Kamis, 17 Mei 2012

Sinopsis Rooftop Prince Episode 11 - 2

Sinopsis Rooftop Prince Episode 11 - 2


Sinopsis Rooftop Prince Episode 11

Tae Moo hanya menjawab, “Orang gila.”
“Kau bertemu denganku atau tidak. Pilih salah satu,” kata Yi Gak. “Orang gila bukanlah jawaban.”


Tae Moo berdiri dan membentakYi Gak, “Orang gila. Kau mengundangku katanya ingin lebih dekat, tapi kau malah melakukan hal ini?!”

Yi Gak ikut berdiri dan menatap mata Tae Moo, “Kau bertemu denganku atau tidak?” tanya Yi Gak tak mempedulikan kemarahan Tae Moo.

Akhirnya Tae Moo menjawab, “Aku tak bertemu denganmu.”


Mendengar jawaban itu Yi Gak tertawa terbahak-bahak. Namun hanya sesaat karena setelah itu tawanya berhenti dan dengan nada sinis Yi Gak berkata, “Karena kau mengatakan tak pernah menemuiku, itu artinya kau berbohong. Tapi jika kau berkata pernah menemuiku, artinya kau akan menjadi pembunuh. Kau pilih yang mana?”

“Kau benar-benar gila,” kata Tae Moo meninggalkan Yi Gak.


“Kak,” panggil Yi Gak menghentikan langkah Tae Moo. “Dua orang itu adalah orang yang sama. Seorang pembunuh dan seorang pembohong.”
Tae Moo berbalik dan perlahan-lahan menghampiri Yi Gak.


“Kau .. baru saja melewati batas,” kata Tae Moo dengan nada mengancam, “aku tak akan membiarkanmu mengatakan hal seperti ini lagi. Aku akan menginjakmu dan menghancurkanmu.”

Whoaa… apakah ini ancaman kalau Tae Moo tak takut untuk membunuh sepupunya (lagi)?

Yi Gak kembali ke kantor dan melihat Park Ha terjatuh. Refleks ia ingin menolongnya. Tapi ia urungkan karena sebelum ia menghampiri Park Ha untuk menolongnya, seorang wanita telah membantunya berdiri. Ternyata kaki Park Ha keseleo.

Ia membelikan obat untuk kaki Park Ha dan diam-diam menaruhnya di meja dalam ruangan Park Ha. Park Ha yang melihat sekelebat sosok Yi Gak keluar dari ruangannya dan melihat ada obat di atas meja, langsung menghubungkan keduanya.

Saat pulang, Park Ha menuntut jawaban dari Yi Gak. Kenapa Yi Gak berlaku sangat baik padanya? Yi Gak pura-pura tak tahu maksud Park Ha.

“Saat di kantor tadi, jika itu bukan berbuat baik, terus itu apa maksudnya?”

“Aku tak pernah berpikir untuk melakukan itu,” kata Yi Gak tetap pura-pura tak melakukannya. Ia beranjak masuk ke dalam rumah


“Aku tak pernah menyuruhmu untuk menyukaiku sekarang,” teriakan Park Ha menghentikan langkah Yi Gak.

“Semuanya terasa tak cocok. Kau menyuruhku untuk tak menyukaimu, tapi kenapa kau sangat baik padaku? Aku tak begitu pintar jadi mungkin aku salah paham. Kenapa aku tak boleh menyukaimu tapi kau bisa melakukan semua yang kau mau sesuka hatimu?”

Yi Gak berbalik dan duduk di kursi taman. Ia juga menyuruh Park Ha untuk duduk karena ia ingin menjelaskan sesuatu.


“Di Joseon aku memiliki putri mahkota,” kata Yi Gak.

“Aku tahu,” potong Park Ha. “Kudengar dia adalah Hong Se Na.”

“Putri mahkotaku.. telah meninggal. Lima hari sebelum aku tiba di sini, Putri Mahkota meninggal karena diracun. Aku harus membalaskan dendam putri mahkota yang telah meninggal. Karena menyelidiki misteri kematian Putri mahkota, kami berempat menyelidiki ke seluruh kerajaan. Tapi tak disangkan sebuah kekuatan misterius menarik kami ke jaman ini.
Saat aku datang kemari, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Tapi kemudian aku melihat kalau putri mahkota bereinkarnasi pada Hong Se Na. Aku merasa kalau aku harus menjadikan segalanya seperti malam sebelum kematiannya.
Aku percaya kalau aku tinggal bersama dengan Se Na, sama seperti saat di Joseon, semuanya yang terjadi pada malam kematiannya akan terulang lagi. Semua yang aku lakukan: menjadi Tae Young dan bekerja di perusahaan, semuanya untuk menikahi Putri Mahkota. Sama seperti sebelumnya.
Seseorang akan mencoba untuk membunuhnya kembali, sama seperti saat di Joseon.
Suatu keajaiban aku bisa melintasi 300 tahun hingga sampai di sini. Aku yakin ini adalah kehendak takdir, sehingga aku dapat mengungkap siapa yang mencoba membunuhnya dan kali ini aku akan mencegahnya. Jika aku dapat melakukan itu, aku akan tahu siapa dan mengapa orang itu ingin membunuh Putri Mahkota.
Dan saat aku telah mengerti semuanya, aku dan para pengikutku bisa kembali ke Joseon. Jadi, alasan  mengapa aku harus menikahi Se Na, apakah kau dapat memahaminya?”

Park Ha tak dapat berkata sepatah katapun.


Akhirnya Se Na bersedia menikah dengan Yi Gak. Dan mereka tak membuang waktu lebih lama lagi, mereka berencana memberitahukan nenek tentang rencana mereka hari ini juga.


Nenek tentu saja senang mendengarnya walaupun merasa keinginan Yi Gak terlalu terburu-buru bila langsung mereka langsung menikah. Nenek menyarankan untuk bertunangan terlebih dahulu.


Tante menggoda Yi Gak yang sudah kebelet kawin, namun nenek juga sudah meminta Se Na untuk menyebutnya dengan sebutan ‘nenek’ saja.

Ayah Tae Moo juga hadir saat Yi Gak mengumumkan keinginannya untuk menikah. Ia juga ikut senang mendengar keputusan Se Na menikah dengan Yi Gak. Karena ia dapat menghancurkan mereka berdua sekaligus.

Hanya Tae Moo yang tak senang mendengarnya. Saat ia diberitahu oleh ayah, ia langsung pergi mencari Se Na dan memintanya membatalkan semuanya.


Tapi Se Na tak mau. Bukankah ia sudah katakan dulu kalau hubungan mereka telah berakhir? Dan ia meminta kalau kali ini adalah kali terakhir ia bertemu dengan Tae Moo. Jangan pernah menghubunginya lagi.


Se Na buru-buru meninggalkan Tae Moo. Ia keluar dari tangga darurat, tempat pertemuan rahasia mereka. Kebetulan Yi Gak melihatnya dan ingin memanggilnya. Tapi ia urungkan karena Tae Moo keluar dari tangga darurat juga dan mengejarnya.


Tae Moo menghentikan Se Na. Namun ia kemudian menyadari keberadaan Yi Gak di sekitarnya, maka ia menurunkan suaranya. Ia berkata kalau ia tak mengijinkan Se Na untuk berlaku sesuka hatinya dan hubungan mereka belum berakhir.


Se Na kaget saat Yi Gak mendekatinya setelah Tae Moo pergi dan bertanya mengapa sepupunya marah padanya? Se Na beralasan kalau Tae Moo marah padanya karena soal pekerjaan yang memang pantas ia terima. Yi Gak merasa sedikit aneh, tapi ia tak memperpanjang masalah ini.


Se Na memberitahu ibu tentang kabar pernikahannya. Ibu tentu saja bahagia mendengarnya, apalagi yang dinikahi Se Na dalah cucu pemilik perusahaan. Tapi kegembiraan ibu surut saat Se Na mengatakan kalau ia belum pernah memberitahukan pihak keluarga pria tentang keberadaan ibunya.


Ibu tak dapat menutupi kekecewaannya, dan Se Na pun mengetahuinya. Maka Se Na minta maaf dan mengatakan kalau ia akan memberitahukan tentang keberadaan ibu jika ada kesempatan. Tapi kesempatan itu bukanlah sekarang. Se Na meminta ibunya mengerti.


Tak ingin menghalangi kebahagiaan anaknya, ibu tersenyum dan berkata kalau ia tentu mengerti.


Ibu senang saat Park Ha mengajaknya untuk minum. Bagaimana Park Ha tahu kalau malam ini ia ingin minum? Park Ha tersenyum dan berkata, “Tentu saja aku tahu, Bu. Kan aku adalah putri Ibu.”

Ibu ingin tahu kenapa Park Ha menolak anak kenalannya di pasar. Menurut kenalannya, setelah Yeom bertemu dengan Park Ha, Yeom tak henti-hentinya membicarakan Park Ha. Park menjawab kalau Yeom bukanlah tipe pria yang disukainya.

Secara sambil lalu, ibu juga menanyakan tentang Se Na. Tentunya Park Ha tahu kalau Se Na akan menikah dengan cucu pemilik perusahaan Park Ha. Apakah Park Ha tahu bagaimana calon suami Se Na? Apakah pria itu adalah pria baik-baik? Park Ha mengatakan tak begitu mengenalnya dan ia menuang soju ke gelasnya untuk kesekian kalinya.


Ibu menyadari kalau Park Ha minum soju sangat banyak, dan bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi? Park Ha membantahnya. Ia beralasan kalau makanan di sini sangat enak sehingga ia ingin selalu minum.



Ibu memandangnya dengan sayang dan berkata, “Setidaknya aku memilikimu, dan itu sudah membuatku bahagia.”

Park Ha pun merasakan hal yang sama, dan mereka pun bersulang.


Saat pulang, Ibu ternyata yang membayari makanan mereka walaupun Park Ha yang mengajaknya. Ibu serta merta menjawab, “Tentu saju ibu yang harus membayar, bukan anaknya.” Park Ha mengkhawatirkan ibu yang sepertinya minum terlalu banyak. Tapi ibu menenangkannya kalau ibu sudah biasa, bahkan saat ibu seumuran Park Ha, ia bisa minum 5 botol soju.


Park Ha pamit untuk pulang. Tapi ibu masih tak ingin berpisah. Ia memanggil Park Ha dan langsung memeluknya erat.


Dan ia menangis terisak-isak. Park Ha sepertinya tahu apa masalah ibu. Ia hanya bisa terdiam dan menepuk-nepuk punggung ibunya dengan rasa sayang.

Yi Gak melihat bunga teratai yang sudah mulai tumbuh dan kata-kata Park Ha siang tadi terngiang-ngiang di telinganya,

“Semuanya terasa tak cocok. Kau menyuruhku untuk tak menyukaimu, tapi kenapa kau sangat baik padaku? Aku tak begitu pintar jadi mungkin aku salah paham. Kenapa aku tak boleh menyukaimu tapi kau bisa melakukan semua yang kau mau sesuka hatimu?”
Ia membawa pot itu keluar rumah dan memandangi gambar pantai kesukaan Park Ha dan teringat bagaimana perasaan Park Ha yang menjadi tenang setelah melihat gambar pantai itu.


Park Ha pulang dan menyapanya den, “Oy, Yang Mulia. Kenapa kau ada di luar sendirian?”


Dari kata-kata Park Ha, Yi Gak menebak kalau Park Ha pasti sedang mabuk. Park Ha membenarkan,“Kenapa memangnya? Apakah tak boleh mabuk? Kenapa kau tak memperbolehkannya?”

Yi Gak tahu tak ada gunanya debat kusir dengan Park Ha yang sedang mabuk. Maka ia menyuruh Park Ha untuk masuk dan segera beristirahat.


Tapi Park Ha belum mau. Dengan mata berkaca-kaca ia bertanya, “Di kota sebesar ini, kenapa kau harus jatuh di rumahku? Benar-benar sial.”


Yi Gak tak dapat menjawab. Ia hanya dapat melihat kesedihan yang terpancar di mata Park Ha. Park Ha pun tak membutuhkan jawaban. Terhuyung-huyung, ia masuk ke dalam rumah meninggalkan Yi Gak sendiri.


Man Bo mengajak Park Ha untuk mengambil stok barang yang akan dipasarkan oleh Yi Gak di Home Shopping. Man Bo harus mengerjakannya sendiri karena hari ini Chi San keluar dari rumah sakit dan Young Sul menemaninya. Park Ha mau menemaninya dan mereka bertemu Yi Gak yang juga akan melakukan kontrak perjanjian dengan supplier.


Di gudang, mereka menemukan kalau data persediaan tak sesuai dengan stok barang yang tersedia. Man Bo keluar gudang untuk mengambil barang lagi, meninggalkan Park Ha di gudang sendiri untuk memeriksa barang.


Tanpa ia sadari, ia menutup pintu yang tak bisa dibuka dari dalam. Mereka juga tak menyadari kalau ada kabel yang mengalami hubungan pendek menyebabkan munculnya api. Man Bo baru sadar setelah ia kembali, ada asap keluar dari bawah pintu dan pintunya macet tak bisa ia buka.


Man Bo berteriak-teriak meminta pertolongan. Petugas keamanan berusaha membuka pintu darurat gudang, namun api keburu menjalar di mana-mana. Di tengah api yang berkobar, Man Bo berteriak-teriak memanggil Park Ha tapi tak ada jawaban.


Yi Gak dan Se Na pergi ke pabrik dan saat menunggu wakil dari perusahaan supplier, Se Na mewanti-wanti agar Yi Gak berkonsentrasi pada pertemuan mereka kali ini karena pertemuan ini sangatlah penting.


Wakil dari pihak supplier sudah datang dan pertemuan akan dimulai. Handphone Yi Gak berdering dan Yi Gak meminta waktu sebentar saat melihat yang meneleponnya adalah Man Bo.


Ia menerima telepon, terkejut mendengar apa yang dikatakan Man Bo. Ia langsung minta maaf karena ia tak dapat mengikuti pertemuan kali ini dan melesat pergi.


Se Na terkejut dengan reaksi Yi Gak yang mendadak berubah drastis. Ia tersenyum minta maaf pada pihak supplier yang juga terkejut dengan aksi Yi Gak.


Bagai kesetanan Yi Gak berlari keluar pabrik dan melarikan mobilnya dengan kencang. Sesampainya di gudang, ia melihat pabrik yang masih terbakar dan Man Bo yang panik dan berteriak-teriak panik memanggil Park Ha.


Ia menerobos kerumunan orang di depan pintu. Para petugas keamanan memblokade pintu agar tak ada orang masuk sampai bala bantuan tiba. Yi Gak berhasil menyelinap ke depan. Tanpa pikir panjang, ia membasahi saputangan kupu-kupu miliknya dengan botol air yang ia bawa dari mobil dan masuk ke dalam gudang.


Ia berteriak-teriak memanggil Park Ha. Tapi tak ada sahutan. Api telah menjalar ke seluruh gudang, membakar semua barang. Yi Gak berlari ke sana ke mari, melewati setiap celah yang belum terbakar, menghindari barang-barang yang berjatuhan. Tapi Park Ha tetap tak ia temukan.

Sinopsis Rooftop Prince Episode 11

Park Ha yang sudah kehabisan nafas, terduduk lemas di lantai. Samar-samar ia mendengar suara Yi Gak memanggilnya. Tapi ia tak memiliki tenaga untuk menjawab. Perlahan-lahan kesadarannya mulai menghilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar