Kamis, 17 Mei 2012

Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2


Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2

Tanpa sepengetahuan kedua anaknya, Ibu mengundang Se Na dan Park Ha secara terpisah, untuk berkumpul. Dalam acara apa, ibu tak memberitahukan. Setelah Se Na dan Park Ha datang, ibu baru mengatakan kalau ibu ingin merayakan hari ulang tahun Park Ha.


Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2
Se Na sangat kesal karena ibu tak memberitahukan dulu padanya. Ia ingin pergi meninggalkan acara itu, tapi ibu menyuruhnya untuk tetap tinggal, begitu pula dengan Park Ha. Park Ha hanya terdiam dan memakan hidangan ibu.
Cincin biru besar yang dipakai Se Na menarik perhatian ibu yang belum pernah melihat cincin Se Na itu sebelumnya. Apakah Se Na baru saja membelinya? Dengan singkat Se Na menjelaskan kalau seseorang memberikan cincin itu padanya, dan tidak, ibu tak mengenal orang itu. Ibu tak berkomentar lagi, malah menyuruh Park Ha untuk makan lebih banyak lagi. Park Ha pun menjawab, “Ya, Bu.”
Park Ha memanggil ibu langsung disambar oleh Se Na. Se Na menyuruh Park Ha untuk mengulangi kata-katanya dulu, yang tak akan menganggap Se Na sebagai keluarganya. Ibu tak tahu maksud Se Na.
Dan dengan licik Se Na membalikkan kata-kata Park Ha, “Ia menuduhku telah meninggalkannya sewaktu kecil dan menghancurkan hidupnya.”
Ibu kaget mendengarnya dan berkata pada Park Ha kalau hal itu tak benar. Park Ha meminta Se Na untuk berhenti, tapi Se Na tak mau. Park Ha telah memulainya lebih dahulu dan sekarang Park Ha memintanya untuk berhenti? “Apakah ingatanmu telah kembali? Dan sekarang kau berkata sesuka hatimu? Dan mana buktinya? Kau hanya mengarang jika kau berkata tanpa bukti.”
Se Na berdiri dengan marah dan berkata pada ibu, “Bu, dengar baik-baik, ya. Aku tak sudi punya keluarga seperti dia. Jadi jangan undang aku dalam acara yang melibatkan dia.”
Se Na pun pergi meninggalkan ibu yang tampak marah pada Park Ha.
Sinopsis Rooftop Prince Episode 9 - 2
Ketiga Joseoners menghias kue dengan krim. Mulanya mereka melakukannya dengan belepotan. Tapi lama-lama mereka semakin ahli, bahkan bias membuat lengkung-lengkung cantik di atas kue itu. Dan permintaan Young Sul ternyata tak main-main. Mereka benar-benar membuat kue yang saaangat besar.
Tak hanya satu atau dua susun. Tapi empat susun. Ckckckck… macam kue pengantin saja. 
*Sepertinya yang dimaksud dengan membuat kue sendiri adalah menghias kue sendiri. Kue dasarnya sudah disediakan dari toko. Tapi tetap saja. Menghias empat kue tart sekaligus? Wow!*
Mereka menyimpan kue tart itu di dalam lemari es, membuat Yi Gak bertanya-tanya mengapa mereka membuat kue sebesar itu? Besok kan bukan hari spesial?
Young Sul memberitahu kalau besok adalah hari ulang tahun Park Ha dan mereka membuat kue untuk merayakannya. Ia bahkan berani bertanya di depan muka Yi Gak, apa yang akan mereka lakukan untuk pesta besok?

Yi Gak tak suka dengan keberanian Young Sul yang berkata di depan wajahnya langsung. Ini pangeran, gitu loh.. Young Sul langsung mundur dan meminta maaf atas kelakuannya.
Yi Gak merasa kue ulang tahun sudah cukup banyak, dan tak ada lagi yang perlu dipersiapkan. Ketiga abdi itu tak mendesak Yi Gak, tapi mereka tak puas. Maka mereka mencari Becky dan Mimi untuk mempersiapkan acara ulang tahun Park Ha.
Sayangnya mereka berdua tak dapat ikut acara ulang tahun karena Becky akan manggung di luar kota dan Mimi sudah setuju untuk menemaninya. Tapi mereka memberitahu apa saja yang harus dipersiapkan.
Pada dasarnya pesta ulang tahun memiliki 4 elemen, yaitu kue, topi ulang tahun, kembang api dan lagu happy birthday. Mereka sudah memiliki kue, topi dan kembang api bisa dibeli, kurang satu lagu happy birthday.
Mimi  dan Becky mengajarkan cara bernyanyi dengan seimut mungkin. Namun hasilnya, ketiga joseoners menirukannya dengan sejayus mungkin. Mimi dan Becky hanya dapat mengerutkan kening, mau mengkritik gerakan mereka, tapi kok ya kasihan.. Akhirnya mereka membiarkan ketiganya bernyanyi dengan gaya jayus.
Akhirnya Park Ha menyadari kalau saputangan Yi Gak telah hilang dan sekarang ia mencari-cari ke seluruh penjuru rumah. Yi Gak tak membantu mencari, malah menyalahkan Park Ha yang ceroboh. Bukankah sebelumnya ia sudah pernah mengatakan kalau  sapu tangan itu sangat berharga? Kenapa Park Ha tak mengindahkan kata-katanya?
Park Ha bertanya apakah sapu tangan itu benar-benar sangat berharga?
“Tentu saja. Sapu tangan itu jauh lebih berharga daripada semua yang kau miliki,” jawab Yi Gak.
Park Ha merasa bersalah dan menawarkan untuk membelikan saputangan baru sebagai pengganti saputangan yang hilang.
Mendengar hal itu Yi Gak meradang, “Tak ada yang dapat menggantikannya. Kau itu bodoh atau jahat, sih? Sapu tangan itu hanya ada satu di dunia ini.”
Terluka mendengar hinaan Yi Gak, tapi tak dapat membalas karena ia memang bersalah, Park Ha hanya bisa menjawab kalau ia akan mencarinya sampai ketemu.
Di atas Chi San, Young Sul dan Man Bo mendengar pertengkaran Yi Gak dan Park Ha. Mereka khawatir masalah ini membuat acara ulang tahun Park Ha besok akan gagal. Maka mereka berinisiatif untuk mempersiapkan sendiri. Young Sul kebagian tugas untuk membeli lilin kue, topi ulang tahun dan kembang api untuk besok.
Dan Young Sul segera kembali membawa semuanya. Makanan kecil dan bubur kacang merah. Rupanya Young Sul salah dengar, mengira makanan kecil (kko kal) padahal seharusnya topi ulang tahun (go kkal). Ia membeli bubur kacang merah (pat jook) padahal seharusnya kembang api (pok jook).
Man Bo dan Chi san mencoba memberitahukan pelafalan yang benar, tapi yang didengar dan dikatakan Young Sul tetap sama, makanan kecil (kko kal) dan bubur kacang merah (pat jook). Hal ini membuat Chi San kesal dan bertanya, apakah Young Sul dapat menggunakan telinganya dengan benar?
Dengan polos Young Sul menjawab kalau ia benar-benar dapat menggerakkan telinganya. Dan ia pun mencontohkan dengan menggerak-gerakkan telinganya.
LOL. Tetap salah dengar juga.
Park Ha mendatangi tempat pengumpulan baju bekas dan meminta ijin untuk mencari saputangan. Manajer tempat itu agak ragu, tapi mengijinkan Park Ha. Bukan apa-apa, tapi tumpukan baju bekas itu bukan hanya banyak tapi buaanyaaakk sekali. Menggunung hingga memenuhi gudang.
Park Ha tetap tak mau menyerah. Ia akan mencoba mencarinya. Manajer itu juga mengatakan kalau Park Ha harus melakukannya malam ini karena besok pakaian ini akan diangkut pergi.
Sepanjang malam Park Ha mencari secarik kain berwarna putih.
Sepanjang malam itu pula, Yi Gak menunggu kepulangan Park Ha. Tapi Park Ha tak kunjung pulang, karena ia belum menemukan sapu tangan itu.
Yang tak akan pernah ditemukan karena sapu tangan itu sekarang sedang dipegang oleh Se Na.
Keesokan harinya, Park Ha pulang dengan lelah. Mendengar suara Park Ha, Yi Gak keluar kamar dan bertanya, “Kemana saja kau pergi? Kenapa kau tak menjawab teleponku? Bukankah aku pernah menyuruh agar kau harus selalu bisa kuhubungi setiap saat?”
Dengan lesu Park Ha berkata, “Aku tak dapat menerima karena handphone-ku mati. “
“Apakah kau mencari saputangan itu semalaman?” tanya Yi Gak melunak.
“Maafkan aku, karena aku tak dapat menemukannya,” jawab Park Ha pelan.
Tak disangka, Yi Gak tak marah-marah lagi seperti kemarin, membuat Park Ha heran. Ia malah meminta Park Ha untuk melupakan permintaannya dan menyuruhnya untuk segera beristirahat.
Saat sarapan, ketiga Joseoners hanya minum air putih. Yi Gak datang dan Man Bo memberitahukan kalau pagi ini tak ada sarapan karena Park Ha sakit.
Yi Gak masuk ke kamar Park Ha untuk melihat kondisi Park Ha. Park Ha beralasan ia tak enak badan karena kemarin malam ia tak tidur. Ia akan merasa baikan setelah ia tidur.
Yi Gak membuka selimut dan mengambil tangan Park Ha, mengejutkan Park Ha. Tapi Yi Gak malah menyuruh Park Ha diam, “Aku akan memeriksa kondisimu.”
“Apakah kau bisa membaca denyut nadi?” tanya Park Ha heran.
Yi Gak menyuruh Park Ha diam. Tapi setelah ia memeriksa denyut nadi Park Ha, Yi Gak langsung pergi tanpa memberitahukan apa penyakitnya. Maka sebelum Yi Gak keluar kamar, ia bertanya, “Apa penyakitku?”
“Da-mal-jeung,” jawab Yi Gak pendek.
Park Ha belum pernah mendengar nama penyakit itu. Maka ia bertanya, ”Da mal jeung? Penyakit apa itu?”
“Penyakit terlalu banyak bicara,” tukas Yi Gak sambil keluar kamar.
LOL. Orang lagi sakit kok malah dihina.
Yi Gak menulis resep dan meminta Chi San untuk menebusnya di toko obat tradisional. Ia juga menyuruh Chi San untuk membeli arang, tungku dan panci untuk merebus obat. Ia memikirkan Park Ha yang tergeletak di tempat tidur dan bergumam, “Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tapi ia malah sakit dan tak dapat beristirahat.”
Ayah Tae Moo mencoba mencari kelemahan Se Na dan meminta Soo Bong untuk  memberikan informasi rahasia seputar Se Na dan Tae Moo. Mulanya Soo Bong tak mau, tapi karena ayah mengancamnya, ia memberitahukan kalau Se Na tinggal di apartemen milik Tae Moo.
Ayah pergi mencari apartemen itu. Tak sengaja ia bertemu dengan seorang wanita yang meminjam pena padanya. Wanita itu menulis pesan di sebuah kertas, menyelipkannya di pintu dan mengembalikan bolpen itu lagi. Setelah wanita itu pergi, ayah mengambil pesan itu dan membacanya. Ia tersenyum saat melihat nama Sena dan ‘Ibu’ di sebuah kertas bon toko di pasar.
Dan satu rahasia Se Na telah terungkap.
Park Ha terbangun dan mendapati Young Sul sedang membuat obat dengan cara tradisional di halaman rumah. Ia agak skeptis, dan bertanya apakah obat itu dapat menyembuhkannya?
Young Sul menenangkannya, “Yang mulia banyak belajar tentang ilmu pengobatan. “
“Obat yang paling mujarab adalah ketika kau mempercayainya,” Yi Gak tiba-tiba muncul di halaman.
Rupanya ia pulang untuk menjenguk Park Ha. Setelah melihat obat telah siap, Yi Gak menyuruh Park Ha minum obat dalam rumah dan meminta Young Sul untuk kembali ke kantor.
Park Ha naik ke tempat tidur dan minum obat yang disodorkan Yi Gak. Namanya obat tradision, tentu saja obat itu pahit. Park Ha mengernyit merasakan cairan obat yang masuk ke tenggorokannya.
Yi Gak memberikan obat penawar rasa pahit, yaitu permen peppermint. Park Ha mengunyah Park Ha. Memikirkan itu, Yi Gak tersenyum senang melihat Park Ha mengunyah permen itu.
“Setelah meminumnya, kau akan merasa mengantuk. Tapi saat kau bangun nanti, tubuhmu akan terasa segar,” kata Yi Gak.
“Aku minta maaf telah menghilangkan saputanganmu,” kata Park Ha yang masih merasa bersalah.
Yi Gak tak mempermasalahkannya lagi. Menurutnya, kalau saputangan itu memang miliknya, pasti saputangan itu akan kembali lagi. Yi Gak melihat kartu pos yang bergambar sketsa diri Park Ha dan bertanya, sebenarnya apa yang telah terjadi? Park Ha tak tahu, ia pun ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Foto itu benar-benar foto dirimu. Pelukis gambar itu benar-benar Tae Young. Tapi kau tak pernah bertemu dengan Tae Young,” Yi Gak mencoba menganalisa. “Saat Tae Young menggambar foto ini, dia jelas-jelas masih hidup. Tapi saat kau menunggu untuk bertemu dengannya, mungkin saat itu ia telah meninggal.”
 “Apakah yang kukatakan ini masuk akal? Atau tak masuk akal?” Tak mendapat respon apapun, ia kembali bertanya, “apakah tak masuk akal?”
Yi Gak menoleh pada Park Ha yang telah tertidur pulas. Aww.. ternyata tadi Yi Gak mendongengkan cerita sebelum tidur.
Yi Gak tersenyum melihatnya dan menyelimuti Park Ha sebelum ia meninggalkan kamar.
Dengan memegang rahasia Se Na, ayah Tae Moo menemui Se Na dengan ceria. Ia menyuruh Se Na untuk mengungkapkan rahasianya dan Tae Moo ke Nenek. Toh Nenek tak akan percaya pada Se Na yang berbohong memiliki ibu yang menjadi dosen di Inggris (Oxford? Cambridge?) padahal ia hanya penjual ikan di pasar.
Se Na gemetar, bukan ketakutan tapi marah. Siapa yang membocorkan rahasianya? Ia teringat saat Park berbincang-bincang dengan ayah Tae Moo, dan menduga Park Ha lah biang keroknya.
Hhhh… nggak semua orang seperti dirimu, princess. Suka ngadu dan suka berbuat jahat..
Ia pergi ke rumah Park Ha untuk mengkonfrontasi, tapi ia melihat Park Ha sedang tertidur. Ia melihat ada catatan dari Yi Gak, “Jika kau sudah bangun, temui aku di bawah jembatan sungai Han jam 7 malam nanti.”
Sementara itu Yi Gak pergi membeli hadiah ulang tahun untuk Park Ha. Jepit rambut berbentuk bunga. Bunga terataikah? Atau bunga yang tersulam di saputangannya?
Park Ha terbangun dan menemukan pesan Yi Gak. Ia yang sudah merasa sehat, langsung berganti baju dan menata rambutnya. Walaupun ia ragu dengan dandanannya dan memilih-milih baju lagi, tapi akhirnya ia tetap pada penampilan awalnya.
Yi Gak menunggu Park Ha di tepi sungai Han. Hmm.. sepertinya ia sudah bisa mengendarai mobil. Dan saat ada yang memanggil namanya, ia menoleh berharap itu adalah Park Ha.
Tapi ternyata Se Na datang lebih dahulu. Ia memberi tahu Yi Gak kalau Park Ha masih sakit dan tak dapat menemuinya. Ia sebenarnya ingin memberitahu lewat telepon, tapi entah kenapa ia ingin bertemu dengan Yi Gak.
Se Na teringat kata-kata Yi Gak yang mengatakan kalau pada akhirnya ia akan menyukai Yi Gak. Dan ia bertanya jika itu benar, apa yang akan terjadi selanjutnya?
“Kau akan menikahiku,” kata Yi Gak percaya diri. Se Na meyakinkan kata-kata Yi Gak, jika ia menyukai Yi Gak, Yi Gak akan langsung menikahinya.
Yi Gak berpikir kalau Se Na menganggap dirinya terburu-buru, maka ia mengatakan kalau mungkin Se Na tak menyukainya sekarang.
Tapi Se Na menyela dan berkata, “Selama ini aku mencoba mengingkari perasaanku tapi ternyata aku tak mampu. Aku sebenarnya menyukaimu.” Ia mengeluarkan saputangan dan mengangsurkannya pada Yi Gak sesuatu yang ia temukan.
Yi Gak kaget melihat saputangan itu. Apakah Se Na mencarinya sepanjang malam? Dan Se Na pun mengangguk membenarkan karena ia menganggapk saputangan ini sangat penting artinya bagi Yi Gak.
Dari kejauhan, Se Na melihat Park Ha berjalan menuju mereka. Yi Gak berterima kasih karena Se Na mau bersusah payah mencarinya. Dan betapa terkejutnya ia saat Se Na maju dan memeluknya. Tapi ia tak menolaknya.
Park Ha yang akhirnya melihat mereka berdua, kaget karena melihat Yi Gak memeluk Se Na. Dan Se Na pun balas menciumnya.
Park Ha berbalik dan melangkah pergi, tak menyadari kalau Se Na hanya berpura-pura mencium Yi Gak. Tapi nasi sudah menjadi bubur, karena hati itu patah lagi.
Komentar :

Episode 9 dan 10 adalah episode yang sangat menyebalkan karena Se Na selalu bisa membalikkan keadaan dan membuat Yi Gak dan Park Ha susah. Tapi Se Na tak menyadari kalau apa yang ia lakukan malah semakin mendekatkan Yi Gak dan Park Ha.
Pada awal episode, karena ulah Se Na yang melaporkan foto itu pada nenek, Yi Gak harus berlutut semalaman di luar. Park Ha menunggu kedatangan Yi Gak di rumah dengan khawatir.
Esok paginya ia menjemput Yi Gak dan mengobati lukanya.
Pada episode 9 bagian kedua, Se Na menemukan saputangan Yi Gak. Alih-alih mengembalikan langsung pada Yi Gak, ia memilih menyimpannya. Hal ini membuat Park Ha harus mencari saputangan itu semalaman dan Yi Gak menunggu Park Ha yang tak kunjung pulang dengan khawatir.
Esok paginya ia yang pertama menyambuat kepulangan Park Ha. Dan ketika mengetahui Park Ha sakit, ganti ia yang merawatnya.
Aww.. banget ya.
Dan begitu pula usaha Se Na yang menyabotase kencan Yi Gak – Park Ha di akhir episode. [Spoiler ep 10] Yi Gak diajak naik kereta gantung oleh Se Na. Tapi detik-detik terakhir, Yi Gak membatalkannya karena memikirkan Park Ha yang sedang sakit di rumah. Betapa kesalnya Yi Gak karena Park Ha tak datang menemuinya, malah bermain basket bersama anak buahnya. Ia bingung karena Park Ha selalu mengacuhkannya, dan akibatnya ia selalu memikirkan Park Ha.

Episode 9 – 10 memang menjengkelkan karena Se Na kelihatan seperti menang, tapi sebenarnya Park Ha lah yang memenangkan hati Yi Gak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar