… nggak semua orang seperti
dirimu, princess. Suka ngadu dan suka berbuat jahat..
Ia pergi ke rumah Park Ha untuk
mengkonfrontasi, tapi ia melihat Park Ha sedang tertidur. Ia melihat ada
catatan dari Yi Gak, “Jika kau sudah bangun, temui aku di bawah jembatan sungai
Han jam 7 malam nanti.”
Sementara itu Yi Gak pergi
membeli hadiah ulang tahun untuk Park Ha. Jepit rambut berbentuk bunga. Bunga
terataikah? Atau bunga yang tersulam di saputangannya?
Park Ha terbangun dan menemukan
pesan Yi Gak. Ia yang sudah merasa sehat, langsung berganti baju dan menata
rambutnya. Walaupun ia ragu dengan dandanannya dan memilih-milih baju lagi,
tapi akhirnya ia tetap pada penampilan awalnya.
Yi Gak menunggu Park Ha di tepi
sungai Han. Hmm.. sepertinya ia sudah bisa mengendarai mobil. Dan saat ada yang
memanggil namanya, ia menoleh berharap itu adalah Park Ha.
Tapi ternyata Se Na datang lebih
dahulu. Ia memberi tahu Yi Gak kalau Park Ha masih sakit dan tak dapat
menemuinya. Ia sebenarnya ingin memberitahu lewat telepon, tapi entah kenapa ia
ingin bertemu dengan Yi Gak.
Se Na teringat kata-kata Yi Gak
yang mengatakan kalau pada akhirnya ia akan menyukai Yi Gak. Dan ia bertanya
jika itu benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Kau akan menikahiku,” kata Yi
Gak percaya diri. Se Na meyakinkan kata-kata Yi Gak, jika ia menyukai Yi Gak,
Yi Gak akan langsung menikahinya.
Yi Gak berpikir kalau Se Na
menganggap dirinya terburu-buru, maka ia mengatakan kalau mungkin Se Na tak
menyukainya sekarang.
Tapi Se Na menyela dan berkata,
“Selama ini aku mencoba mengingkari perasaanku tapi ternyata aku tak mampu. Aku
sebenarnya menyukaimu.” Ia mengeluarkan saputangan dan mengangsurkannya pada Yi
Gak sesuatu yang ia temukan.
Yi Gak kaget melihat saputangan itu.
Apakah Se Na mencarinya sepanjang malam? Dan Se Na pun mengangguk membenarkan
karena ia menganggapk saputangan ini sangat penting artinya bagi Yi Gak.
Dari kejauhan, Se Na melihat Park
Ha berjalan menuju mereka. Yi Gak berterima kasih karena Se Na mau bersusah
payah mencarinya. Dan betapa terkejutnya ia saat Se Na maju dan memeluknya.
Tapi ia tak menolaknya.
Park Ha yang akhirnya melihat
mereka berdua, kaget karena melihat Yi Gak memeluk Se Na. Dan Se Na pun balas
menciumnya.
Park Ha berbalik dan melangkah
pergi, tak menyadari kalau Se Na hanya berpura-pura mencium Yi Gak. Tapi nasi
sudah menjadi bubur, karena hati itu patah lagi.
Komentar :
Episode 9 dan 10 adalah episode
yang sangat menyebalkan karena Se Na selalu bisa membalikkan keadaan dan
membuat Yi Gak dan Park Ha susah. Tapi Se Na tak menyadari kalau apa yang ia
lakukan malah semakin mendekatkan Yi Gak dan Park Ha.
Pada awal episode, karena ulah Se
Na yang melaporkan foto itu pada nenek, Yi Gak harus berlutut semalaman di
luar. Park Ha menunggu kedatangan Yi Gak di rumah dengan khawatir.
Esok paginya
ia menjemput Yi Gak dan mengobati lukanya.
Pada episode 9 bagian kedua, Se
Na menemukan saputangan Yi Gak. Alih-alih mengembalikan langsung pada Yi Gak,
ia memilih menyimpannya. Hal ini membuat Park Ha harus mencari saputangan itu
semalaman dan Yi Gak menunggu Park Ha yang tak kunjung pulang dengan khawatir.
Esok paginya ia yang pertama menyambuat kepulangan Park Ha. Dan ketika
mengetahui Park Ha sakit, ganti ia yang merawatnya.
Aww.. banget ya.
Dan begitu pula usaha Se Na yang
menyabotase kencan Yi Gak – Park Ha di akhir episode. [Spoiler ep 10] Yi
Gak diajak naik kereta gantung
oleh Se Na. Tapi detik-detik terakhir, Yi Gak membatalkannya karena
memikirkan
Park Ha yang sedang sakit di rumah. Betapa kesalnya Yi Gak karena
Park Ha tak datang menemuinya, malah bermain basket bersama anak
buahnya. Ia bingung karena Park Ha selalu mengacuhkannya, dan akibatnya
ia selalu memikirkan Park Ha.
Episode 9 – 10 memang
menjengkelkan karena Se Na kelihatan seperti menang, tapi sebenarnya Park Ha
lah yang memenangkan hati Yi Gak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar